Karakter yang bertolak belakang

Bimo baru saja beranjak dari meja makan hendak menuju kamarnya. Karena dia tiba-tiba teringat akan ucapan Bima yang akan menghubunginya untuk menjelaskan karakternya di rumah. Namun belum mencapai kamar tiba-tiba ada yang mengetuk pintu dari luar.

Bimo baru saja hendak membuka pintu, namun langkahnya terhenti ketika Clara muncul. "Bim, biarkan mama yang membuka pintunya, kamu masuk saja ke kamar!" titah Clara sembari berjalan ke arah pintu.

Bimo sama sekali tidak mengindahkan perintah Clara, karena anak laki-laki itu, merasa penasaran siapa tamu mamanya Bima itu.

Ketika pintu terbuka, mata Bimo membesar begitu melihat sosok pria yang berada di depan pintu. Dia ingat betul kalau pria itu adalah orang yang pernah membelikannya makanan ketika ditinggal oleh Tania di dalam mobil.

Bukan hanya Bimo yang kaget, pria yang berdiri di depan pintu itu juga sama.

"Mas Theo, ada apa datang ke sini?" terdengar suara Clara yang nadanya terdengar kurang suka dengan kedatangan pria itu.

"Aku tak sengaja lewat, jadi aku berpikir untuk singgah sebentar," sahut Theo dengan mata yang masih menatap Bimo, yang kini sudah bisa bersikap biasa.

"Jadi, dia itu anakmu?" Theo menunjuk ke arah Bimo.

"Iya. Apa, Mas Theo mengenalnya?" Clara mengrenyitkan keningnya, menyelidik.

"Emm aku tidak mengetahui namanya, tapi aku pernah bertemu dengannya di restoran cepat saji dekat Restoran pertama kali kita ketemu. Tapi, katanya dia ditinggalkan sendirian di mobil oleh mama dan saudara tirinya. Aku jadi bingung bukannya kamu mama kandungnya?" Theo menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal sama sekali.

Clara kemudian menoleh ke arah Bimo untuk seperti meminta penjelasan.

"Bima,apa benar kamu pernah bertemu dengan om ini?" tanyanya dengan tatapan menuntut.

Bimo dengan cepat menggelengkan kepalanya, "Tidak sama sekali, Ma. Aku sama sekali tidak mengenal Om ini. Lagian buat apa aku di depan restoran itu?" sangkal Bimo dengan cepat, menyadari kalau dirinya sekarang adalah Bima.

"Mas, dengar sendiri kan? dia tidak mengenal Mas. Mungkin hari itu mas salah mengenal orang atau wajah mereka berdua mirip. Lagian, tidak mungkin anakku bisa ada di tempat itu, karena dia tidak melewati tempat itu sepulang sekolah," ucap Clara yakin dengan ucapan sang anak.

"Tapi, aku tidak mungkin salah orang. Karena aku cukup lama berbicara dengan anak itu. Anak itu ditinggalkan di mobil, dan dia kelaparan. Uang jajannya dirampas sama saudara tirinya dan katanya dia diperlakukan seperti itu gara-gara dia bukan anak kandung tapi anak yang dipungut dari jalanan oleh papanya. Aku ingat jelas kalau dia adalah orangnya. Tapi, sayangnya aku lupa menanyakan siapa namanya," Theo menunjuk ke arah Bimo yang seketika berubah pucat.

"Om, aku benar-benar tidak mengenal, Om. Jangan membuat mamaku bingung. Permisi, Om!" merasa dirinya sudah tidak aman lagi, Bimo akhirnya memutuskan untuk beranjak pergi.

Sementara itu Clara terlihat tercenung dengan mata yang berkilauan karena sudah dipenuhi dengan cairan bening yang siap ditumpahkan dari wadahnya. Entah kenapa ingatan wanita itu seketika mengarah kepada anaknya yang hilang. Anak yang sangat dia rindukan selama ini.

"Kamu kenapa, Clara?" tanya Theo yang seketika menyadari perubahan wajah wanita yang berhasil menggugah hatinya itu.

"Tidak apa-apa! aku hanya merasa jangan-jangan yang kamu maksud adalah Bimo anakku yang hilang. Saudara kembar Bima anakku yang tadi. Aku tidak bisa membayangkan keadaannya saat itu. Tega sekali mereka meninggalkannya kelaparan seperti itu? hatiku benar-benar sakit memikirkannya," Air mata yang berusaha ditahan oleh Clara kini sudah berhasil keluar membasahi pipinya.

"Aku berharap itu benar-benar anakku yang hilang. Setidaknya aku tahu kalau anakku masih hidup. Kenapa bukan aku yang saat itu melihatnya? kenapa?" Clara kini semakin sesunggukan. Hatinya sekarang benar-benar sakit seperti dihujani ribuan jarum membayangkan keadaan putranya seperti yang diceritakan Theo tadi.

Melihat kondisi Clara seperti sedang terpuruk membuat Theo seketika merasa bersalah.

"Maaf,Cla. Aku tidak bermaksud membuatmu sedih," ucapnya lirih.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Sementara itu Bimo yang sudah berada di dalam kamarnya mengembuskan napas lega karena merasa aman dari kecurigaan pria yang bernama Theo itu.

"Maafkan aku Om Theo. Bukannya aku tidak tahu terima kasih, tapi sekarang posisinya aku ini Bima bukan Bimo," bisik Bimo dalam hatinya.

Bimo baru baru saja hendak mendaratkan tubuhnya di atas ranjang. Tiba-tiba ponsel Bima yang memang sekarang ada di tangannya berbunyi. Anak kecil itu sontak berdiri lagi dan melihat kalau ada panggilan dari nomornya sendiri yang berarti Bima sedang menghubunginya.

"Halo, Bima!"

"Kamu dari mana saja sih? dari tadi aku berusaha menghubungimu tapi satupun panggilanku tidak kamu jawab," terdengar suara Bima yang terdengar sangat kesal dari seberang sana.

"Maaf! kamu tidak perlu semarah itu, Bima. Tadi aku sedang makan malam bersama mamamu dan handphone tentu saja aku tinggal di kamar. Oh ya, bagaimana kondisi di sana? apa ada yang curiga dengan kamu?" Bimo dengan sengaja langsung mengalihkan pembicaraan.

"Curiga tidak, bingung melihat kamu berubah berani, iya. Aku puas melihat wajah-wajah bingung dan pucat mereka," bisa dipastikan kalau Bima pasti sedang menyeringai sinis di ujung sana. "Bagaimana di sana? apa kamu berbuat kekacauan yang membuat mamaku curiga?" lanjut Bima lagi.

"Hampir saja, karena ternyata sangat sulit jadi kamu. Kamu bisa melakukan segalanya, sedangkan aku sama sekali tidak bisa. Kamu benar-benar terlalu mandiri Bima. Benar-benar tidak adil bagiku yang harus belajar jadi kamu. Sedangkan kamu di sana tidak perlu usaha besar untuk jadi aku," keluh. Bimo, dengan helaan napas yang berat.

"Itu belum seberapa. Di sekolah juga aku dikenal dingin. Jadi aku ingatkan kamu, kalau besok ada yang menyapaku di sekolah kamu cukup anggukan kepala ke arah mereka. Satu lagi, ada anak perempuan yang menyebalkan selalu berusaha mendekatiku, namanya Ayunda. Jangan pernah membalas senyumnya. Nanti dia kira aku menyukainya lagi. ihhh ...." Bima bergidik, padahal Bimo sama sekali tidak bisa melihatnya.

"Hal yang sama juga aku ingatkan ke kamu. Di kelasku juga ada anak perempuan yang selalu baik padaku namanya Michelle. Dia satu-satunya anak perempuan yang tidak pernah memanggilku anak pungut. Jangan pernah pasang muka masam padanya. Kamu harus selalu tersenyum padanya," kini gantian Bimo yang memberi peringatan pada Bima.

"Apa? jadi kamu memintaku untuk tersenyum pada anak perempuan itu? itu bukan aku Bimo. Aku akan selalu merasa buruk kalau tersenyum pada orang lain kecuali mamaku dan orang-orang terdekatku. Kamu benar-benar sok manis!" umpat Bima, benar-benar merasa kesal.

"Hei, kamu yang sok cool, sok keren. Kamu kira kalau aku bersikap cool itu karakterku? aku juga akan merasa buruk kalau bersikap dingin sepertimu. Jadi, adil kan!" Protes Bimo tidak mau disalahkan.

"Huft, kita benar-benar bertolak belakang! kenapa sih sikapmu tidak sepertiku?" Bima menggerutu tidak jelas membuat Bimo mendengus.

"Oh ya, aku ada tugas rumah, kamu bisa menyelesaikannya kan?" lanjut Bimo lagi, mengalihkan pembicaraan.

"Kamu kira aku bodoh? tentu saja aku bisa. Justru aku meragukanmu, apa kamu bisa menyelesaikan tugas rumahku?" Bima balik bertanya.

Bimo berdecih, mendengar keraguan Bima.

"Jangan pikir aku sebodoh itu. Aku juga pintar, tugas kamu ini termasuk soal mudah bagiku," sahut Bimo mengimbangi kesombongan Bima.

"Dasar sombong!" umpat Bima. "Oh ya, aku hampir lupa. Coba kamu lihat pesan yang tadi aku kirimkan ke kamu. Tadi aku ada mengirimkan photo gelang, apa itu benar-benar milikmu?"

Bimo mengrenyitkan keningnya dan menyingkirkan ponsel dari telinganya untuk melihat pesan yang katanya dikirimkan Bima itu.

"Iya, itu milikku. Satu-satunya benda yang melekat di tubuhku ketika papa Bara menemukanku. Emangnya kenapa?" alis Bimo bertaut walaupun Bima tidak bisa melihat apa yang dia lakukan.

"Karena aku juga memiliki gelang itu. Dan tanggal lahir yang tertulis di situ juga sama dengan tanggal lahirku. Kalau bisa, bolehkah kamu bertanya pada mamaku apa aku memiliki saudara kembar? entah kenapa aku merasa kalau kita itu Kembar. Tidak mungkin kita memiliki wajah yang sama, nama yang mirip, gelang yang sama dan bahkan tanggal ulang tahun yang sama," tutur Bima panjang lebar tanpa jeda.

mendengar ucapan Bima, Bimo seketika bergeming. Kalau ucapan Bima benar, berarti wanita yang dia panggil mama tadi adalah orang yang sudah tega membuangnya. Setidaknya seperti itulah apa yang dipikirkan oleh Bimo sekarang.

"Bimo, kenapa kamu diam? apa kamu mendengar apa yang aku katakan?" suara Bima seketika menyadarkan Bimo dari lamunannya.

Tbc

Terpopuler

Comments

Renireni Reni

Renireni Reni

bimo...jgn salah paham duluu

2023-11-07

2

Ina Defilia

Ina Defilia

jangan langsung curiga gitu Bimo

2023-11-07

2

Alanna Th

Alanna Th

bukan dbuang mamamu, bimo; kamu 'dculik' gds kcl smp dtemukn papa biologismu! smoga bima mampu mncelikkn mata oma n papanya thdp klicikkn ibu tirinya 🙏🙏🙏

2023-10-28

3

lihat semua
Episodes
1 Terpaksa Bercerai
2 Kembali ke rumah sebenarnya
3 Cerai dan hamil
4 memutuskan untuk pergi
5 Bima dan Bimo
6 Sepupu Arumi
7 Akal bulus Tania
8 Kehilangan Baby Bimo
9 Bara berencana mengadopsi Bimo
10 panggilan anak pungut
11 Akan dikenalkan dengan Theo
12 Bertemu Theo
13 Kemarahan Bara
14 Salah sasaran dan Bertemu
15 Bertukar posisi
16 Kecurigaan Bima
17 Bimo bertemu Clara
18 Karakter yang bertolak belakang
19 Ma, ini aku
20 Aku akan membantumu
21 mengetahui kenyataan lagi
22 Bima tahu kenyataan
23 Bima bertemu Bara
24 Penyebab kecelakaan Bara dulu
25 Sindiran Bima
26 Tristan kena marah
27 Pikirkan kembali niatmu mendekatinya
28 Hukuman buat Tristan
29 Bimo panik
30 Rencana Bima dan Bimo
31 Dito mati kutu
32 Keluarga Prayoga tidak ada yang bodoh
33 Tidak ada anak haram
34 Membeli sesuatu?
35 Dito percaya Jono ada di pihaknya
36 Belum masuk sekolah lagi
37 Bertemu
38 Selamat ulang tahun
39 Pesan romantis
40 Kenyataan baru yang Clara tahu
41 Jangan kasih tahu Bara
42 Kekagetan Arumi
43 pulang kampung
44 Hanya Anakku yang pantas jadi pewaris
45 Tania mengulah
46 Arumi dan Satya bekerja sama
47 Kebingungan Tania
48 Pembelaan Elva
49 Beraninya kamu menantangku
50 Melakukan Test DNA
51 Mencoba mempengaruhi Elva
52 bersitegang
53 Bima mulai bertindak
54 Merasa mendapat kesempatan
55 Hari penandatanganan surat warisan
56 Tristan bukan anakku
57 Ini dia papa kandung Tristan
58 Meminta penjelasan
59 Flash back
60 Aku bukan Bimo tapi Bima
61 Kalung
62 Bimo muncul
63 Bukti hasil test DNA
64 Mau menemui Clara
65 Kekagetan Clara
66 Clara sadar
67 Rencana Arumi, Satya dan Bimo
68 Bara mengungkapkan keinginannya
69 Kita akan tetap berjodoh
70 Aku punya alasan untuk itu
71 Mendatangi Teguh
72 Keputusan Clara.
73 Clara tahu yang sebenarnya
74 Perdebatan Bara dengan Theo
75 Kamu akan tinggal bersama kami
76 Pergi untuk selamanya
77 Kembali menjadi suami istri
78 Yes, berhasil!
79 Pekerjaan siapa itu?
80 Penolakan Karin
81 Karin pulang
82 Itu bukan utang
83 Aku yang terbaik untukmu
84 Pindah sekolah
85 Aku mencintaimu
86 Tamat
87 AKCA Season 2
88 Aku capek
89 AKCA Season 2 (Biar aku yang memperjuangkannya)
90 AKCA Season 2 ( Hargai diri kamu)
91 AKCA Season 2 ( Aku Mundur)
92 AKCA Season 2 (Prom night)
93 AKCA Season 2 (Kamu mau kemana?)
94 AKCA Season 2 ( Apa kamu mampu?)
95 Kamu salah paham
96 Kabar menyedihkan buat Clara
97 Jadi kamu menungguku?
98 Pergi tanpa pamit
99 Trick Adrian
100 AKCA season 2 ( Biar aku yang menjaganya)
101 Universitas pilihan Bima
102 Apa aku sudah menjadi orang asing bagimu?
103 Kamu murahan plus tidak sadar diri!
104 Aku bukan calon istrimu!
105 Aku setuju dengan rencanamu!
106 Salah sasaran
107 Batal dapat yang gratisan
108 Terima kasih sudah menolong!
109 Hukuman buat Viona dan Rini.
110 Game misterius
111 Hati Ayu sudah ada pemiliknya
112 Undangan pesta
113 Bima, tolong aku!
114 Jangan coba-coba mengulanginya lagi
115 Siapa orang itu?
116 Baiklah, aku akan pulang!
117 Kembali ke Indonesia
118 Kekagetan Bara dan Clara
119 Aku tidak ingin dikasihani
120 Kamu harus hadir
121 Bawa temanku saja
122 Acara reuni
123 Kenapa kamu minum?
124 Kepanikan Bima
125 Dalang penculikan
126 Menahan diri
127 Tidur di ranjang yang sama
128 Jangan berkelit lagi!
129 Luapan hati Bima
130 Ingatan Tristan
131 Keputusan Bima
132 POV Bima
133 Pengakuan Tristan dan Bimo
134 Aku tidak bakalan terpancing
135 Kami semua menyangimu.
136 Bima dan Ayunda's wedding
137 Sudah bisa buat anak kecil
138 Kebingungan Ayunda
139 Aku menginginkanmu
140 Membuat Tristan setuju
141 Jangan melihat
142 Tugas antar/ jemput
143 Kecurigaan Tristan
144 Sahabat Salena
145 Antar Renata pulang
146 Kamu harus mengungkapkan perasaanmu
147 Terjawab sudah
148 Mulai menyebalkan lagi
149 Mulai berpikir Kotor
150 Mau menjemput calon istriku
151 Jangan pernah
152 Membawa 6 laki-laki ke kamar
153 Putus
154 Tekad Bimo.
155 Rencana pesta ulang tahun
156 Kamu cukup berdoa.
157 Acara ulang tahun
158 Selalu terlambat
159 Alasan konyol Salena
160 cara licik
161 Rencana yang gagal
162 Tidak gagal sama sekali
163 Siapa pemenangnya
164 Ayo ikut aku!
165 Tidak akan terjadi apa-apa
166 Kekesalan Michelle
167 Keusilan Salena
168 Aku tidak suka aromanya.
169 Bebas
170 Kekesalan Arya
171 Tidak habis pikir
172 Masalah nasi goreng
173 Bimo and Michelle's wedding
174 Kabar baik.
175 Rencana yang gagal
176 Akhir
177 Pengumuman
Episodes

Updated 177 Episodes

1
Terpaksa Bercerai
2
Kembali ke rumah sebenarnya
3
Cerai dan hamil
4
memutuskan untuk pergi
5
Bima dan Bimo
6
Sepupu Arumi
7
Akal bulus Tania
8
Kehilangan Baby Bimo
9
Bara berencana mengadopsi Bimo
10
panggilan anak pungut
11
Akan dikenalkan dengan Theo
12
Bertemu Theo
13
Kemarahan Bara
14
Salah sasaran dan Bertemu
15
Bertukar posisi
16
Kecurigaan Bima
17
Bimo bertemu Clara
18
Karakter yang bertolak belakang
19
Ma, ini aku
20
Aku akan membantumu
21
mengetahui kenyataan lagi
22
Bima tahu kenyataan
23
Bima bertemu Bara
24
Penyebab kecelakaan Bara dulu
25
Sindiran Bima
26
Tristan kena marah
27
Pikirkan kembali niatmu mendekatinya
28
Hukuman buat Tristan
29
Bimo panik
30
Rencana Bima dan Bimo
31
Dito mati kutu
32
Keluarga Prayoga tidak ada yang bodoh
33
Tidak ada anak haram
34
Membeli sesuatu?
35
Dito percaya Jono ada di pihaknya
36
Belum masuk sekolah lagi
37
Bertemu
38
Selamat ulang tahun
39
Pesan romantis
40
Kenyataan baru yang Clara tahu
41
Jangan kasih tahu Bara
42
Kekagetan Arumi
43
pulang kampung
44
Hanya Anakku yang pantas jadi pewaris
45
Tania mengulah
46
Arumi dan Satya bekerja sama
47
Kebingungan Tania
48
Pembelaan Elva
49
Beraninya kamu menantangku
50
Melakukan Test DNA
51
Mencoba mempengaruhi Elva
52
bersitegang
53
Bima mulai bertindak
54
Merasa mendapat kesempatan
55
Hari penandatanganan surat warisan
56
Tristan bukan anakku
57
Ini dia papa kandung Tristan
58
Meminta penjelasan
59
Flash back
60
Aku bukan Bimo tapi Bima
61
Kalung
62
Bimo muncul
63
Bukti hasil test DNA
64
Mau menemui Clara
65
Kekagetan Clara
66
Clara sadar
67
Rencana Arumi, Satya dan Bimo
68
Bara mengungkapkan keinginannya
69
Kita akan tetap berjodoh
70
Aku punya alasan untuk itu
71
Mendatangi Teguh
72
Keputusan Clara.
73
Clara tahu yang sebenarnya
74
Perdebatan Bara dengan Theo
75
Kamu akan tinggal bersama kami
76
Pergi untuk selamanya
77
Kembali menjadi suami istri
78
Yes, berhasil!
79
Pekerjaan siapa itu?
80
Penolakan Karin
81
Karin pulang
82
Itu bukan utang
83
Aku yang terbaik untukmu
84
Pindah sekolah
85
Aku mencintaimu
86
Tamat
87
AKCA Season 2
88
Aku capek
89
AKCA Season 2 (Biar aku yang memperjuangkannya)
90
AKCA Season 2 ( Hargai diri kamu)
91
AKCA Season 2 ( Aku Mundur)
92
AKCA Season 2 (Prom night)
93
AKCA Season 2 (Kamu mau kemana?)
94
AKCA Season 2 ( Apa kamu mampu?)
95
Kamu salah paham
96
Kabar menyedihkan buat Clara
97
Jadi kamu menungguku?
98
Pergi tanpa pamit
99
Trick Adrian
100
AKCA season 2 ( Biar aku yang menjaganya)
101
Universitas pilihan Bima
102
Apa aku sudah menjadi orang asing bagimu?
103
Kamu murahan plus tidak sadar diri!
104
Aku bukan calon istrimu!
105
Aku setuju dengan rencanamu!
106
Salah sasaran
107
Batal dapat yang gratisan
108
Terima kasih sudah menolong!
109
Hukuman buat Viona dan Rini.
110
Game misterius
111
Hati Ayu sudah ada pemiliknya
112
Undangan pesta
113
Bima, tolong aku!
114
Jangan coba-coba mengulanginya lagi
115
Siapa orang itu?
116
Baiklah, aku akan pulang!
117
Kembali ke Indonesia
118
Kekagetan Bara dan Clara
119
Aku tidak ingin dikasihani
120
Kamu harus hadir
121
Bawa temanku saja
122
Acara reuni
123
Kenapa kamu minum?
124
Kepanikan Bima
125
Dalang penculikan
126
Menahan diri
127
Tidur di ranjang yang sama
128
Jangan berkelit lagi!
129
Luapan hati Bima
130
Ingatan Tristan
131
Keputusan Bima
132
POV Bima
133
Pengakuan Tristan dan Bimo
134
Aku tidak bakalan terpancing
135
Kami semua menyangimu.
136
Bima dan Ayunda's wedding
137
Sudah bisa buat anak kecil
138
Kebingungan Ayunda
139
Aku menginginkanmu
140
Membuat Tristan setuju
141
Jangan melihat
142
Tugas antar/ jemput
143
Kecurigaan Tristan
144
Sahabat Salena
145
Antar Renata pulang
146
Kamu harus mengungkapkan perasaanmu
147
Terjawab sudah
148
Mulai menyebalkan lagi
149
Mulai berpikir Kotor
150
Mau menjemput calon istriku
151
Jangan pernah
152
Membawa 6 laki-laki ke kamar
153
Putus
154
Tekad Bimo.
155
Rencana pesta ulang tahun
156
Kamu cukup berdoa.
157
Acara ulang tahun
158
Selalu terlambat
159
Alasan konyol Salena
160
cara licik
161
Rencana yang gagal
162
Tidak gagal sama sekali
163
Siapa pemenangnya
164
Ayo ikut aku!
165
Tidak akan terjadi apa-apa
166
Kekesalan Michelle
167
Keusilan Salena
168
Aku tidak suka aromanya.
169
Bebas
170
Kekesalan Arya
171
Tidak habis pikir
172
Masalah nasi goreng
173
Bimo and Michelle's wedding
174
Kabar baik.
175
Rencana yang gagal
176
Akhir
177
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!