Bertukar posisi

"Kamu! kenapa kamu bisa mirip denganku?" ucap Bima dengan kening berkerut.

"Harusnya aku yang bertanya begitu. Kenapa kamu bisa mirip denganku?" Bimo balik bertanya, seraya melangkah menghampiri Bima.

Bima berdecak, menggeleng-gelengkan kepalanya. "Mana aku tahu," ucapnya sembari membenarkan standard sepedanya agar tidak jatuh.

Kedua bocah laki-laki itu untuk beberapa saat kembali saling memandang. Tampak jelas kalau mereka berdua memang sangatlah mirip. Bima yang biasanya acuh tidak acuh pada keadaan sekitar, yang biasanya langsung pergi karena ingin menghindari banyaknya pertanyaan, kali ini seperti enggan untuk langsung pergi.

"Di Dunia ini katanya setiap manusia ada kembarannya sebanyak 7 orang. Apa kamu salah satunya orang yang mirip denganku?" celetuk Bimo, memecahkan keheningan di antara mereka.

Lagi-lagi Bima berdecak, mendengar ucapan yang baru saja terlontar dari mulut anak yang mirip dengannya itu.

"Mungkin yang kamu katakan benar, tapi menurutku hanya sekedar mirip saja dan pasti mudah dibedakan. Tapi, bagaimana dengan kita? aku rasa kita seperti tidak ada bedanya,"

Bimo kembali menatap lekat-lekat wajah Bima. Dan ia pun membenarkan ucapan anak laki-laki itu.

"Atau jangan-jangan kita ini kembar?" pekik Bimo tiba-tiba.

"Kembar bagaimana? mamaku tidak pernah bercerita kalau aku punya saudara kembar. Jadi, tidak mungkin kita kembar," Bima menyangkal ucapan Bimo yang dianggapnya mengada-ada. "Oh ya, siapa namamu?" tanyanya kembali.

"Namaku Bimo, bagaimana denganmu?"

"Apa? Bimo? namaku Bima. Bagaimana bisa nama kita juga hampir sama?" alis Bima naik sedikit ke atas, kemudian berkerut tiba-tiba.

"Iya juga ya? kenapa bisa begitu ya?" Bimo menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal sama sekali.

"Ahhh anggap saja memang kebetulan saja. Wajah kita sama, nama kita juga hampir sama," Bima mendorong sepedanya ke tepi jalan kemudian mendaratkan tubuhnya duduk di hamparan rumput. Sementara Bimo mengayunkan kakinya mengikuti Bima.

"Tuan muda, ayo kita pulang! nanti aku dimarahi Tuan Bara!" Jono,supir pribadi Bimo berteriak dari dalam mobil.

Bimo seketika menghentikan langkahnya dan berbalik menoleh ke arah Jono. Posisi anak kecil itu tentu saja masih menutupi wajah Bima sehingga pria paruh baya itu tidak bisa melihat wajah Bima.

"Pak Jono, tunggu sebentar lagi. Nanti aku sendiri yang bilang sama Papa. Jadi Pak Jono tidak perlu takut," Bimo balas berteriak, membuat pria paruh baya itu mau tidak mau kembali menutup kaca mobil.

"Wah, wajah kita bisa mirip dan nama kita juga bisa hampir sama, tapi sepertinya nasib kita beda. Aku lihat-lihat kamu sepertinya anak orang kaya, apa tebakanku benar?" Bima menelisik tubuh Bimo dari atas sampai ke bawah.

Raut wajah Bimo seketika berubah sendu dan tentu saja Bima merasa aneh melihat perubahan wajah itu. Dia seketika memicingkan matanya menatap Bimo dengan tatapan penuh tanya.

"Kenapa wajahmu berubah sedih seperti itu? apa ada yang salah dengan perkataanku?"

Bimo menggelengkan kepalanya.

"Tidak ada yang salah dengan ucapanmu. Papaku memang orang kaya, bahkan bisa dikatakan konglomerat. Tapi, Papa Bara bukan papa kandungku. Aku hanyalah anak yang dibuang oleh orang tuaku dan dipungut oleh Papa Bara," suara Bimo terdengar lirih.

"Oh, seperti itu? tapi sepertinya papamu itu sangat menyayangimu. Buktinya kamu disekolahkan di sekolah mahal, kamu bahkan difasilitasi dengan supir pribadi,"

"Ya, kamu benar. Papa Bara memang sangat menyayangiku, tapi rasa sayangnya menjadi bumerang bagiku. Aku jadi dibenci oleh anak kandung Papa Bara karena Papa Bara lebih memperhatikanku dari pada anak kandungnya sendiri. Karena itu, setiap hari aku dipanggil anak pungut, anak sialan bahkan anak yang tidak tahu asal-usulnya oleh Kak Tristan dan mamanya Tania," wajah Bimo terlihat semakin sendu.

"Kenapa kamu tidak melawan mereka?" Bima terlihat mulai geram dan dia tidak tahu kenapa dia bisa kesal mendengar cerita Bimo. Bocah laki-laki itu merasakan ada amarah yang timbul di hatinya.

"Aku tidak punya kekuatan untuk melawan karena apa yang mereka katakan itu benar,"

"Apanya yang benar? mereka itu sudah keterlaluan. Walaupun kamu bukan anak kandung, tapi kamu itu manusia yang punya hati yang pasti akan merasa sakit mendengar kata-kata seperti itu. Dan kamu itu sebenarnya tidak boleh lemah, kamu itu tetap harus punya harga diri!" nada bicara Bima terdengar sangat emosional. Bahkan napasnya sudah terlihat memburu.

"Kenapa kamu jadi semarah itu?" Bimo mengrenyitkan keningnya.

Bima bergeming karena dia sendiri juga tidak mengerti kenapa dia bisa seemosional itu.

"Iya ya? kenapa aku yang marah?"bisik Bima pada dirinya sendiri.

"A-aku hanya tidak suka mendengar ada orang yang menindas orang lemah. Aku sangat membenci sikap seperti itu," akhirnya Bima menemukan alasan yang masuk akal, membuat Bimo mengangguk-anggukan kepalanya.

"Tunggu dulu! siapa tadi nama papamu? Papa Bara?" ulang Bima memastikan dan Bimo mengangguk mengiyakan.

"Dan mama angkatmu, Tania?" lagi-lagi Bima bertanya mencoba memastikan.

"Iya. Kenapa kamu bertanya seperti itu?" alis Bimo naik sedikit ke atas, penasaran.

Bima terlihat mengangguk-anggukan kepalanya, karena mengerti dengan apa yang terjadi.

"Sepertinya sasaran preman-preman tadi adalah kamu, karena mereka tadi mengajakku ke suatu tempat dengan mengatasnamakan Papa Bara. Setelah itu aku dengar mereka menyebut kalau mereka disuruh oleh Ibu Tania. Hmm sekarang sepertinya kamu, ada dalam bahaya, Wanita bernama Tania itu, ingin melenyapkanmu. Benar-benar wanita iblis!" Bima mengepalkan kedua tangannya dengan kencang.

"Kamu serius?" raut wajah Bimo berubah pucat seperti tidak dialiri oleh darah sama sekali dan Bima menganggukkan kepala, mengiyakan.

Keduanya seketika terdiam untuk beberapa saat, larut dalam pikiran masing-masing.

"Sudahlah, sekarang sepertinya aku harus pulang karena mamaku bisa khawatir kalau sampai jam segini aku belum ada di rumah," Bima mulai berdiri, menepuk-nepuk celananya untuk membersihkan pasir dan rumput yang menempel di celananya.

"Kamu enak ya punya Mama. Kamu pasti bahagia tidak sepertiku yang dari kecil tidak pernah merasakan kasih sayang dari seorang ibu,"

Bima yang nyaris melangkah, tiba-tiba mengurungkan niatnya dan kembali berbalik menatap Bimo.

"Nasib kita sama. Kamu memang tidak merasakan kasih sayang seorang ibu, tapi kamu merasakan kasih sayang seorang ayah walaupun bukan ayah kandungmu. Sedangkan aku, kebalikan dari kamu," kini gantian wajah Bima yang berubah sendu.

"Emmm bagaimana kalau kita bertukar posisi? sepertinya tidak akan ada yang tahu kalau kita bertukar posisi," sorak Bimo berdiri dengan penuh semangat.

Bima tidak langsung mengiyakan, tapi dirinya juga tidak menolak.

"Please, Bima. Aku benar-benar ingin bisa merasakan kasih sayang dari seorang ibu," Bimo menangkupkan kedua tangannya dengan ekspresi wajah memelas ketika melihat tidak ada tanggapan dari Bima.

"Baiklah, aku bersedia!" pungkas Bima akhirnya menyetujui.

"Selain karena aku juga ingin merasakan kasih sayang seorang ayah, aku juga merasa kalau istri dari papamu itu tidak akan berhenti untuk kembali memikirkan cara untuk mencelakaimu. Aku ingin melihat bagaimana reaksinya nanti ketika melihatku yang dia kira kamu, ternyata baik-baik saja. Aku penasaran apa tujuan wanita ingin melenyapkanmu." batin Bima, sembari tersenyum samar hampir tidak terlihat.

"Yes, terima kasih Bima!" sorak Bimo dengan raut wajah yang begitu bahagia.

"Kalau begitu mari kita berganti pakaian dulu!" Bima mengedarkan pandangannya mencari tempat yang aman untuk mengganti pakaian,"

Setelah menemukan tempat yang tepat, si kembar itu, langsung berjalan ke tempat itu, dan buru-buru berganti pakaian. Bukan hanya itu saja, tas, handphone juga mereka tidak lupa untuk berganti.

"Ingat, namamu Bima bukan Bimo. Dan satu lagi, jangan coba-coba cari perhatian mamaku!" sebelum melangkah ke mobil, Bima memberikan peringatan lebih dulu.

"Apaan sih? supaya aku mendapat perhatian dari mamamu, kan aku memang harus mencari perhatian? kalau kamu, tanpa meminta perhatian pun kamu pasti akan diperhatikan papa Bara," protes Bimo.

"Oh iya ya?" Bima menepuk jidatnya dengan sedikit keras. "Maksudku jangan coba-coba menguasai mamaku nanti!" Bima merubah peringatannya.

"Iya, iya. Aku pastikan kalau mamamu akan tetap jadi mamamu. Kan aku juga bilang hanya sementara!" Bimo mengerucutkan bibirnya.

"Baiklah, kalau begitu kita harus meninggalkan tempat ini! nanti aku akan menghubungimu dan menjelaskan bagaimana karakterku, di rumah dan di sekolah agar tidak ada yang curiga,"

Bimo menganggukkan kepalanya, mengiyakan.

Setelah ditemukan kesepakatan, Bima akhirnya mengayunkan kakinya melangkah menuju mobil.

"Bima tunggu dulu!" Bimo tiba-tiba memanggil Bima, hingga anak kecil itu menghentikan langkahnya.

"Ada apa lagi? apa kamu berubah pikiran?" tanya Bima dengan alis bertaut.

"Tidak sama sekali. Aku hanya ingin menginformasikan kalau aku tidak tahu alamat rumahmu!" ucap Bimo dengan wajah bodohnya.

Tbc

Terpopuler

Comments

Yuli Julay

Yuli Julay

seru ceritanya,lanjut

2024-04-17

0

🍁Angela☠ᵏᵋᶜᶟ❣️

🍁Angela☠ᵏᵋᶜᶟ❣️

wah seru nih klo bertukar peran

2024-03-16

0

murniati cls

murniati cls

kan bisa tes lg DNA nya,suruh sam Satya aja,drmh skt Laen, biar tak ketahuan

2024-03-05

1

lihat semua
Episodes
1 Terpaksa Bercerai
2 Kembali ke rumah sebenarnya
3 Cerai dan hamil
4 memutuskan untuk pergi
5 Bima dan Bimo
6 Sepupu Arumi
7 Akal bulus Tania
8 Kehilangan Baby Bimo
9 Bara berencana mengadopsi Bimo
10 panggilan anak pungut
11 Akan dikenalkan dengan Theo
12 Bertemu Theo
13 Kemarahan Bara
14 Salah sasaran dan Bertemu
15 Bertukar posisi
16 Kecurigaan Bima
17 Bimo bertemu Clara
18 Karakter yang bertolak belakang
19 Ma, ini aku
20 Aku akan membantumu
21 mengetahui kenyataan lagi
22 Bima tahu kenyataan
23 Bima bertemu Bara
24 Penyebab kecelakaan Bara dulu
25 Sindiran Bima
26 Tristan kena marah
27 Pikirkan kembali niatmu mendekatinya
28 Hukuman buat Tristan
29 Bimo panik
30 Rencana Bima dan Bimo
31 Dito mati kutu
32 Keluarga Prayoga tidak ada yang bodoh
33 Tidak ada anak haram
34 Membeli sesuatu?
35 Dito percaya Jono ada di pihaknya
36 Belum masuk sekolah lagi
37 Bertemu
38 Selamat ulang tahun
39 Pesan romantis
40 Kenyataan baru yang Clara tahu
41 Jangan kasih tahu Bara
42 Kekagetan Arumi
43 pulang kampung
44 Hanya Anakku yang pantas jadi pewaris
45 Tania mengulah
46 Arumi dan Satya bekerja sama
47 Kebingungan Tania
48 Pembelaan Elva
49 Beraninya kamu menantangku
50 Melakukan Test DNA
51 Mencoba mempengaruhi Elva
52 bersitegang
53 Bima mulai bertindak
54 Merasa mendapat kesempatan
55 Hari penandatanganan surat warisan
56 Tristan bukan anakku
57 Ini dia papa kandung Tristan
58 Meminta penjelasan
59 Flash back
60 Aku bukan Bimo tapi Bima
61 Kalung
62 Bimo muncul
63 Bukti hasil test DNA
64 Mau menemui Clara
65 Kekagetan Clara
66 Clara sadar
67 Rencana Arumi, Satya dan Bimo
68 Bara mengungkapkan keinginannya
69 Kita akan tetap berjodoh
70 Aku punya alasan untuk itu
71 Mendatangi Teguh
72 Keputusan Clara.
73 Clara tahu yang sebenarnya
74 Perdebatan Bara dengan Theo
75 Kamu akan tinggal bersama kami
76 Pergi untuk selamanya
77 Kembali menjadi suami istri
78 Yes, berhasil!
79 Pekerjaan siapa itu?
80 Penolakan Karin
81 Karin pulang
82 Itu bukan utang
83 Aku yang terbaik untukmu
84 Pindah sekolah
85 Aku mencintaimu
86 Tamat
87 AKCA Season 2
88 Aku capek
89 AKCA Season 2 (Biar aku yang memperjuangkannya)
90 AKCA Season 2 ( Hargai diri kamu)
91 AKCA Season 2 ( Aku Mundur)
92 AKCA Season 2 (Prom night)
93 AKCA Season 2 (Kamu mau kemana?)
94 AKCA Season 2 ( Apa kamu mampu?)
95 Kamu salah paham
96 Kabar menyedihkan buat Clara
97 Jadi kamu menungguku?
98 Pergi tanpa pamit
99 Trick Adrian
100 AKCA season 2 ( Biar aku yang menjaganya)
101 Universitas pilihan Bima
102 Apa aku sudah menjadi orang asing bagimu?
103 Kamu murahan plus tidak sadar diri!
104 Aku bukan calon istrimu!
105 Aku setuju dengan rencanamu!
106 Salah sasaran
107 Batal dapat yang gratisan
108 Terima kasih sudah menolong!
109 Hukuman buat Viona dan Rini.
110 Game misterius
111 Hati Ayu sudah ada pemiliknya
112 Undangan pesta
113 Bima, tolong aku!
114 Jangan coba-coba mengulanginya lagi
115 Siapa orang itu?
116 Baiklah, aku akan pulang!
117 Kembali ke Indonesia
118 Kekagetan Bara dan Clara
119 Aku tidak ingin dikasihani
120 Kamu harus hadir
121 Bawa temanku saja
122 Acara reuni
123 Kenapa kamu minum?
124 Kepanikan Bima
125 Dalang penculikan
126 Menahan diri
127 Tidur di ranjang yang sama
128 Jangan berkelit lagi!
129 Luapan hati Bima
130 Ingatan Tristan
131 Keputusan Bima
132 POV Bima
133 Pengakuan Tristan dan Bimo
134 Aku tidak bakalan terpancing
135 Kami semua menyangimu.
136 Bima dan Ayunda's wedding
137 Sudah bisa buat anak kecil
138 Kebingungan Ayunda
139 Aku menginginkanmu
140 Membuat Tristan setuju
141 Jangan melihat
142 Tugas antar/ jemput
143 Kecurigaan Tristan
144 Sahabat Salena
145 Antar Renata pulang
146 Kamu harus mengungkapkan perasaanmu
147 Terjawab sudah
148 Mulai menyebalkan lagi
149 Mulai berpikir Kotor
150 Mau menjemput calon istriku
151 Jangan pernah
152 Membawa 6 laki-laki ke kamar
153 Putus
154 Tekad Bimo.
155 Rencana pesta ulang tahun
156 Kamu cukup berdoa.
157 Acara ulang tahun
158 Selalu terlambat
159 Alasan konyol Salena
160 cara licik
161 Rencana yang gagal
162 Tidak gagal sama sekali
163 Siapa pemenangnya
164 Ayo ikut aku!
165 Tidak akan terjadi apa-apa
166 Kekesalan Michelle
167 Keusilan Salena
168 Aku tidak suka aromanya.
169 Bebas
170 Kekesalan Arya
171 Tidak habis pikir
172 Masalah nasi goreng
173 Bimo and Michelle's wedding
174 Kabar baik.
175 Rencana yang gagal
176 Akhir
177 Pengumuman
Episodes

Updated 177 Episodes

1
Terpaksa Bercerai
2
Kembali ke rumah sebenarnya
3
Cerai dan hamil
4
memutuskan untuk pergi
5
Bima dan Bimo
6
Sepupu Arumi
7
Akal bulus Tania
8
Kehilangan Baby Bimo
9
Bara berencana mengadopsi Bimo
10
panggilan anak pungut
11
Akan dikenalkan dengan Theo
12
Bertemu Theo
13
Kemarahan Bara
14
Salah sasaran dan Bertemu
15
Bertukar posisi
16
Kecurigaan Bima
17
Bimo bertemu Clara
18
Karakter yang bertolak belakang
19
Ma, ini aku
20
Aku akan membantumu
21
mengetahui kenyataan lagi
22
Bima tahu kenyataan
23
Bima bertemu Bara
24
Penyebab kecelakaan Bara dulu
25
Sindiran Bima
26
Tristan kena marah
27
Pikirkan kembali niatmu mendekatinya
28
Hukuman buat Tristan
29
Bimo panik
30
Rencana Bima dan Bimo
31
Dito mati kutu
32
Keluarga Prayoga tidak ada yang bodoh
33
Tidak ada anak haram
34
Membeli sesuatu?
35
Dito percaya Jono ada di pihaknya
36
Belum masuk sekolah lagi
37
Bertemu
38
Selamat ulang tahun
39
Pesan romantis
40
Kenyataan baru yang Clara tahu
41
Jangan kasih tahu Bara
42
Kekagetan Arumi
43
pulang kampung
44
Hanya Anakku yang pantas jadi pewaris
45
Tania mengulah
46
Arumi dan Satya bekerja sama
47
Kebingungan Tania
48
Pembelaan Elva
49
Beraninya kamu menantangku
50
Melakukan Test DNA
51
Mencoba mempengaruhi Elva
52
bersitegang
53
Bima mulai bertindak
54
Merasa mendapat kesempatan
55
Hari penandatanganan surat warisan
56
Tristan bukan anakku
57
Ini dia papa kandung Tristan
58
Meminta penjelasan
59
Flash back
60
Aku bukan Bimo tapi Bima
61
Kalung
62
Bimo muncul
63
Bukti hasil test DNA
64
Mau menemui Clara
65
Kekagetan Clara
66
Clara sadar
67
Rencana Arumi, Satya dan Bimo
68
Bara mengungkapkan keinginannya
69
Kita akan tetap berjodoh
70
Aku punya alasan untuk itu
71
Mendatangi Teguh
72
Keputusan Clara.
73
Clara tahu yang sebenarnya
74
Perdebatan Bara dengan Theo
75
Kamu akan tinggal bersama kami
76
Pergi untuk selamanya
77
Kembali menjadi suami istri
78
Yes, berhasil!
79
Pekerjaan siapa itu?
80
Penolakan Karin
81
Karin pulang
82
Itu bukan utang
83
Aku yang terbaik untukmu
84
Pindah sekolah
85
Aku mencintaimu
86
Tamat
87
AKCA Season 2
88
Aku capek
89
AKCA Season 2 (Biar aku yang memperjuangkannya)
90
AKCA Season 2 ( Hargai diri kamu)
91
AKCA Season 2 ( Aku Mundur)
92
AKCA Season 2 (Prom night)
93
AKCA Season 2 (Kamu mau kemana?)
94
AKCA Season 2 ( Apa kamu mampu?)
95
Kamu salah paham
96
Kabar menyedihkan buat Clara
97
Jadi kamu menungguku?
98
Pergi tanpa pamit
99
Trick Adrian
100
AKCA season 2 ( Biar aku yang menjaganya)
101
Universitas pilihan Bima
102
Apa aku sudah menjadi orang asing bagimu?
103
Kamu murahan plus tidak sadar diri!
104
Aku bukan calon istrimu!
105
Aku setuju dengan rencanamu!
106
Salah sasaran
107
Batal dapat yang gratisan
108
Terima kasih sudah menolong!
109
Hukuman buat Viona dan Rini.
110
Game misterius
111
Hati Ayu sudah ada pemiliknya
112
Undangan pesta
113
Bima, tolong aku!
114
Jangan coba-coba mengulanginya lagi
115
Siapa orang itu?
116
Baiklah, aku akan pulang!
117
Kembali ke Indonesia
118
Kekagetan Bara dan Clara
119
Aku tidak ingin dikasihani
120
Kamu harus hadir
121
Bawa temanku saja
122
Acara reuni
123
Kenapa kamu minum?
124
Kepanikan Bima
125
Dalang penculikan
126
Menahan diri
127
Tidur di ranjang yang sama
128
Jangan berkelit lagi!
129
Luapan hati Bima
130
Ingatan Tristan
131
Keputusan Bima
132
POV Bima
133
Pengakuan Tristan dan Bimo
134
Aku tidak bakalan terpancing
135
Kami semua menyangimu.
136
Bima dan Ayunda's wedding
137
Sudah bisa buat anak kecil
138
Kebingungan Ayunda
139
Aku menginginkanmu
140
Membuat Tristan setuju
141
Jangan melihat
142
Tugas antar/ jemput
143
Kecurigaan Tristan
144
Sahabat Salena
145
Antar Renata pulang
146
Kamu harus mengungkapkan perasaanmu
147
Terjawab sudah
148
Mulai menyebalkan lagi
149
Mulai berpikir Kotor
150
Mau menjemput calon istriku
151
Jangan pernah
152
Membawa 6 laki-laki ke kamar
153
Putus
154
Tekad Bimo.
155
Rencana pesta ulang tahun
156
Kamu cukup berdoa.
157
Acara ulang tahun
158
Selalu terlambat
159
Alasan konyol Salena
160
cara licik
161
Rencana yang gagal
162
Tidak gagal sama sekali
163
Siapa pemenangnya
164
Ayo ikut aku!
165
Tidak akan terjadi apa-apa
166
Kekesalan Michelle
167
Keusilan Salena
168
Aku tidak suka aromanya.
169
Bebas
170
Kekesalan Arya
171
Tidak habis pikir
172
Masalah nasi goreng
173
Bimo and Michelle's wedding
174
Kabar baik.
175
Rencana yang gagal
176
Akhir
177
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!