"Wan, ada kabar buruk buat kamu," ucap Aldo tiba-tiba.
"Kabar buruk apa?"
Irwan menatap sahabatnya lekat.
"Kemarin aku lihat istri kamu jalan sama lelaki." Aldo menuturkan.
"Apa...! istriku jalan dengan lelaki lain? jangan ngarang kamu. Mana mungkin Irene melakukan itu. Itu tidak mungkin...!" Irwan sudah mulai geram dengan ucapan sahabatnya. Dia tidak percaya dengan ucapan Aldo.
"Benar Wan. Kalau kamu tidak percaya sama aku, kamu bisa selidiki sendiri. Istri kamu itu sekarang sedang dekat dengan lelaki."
Irwan memang lelaki pencemburu. Tapi dia bukan orang yang mudah percaya dengan ucapan orang lain
Dia tidak akan mungkin percaya dengan Aldo sebelum dia melihat dengan mata kepalanya sendiri kalau Irene itu jalan dengan lelaki lain
"Aku percaya sama istri aku Do. Istri aku sekarang kerja di kantor. Dan kamu kan tahu, kalau di kantor itu bukan hanya karyawan perempuan saja. Banyak karyawan lelaki. Mungkin Irene sedang bersama rekan kerjanya yang lelaki. Karena kemarin aja dia di antar pulang oleh rekan kerjanya."
Irwan mencoba selalu percaya sama Irene. Dia tidak mau gara-gara kecemburuannya itu, bisa menghancurkan rumah tangganya dengan Irene. Rumah tangga yang sudah hampir delapan tahun mereka bina.
Irwan tidak mau sikapnya yang posesif itu, membuat Irene tidak nyaman dan bisa saja Irene pergi meninggalkan Irwan. Irwan sangat cinta sama istrinya. Dia rela merubah sikap buruknya demi istrinya. Karena dia tidak mau kehilangan Irene.
"Wan, kamu harus hati-hati. Jangan mudah percaya sama orang. Walupun itu istri kamu sendiri. Bisa saja kan, diam-diam istri kamu itu selingkuh di belakang kamu."
"Cukup Do...!" sentak Irwan yang membuat Aldo bungkam.
"Sudahlah, nggak usah ngada-ngada. Istri aku bukan wanita seperti itu. Aku percaya kok sama dia. Dia itu wanita yang sangat setia," lanjut Irwan.
"Yeh, kamu ini. Kenapa sih nggak percayaan banget dibilangin. Makanya, jangan berdiam diri di rumah terus. Sekali-kali kamu pergi ke luar. Kamu kan sekarang udah bisa jalan pakai tongkat. Biar kamu bisa lihat suasana di luar."
"Istriku belum membolehkan aku pergi jauh-jauh. Katanya aku baru sembuh. Irene tidak mau terjadi apa-apa sama aku di jalan."
"Itu sih cuma alasan dia saja, dia nggak mau kamu pergoki dia dengan lelaki lain."
Sejak tadi, Irwan dan Aldo masih ngobrol di ruang tamu rumah Irwan. Sudah lama mereka tidak bertemu. Aldo adalah sahabat SMA Irwan yang sampai saat ini masih dekat.
"Assalamualaikum," ucapan salam terdengar dari luar.
"Itu pasti Irene," ucap Irwan.
Beberapa saat kemudian Irene masuk ke dalam ruang tamu.
"Wa'alaikum salam," ucap Irwan dan Aldo kompakan saat melihat Irene.
"Eh, ada Mas Aldo di sini. Kebetulan banget, aku bawa makanan untuk kalian."
Irene melangkah mendekat ke arah Aldo dan suaminya.
"Tumben jam segini udah pulang?" tanya Irwan.
Tidak biasanya Irene itu pulang siang. Biasanya dia pulang sore atau malam.
"Iya Mas. Aku pengin istirahat dulu. Aku lelah. Kalian berdua pasti belum makan ya."
"Tahu aja kamu Ren," ucap Aldo.
"Aku udah beli sate satu kodi. Kalian makan gih sana. Nasinya masih ada kan?"
"Ada sayang."
"Apa mau aku siapkan piring-piringnya juga?"
"Ngga perlu sayang. Biar aku yang akan siapkan. Kalau kamu lelah, kamu istirahat aja sana di kamar."
Irene mengangguk. Setelah itu dia melangkah pergi ke kamarnya.
"Lihat Do. Istri ku itu baik banget. Mana mungkin dia tega mengkhianati aku. Jangan sembarangan lagi kamu kalau bicara. Kalau kamu sekali lagi bicara seperti itu tentang istriku. Aku nggak akan pernah segan-segan untuk menghabisi mu."
"Duh takut..." Ledek Aldo.
Irwan hanya gelang-gelang kepala saat menatap Aldo. Aldo memang suka asal kalau bicara. Kadang dia juga selalu memberi informasi yang salah. Makanya Irwan tidak mudah percaya begitu saja sama lelaki itu.
Irwan tidak mau dia bertengkar lagi dengan Irene hanya gara-gara tuduhan yang nggak jelas itu. Irwan selama ini sudah mencoba percaya pada istrinya. Dan tidak mau ngajak ribut lagi.
***
Irene masih berbaring di kamarnya. Beberapa saat kemudian hapenya berdering. Irene tersenyum saat melihat panggilan dari Ifan.
"Mau ngapain Mas Ifan nelpon?"
Irene kemudian buru-buru mengangkat telpon dari Ifan.
"Halo Mas, ada apa?"
"Kata si Mbok, kamu udah pulang ya?"
"Iya Mas. Aku udah ada di rumah."
"Kenapa kamu pulang duluan? Kenapa kamu nggak nungguin aku pulang aja. Kan bisa aku antar pakai mobil. Jadi nggak perlu naik taksi."
"Maaf Mas, aku capek banget. Jadi aku pulang duluan. Lagian hari ini anak kamu juga libur les kan?"
"Iya sih. Tapi apa kamu nggak kangen gitu sama aku?"
"Ish, apaan sih. Nggak jelas banget kamu Mas."
"Hehe... bercanda sayang."
"Sayang...sayang... apaan sih Mas."
"Nggak apa-apa kan kalau aku panggil sayang."
"Nggak boleh. Nanti orang-orang fikir kita itu pacaran."
"Pacaran juga ngga apa-apa kan? nggak ada yang ngelarang? asal nggak ketahuan aja sama suami kamu."
"Mas, sudah deh. Jangan ngelantur ngomongnya. Sebenarnya kamu nelpon itu mau bicara apa sih. Kalau mau bicara nggak penting mending matiin aja telponnya."
"Em, tadi memang ada yang mau aku bicarakan. Tapi aku lupa. Aku tadi mau bicara apa ya?"
"Tuh kan, udah tua sih. Jadi pikun gitu kan."
"Hehe...jangan ngatain aku udah tua dong. Aku baru punya anak satu lho. Umurku juga sepantaran kamu."
"Iya deh nggak. Sebenarnya apa yang mau kamu bicarakan Mas?"
"Aku cuma mau bicara. Aku pengin telpon aja sama kamu. Dan aku cuma pengin dengar suara kamu aja. Karena aku kangen sama kamu."
"Apa...! itu namanya nggak penting banget Mas. Ya udahlah, jangan godain istri orang lagi. Lebih baik kamu cari wanita yang single aja sana. Agar kamu dan Alma ada yang ngurusin dan nggak perlu pengasuh lagi."
"Yah, gitu sih. Orang kangen masa mau di tahan-tahan."
"Mas, sudah deh, jangan mulai. Sekarang aku ini ada di rumah suamiku lho. Dan di luar ada suami aku. Aku nggak mau suami aku sampai salah paham sama aku."
"Ya udahlah kalau kamu nggak kangen sama aku. Kalau nanti aku nggak telpon dan nggak chat kamu lagi jangan nyariin ya."
"Nggak. Aku nggak bakalan nyariin kamu. Walaupun kamu tenggelam di laut, aku juga nggak akan tuh nyariin kamu. Paling Alma yang nyariin kamu kalau kamu hilang."
"Ya udah. Aku juga lagi banyak kerjaan. Aku cuma pengin memastikan kamu sampai nggak di rumah dengan selamat. Itu aja kok."
"Iya iya. Aku udah sampai rumah dengan selamat. Terimakasih untuk perhatiannya. Assalamualaikum."
"Wa'alaikum salam."
Irene kemudian menutup saluran telponnya. Dia sejak tadi masih senyam-senyum sendiri. Entah kenapa hatinya menjadi berbunga-bunga saat mendapatkan telpon dan rayuan dari Ifan.
"Mas Ifan dan Mas Irwan memang dua lelaki yang sangat berbeda. Mas Ifan lelaki yang sangat humoris dan romantis. Sementara Mas Irwan lelaki yamg posesif, keras kepala, dan juga mudah marah. Andai aku bisa kembali lagi dengan Mas Ifan."
Tiba-tiba saja fikiran Irene tertuju pada Ifan. Entah kenapa sejak tadi, dia tidak berhenti memikirkan lelaki itu. Namun Irene buru-buru menepisnya jauh-jauh.
"Ih...kenapa aku harus mengingat lelaki itu sih. Irene, kamu harus sadar Irene. Kamu itu masih punya Irwan suami kamu yang sangat mencintai kamu."
Irene mencoba untuk menyadarkan dirinya sendiri dengan menepuk-nepuk pipinya. Dia tidak mau terjerat lagi pada cinta masa lalunya dengan mantan suaminya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments