panggilan anak pungut

Hari berganti hari, minggu berganti minggu, bulan berganti bulan. Bahkan Tahun sudah berganti beberapa kali. Usia Bima kini sudah 6 tahun dan sudah duduk di kelas satu sekolah dasar. Bahkan sekarang keduanya sudah tidak tinggal di apartemen milik Arumi lagi karena berkat usahanya Clara sudah bisa membeli rumah yang memang tidak mewah tapi baginya sangat nyaman.

Clara sudah berhasil bangkit dari keterpurukannya karena kehilangan Bimo, adiknya Bima. Bukan karena dia sudah melupakan putra keduanya itu, tapi dia merasa kalau ucapan Arumi dulu benar adanya. Di mana wanita itu mengatakan kalau dirinya tidak boleh terpuruk hingga tanpa sadar mengabaikan Bima. Karena bagaimanapun Bima juga masih sangat membutuhkannya. Yang paling penting mereka sudah melakukan berbagai cara untuk mencari Bimo, tapi memang mungkin belum rejekinya untuk bisa menemukan kembali putranya itu.

Clara hanya berdoa Bimo masih hidup dan ada di tangan orang yang tepat. Ia berharap suatu saat akan ada waktunya dia bertemu dengan putra keduanya itu.

"Bima, apa semuanya sudah siap? kalau sudah ayo kita berangkat!" teriak Clara memanggil anaknya itu.

"Aku sudah siap,Ma," Bima anak laki-laki berparas tampan itu keluar dari kamar dengan pakaian seragam sekolah yang sudah lengkap. Tas berwarna hitam karakter superhero kesukaannya juga sudah melekat di punggungnya.

"Anak Mama sudah tampan ternyata. Ayo kita berangkat sekarang, biar kamu tidak telat!"

Seperti biasa anak yang minim bicara itu hanya menganggukkan kepalanya, dan berjalan mengikuti mamanya. Setelah mamanya mengunci pintu, dan menaiki motor matic miliknya, Bima juga ikut naik dan duduk di boncengan Clara.

"Pegangan, Nak!" seperti biasa Clara tidak lupa untuk mengingatkan.

Setelah tangan kecil milik Bima memegang pinggangnya, Clara langsung melajukan motornya dengan kecepatan sedang, menembus jalanan yang sudah mulai ramai oleh orang-orang yang hendak mengantarkan anak mereka ke sekolah.

Setelah menempuh perjalanan lebih kurang 15 menit, akhirnya motor yang dikendarai Clara berhenti di depan sebuah sekolah yang memiliki gedung besar, karena memang Clara tetap memasukkan putranya itu ke sekolah elit walaupun dengan biaya yang bisa dikatakan mahal.

"Ma, mulai besok Mama tidak perlu mengantarkan dan menjemputku ke sekolah lagi ya," setelah Selama dalam perjalanan diam seribu bahasa, Bima mulai buka suara tapi cukup membuat Clara kaget.

"Kenapa?" alis Clara bertaut dalam-dalam.

"Karena nanti aku akan membeli sepeda sendiri. Aku tadi sudah bongkar celengan dan hasilnya cukup untuk membeli sepeda. Jadi, Mama tidak perlu lagi capek-capek mengantarkan dan menjemputku ke sekolah. Kasihan Mama, karena harus bolak-balik, ditambah arah sekolah dan toko bunga mama beda arah," jelas Bima, membuat Clara merasa terharu

Clara kemudian menerbitkan seulas senyuman di bibirnya dan meraih kepala Bima ke pelukannya.

"Tapi Mama bahagia melakukan ini semua, Nak. Mama tidak pernah merasa lelah sedikitpun," tutur Clara sembari mengelus lembut kepala putranya yang dinginnya melebihi kutub Utara itu.

"Ma, jangan elus-elus kepalaku! malu dilihat orang," protes Bima sembari menjauhkan kepalanya dari tangan Clara.

"Astaga, kamu masih kecil sudah tahu malu begini," Clara berdecak sembari menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Aku bukan anak kecil lagi. Aku sudah besar!" sanggah Bima yang kalau orang banyak bilang tidak sadar diri. Masih kecil, tapi berlagak sudah besar.

"Iya, iya kamu sudah besar. Mama tidak akan memeluk dan mengelus-elus kepalamu lagi," Clara memasang wajah sendunya.

"Bukan tidak bisa, Ma. Kalau di rumah tidak masalah, yang penting jangan di depan orang banyak," bisik Bima yang membuat tawa Clara pecah.

"Sudah-sudah! sekarang kamu masuk ya. Nanti pulang sekolah mama akan jemput," Clara memutar tubuhnya anaknya dan mendorong tubuh kecil itu dengan pelan.

Namun,Bima sama sekali tidak bergerak dari tempat dia berdiri. Bocah laki-laki itu justru berbalik kembali dan menatap mamanya dengan tatapan yang selalu mengingatkan Clara dengan tatapan ayah dari anak itu.

"Ma, bukannya aku sudah mengatakan kalau mama tidak perlu jemput. Pulang sekolah nanti aku akan langsung membeli sepedaku ke toko itu," Bima menunjuk ke arah sebuah toko yang memang menjual berbagai macam sepeda.

"Tapi, Nak. Mama tidak merasa tenang kalau tidak mama sendiri yang menjemputmu," raut wajah ragu masih tergambar jelas di wajah wanita yang di usianya yang ke 29 tahun itu semakin terlihat cantik.

"Mama lupa siapa aku? aku bisa menjaga diriku Ma. Jadi Mama harus percaya padaku!"

Clara menghela napasnya dengan sekali hentakan, karena dia memang tahu kalau putranya itu di usianya yang masih enam tahun tapi sudah memiliki keahlian di bidang bela diri. Hal yang memang cukup sulit untuk dipercayai oleh nalar.

"Baiklah kalau begitu. Tapi, kamu harus tetap mengabari mama kalau nanti kamu sudah tiba di rumah," pungkas Clara akhirnya mengalah. Wanita itu tahu betul karakter putranya itu yang bisa diam sepanjang hari kalau sedang kesal.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Sementara itu di tempat lain, tepatnya di depan sebuah sekolah yang sangat elit, lebih elit dari sekolah Bima, tampak dua anak laki-laki yang turun dari mobil mewah. Siapa lagi dua anak laki-laki itu kalau buka Tristan dan Bimo yang memang di sekolahkan di tempat yang sama bahkan di kelas yang sama. Kenapa mereka bisa sekelas padahal Tristan lebih tua satu tahun dari Bima? itu karena Tristan tidak sepintar Bimo hingga dulu ketika mendaftar, Tristan sempat ditolak karena anak dari Tania itu belum bisa membaca dan berhitung. Alhasil masuk sekolah dasarnya ditunda dulu, sampai anak itu setidaknya bisa membaca.

"Baik-baik sekolah!" pesan Bara, yang memang setiap pagi mengantarkan anak-anak itu sekolah karena arah ke sekolah dan kantornya sama.

"Baik, Pa! sahut Bimo. Sementara Tristan hanya diam dan melirik Bimo dengan tatapan tidak suka.

Bara baru saja hendak menjalankan mobilnya kembali. Namun tiba-tiba dia urungkan karena teringat sesuatu.

Pria itu, kemudian membuka kaca mobilnya kembali dan memanggil nama Bimo yang kebetulan juga baru hendak berjalan.

"Bimo, Papa lupa, apa kamu masih ada uang jajan?"

Bimo sontak merogoh sakunya menunjukkan kalau sakunya itu kosong. Dengan cengengesan bocah kecil itu menggelengkan kepalanya. "Kosong,Pa." ucapannya kemudian.

Kemudian Bara menghela napasnya dan memilih untuk keluar dari mobil, lalu menghampiri Bimo.

"Untuk Papa tanya kan? Nih uang jajan buatmu." Bara mengeluarkan dua lembar uang seratus ribuan dan memasukkannya ke saku seragam putranya itu.

"Kalau aku bagaimana, Pa? apa aku juga tidak dapat uang jajan dari Papa?" Tristan buka suara, penuh harap.

"Papa yakin kamu sudah dapat uang jajan yang lebih dari mamamu. Jadi, papa tidak perlu memberikanmu uang lagi. Kalau Bimo sama sekali tidak ada uang jajan, makanya papa kasih. Kamu jangan serakah ingin dapat uang jajan berlebih. Itu sama sekali tidak baik ya," sahut Bara dengan nada suara yang berusaha lembut. Karena bagaimanapun menurutnya Tristan adalah putranya.

"Baiklah, Pa," Ucap Tristan sembari menarik tangannya yang sempat terulur tadi.

"Ya udah, Papa mau berangkat dulu! kalian berdua harus baik-baik sekolah!" pungkas Bara sembari berjalan mengitari mobil, lalu masuk ke dalamnya. Setelah melambaikan tangan, akhirnya Bara benar-benar pergi.

Bimo baru saja hendak melangkah memasuki pintu gerbang, tapi tiba-tiba Tristan sudah berdiri di depannya.

"Hei, anak pungut mana uang jajan yang dikasih papa tadi? sini kasihkan ke aku!". Tristan menengadahkan tangannya, meminta paksa uang dari tangan Bimo.

"Aku tidak mau! ini uang dikasih papa padaku, jadi ini milikku!" tolak Bimo tegas.

Tristan terlihat menggeram. Bocah laki-laki itu terlihat berjalan mendekati Bimo.

"Berani kamu ya! aku bilang sini uangnya ya sini. Asal kamu tahu, yang anak kandung itu aku, bukan kamu. Kamu itu hanya anak pungut kata mamaku. Jadi kata mama dan Om Dito, kamu tidak pantas mendapatkan apapun dari papaku. Sini uangnya!" Tristan dengan kasar merampas uang pemberian Bara padanya, lalu berjalan meninggalkan Bimo setelah dia memasukkan uang hasil rampasannya ke dalam sakunya.

Sementara itu, Bimo ingin sekali menangis, tapi berusaha dia tahan. "Sabar Bimo. Tristan memang benar, kamu itu memang anak pungut. Anak yang dibuang karena tidak diinginkan oleh orang tuamu. Jadi, kamu bisa disayang Papa Bara juga sudah cukup. Dan kamu harus tetap mensyukurinya. Kamu harus berhasil hingga membuat orang tua yang membuangmu menyesal sudah menyia-nyiakanmu," batin Bimo sembari melangkah masuk ke dalam lingkungan sekolah. Lingkungan yang akan selalu memperdengarkan seruan yang memanggilnya anak pungut karena dipengaruhi oleh Tristan.

Tbc

Terpopuler

Comments

🍁Angela☠ᵏᵋᶜᶟ❣️

🍁Angela☠ᵏᵋᶜᶟ❣️

bima sifatnya seperti sang ayah ternyata cuek

2024-03-16

0

ℳ𝒾𝒸𝒽ℯ𝓁𝓁 𝒮 𝒴ℴ𝓃𝒶𝓉𝒽𝒶𝓃🦢

ℳ𝒾𝒸𝒽ℯ𝓁𝓁 𝒮 𝒴ℴ𝓃𝒶𝓉𝒽𝒶𝓃🦢

buset bocah kecil aja ikutan di provokasi jd jahat sm mak nya, emang siluman ular betina emaknya

2023-12-05

1

kezia desta

kezia desta

bimo lawan tuh tristan jgn kalah n lembek jadi anak

2023-11-27

1

lihat semua
Episodes
1 Terpaksa Bercerai
2 Kembali ke rumah sebenarnya
3 Cerai dan hamil
4 memutuskan untuk pergi
5 Bima dan Bimo
6 Sepupu Arumi
7 Akal bulus Tania
8 Kehilangan Baby Bimo
9 Bara berencana mengadopsi Bimo
10 panggilan anak pungut
11 Akan dikenalkan dengan Theo
12 Bertemu Theo
13 Kemarahan Bara
14 Salah sasaran dan Bertemu
15 Bertukar posisi
16 Kecurigaan Bima
17 Bimo bertemu Clara
18 Karakter yang bertolak belakang
19 Ma, ini aku
20 Aku akan membantumu
21 mengetahui kenyataan lagi
22 Bima tahu kenyataan
23 Bima bertemu Bara
24 Penyebab kecelakaan Bara dulu
25 Sindiran Bima
26 Tristan kena marah
27 Pikirkan kembali niatmu mendekatinya
28 Hukuman buat Tristan
29 Bimo panik
30 Rencana Bima dan Bimo
31 Dito mati kutu
32 Keluarga Prayoga tidak ada yang bodoh
33 Tidak ada anak haram
34 Membeli sesuatu?
35 Dito percaya Jono ada di pihaknya
36 Belum masuk sekolah lagi
37 Bertemu
38 Selamat ulang tahun
39 Pesan romantis
40 Kenyataan baru yang Clara tahu
41 Jangan kasih tahu Bara
42 Kekagetan Arumi
43 pulang kampung
44 Hanya Anakku yang pantas jadi pewaris
45 Tania mengulah
46 Arumi dan Satya bekerja sama
47 Kebingungan Tania
48 Pembelaan Elva
49 Beraninya kamu menantangku
50 Melakukan Test DNA
51 Mencoba mempengaruhi Elva
52 bersitegang
53 Bima mulai bertindak
54 Merasa mendapat kesempatan
55 Hari penandatanganan surat warisan
56 Tristan bukan anakku
57 Ini dia papa kandung Tristan
58 Meminta penjelasan
59 Flash back
60 Aku bukan Bimo tapi Bima
61 Kalung
62 Bimo muncul
63 Bukti hasil test DNA
64 Mau menemui Clara
65 Kekagetan Clara
66 Clara sadar
67 Rencana Arumi, Satya dan Bimo
68 Bara mengungkapkan keinginannya
69 Kita akan tetap berjodoh
70 Aku punya alasan untuk itu
71 Mendatangi Teguh
72 Keputusan Clara.
73 Clara tahu yang sebenarnya
74 Perdebatan Bara dengan Theo
75 Kamu akan tinggal bersama kami
76 Pergi untuk selamanya
77 Kembali menjadi suami istri
78 Yes, berhasil!
79 Pekerjaan siapa itu?
80 Penolakan Karin
81 Karin pulang
82 Itu bukan utang
83 Aku yang terbaik untukmu
84 Pindah sekolah
85 Aku mencintaimu
86 Tamat
87 AKCA Season 2
88 Aku capek
89 AKCA Season 2 (Biar aku yang memperjuangkannya)
90 AKCA Season 2 ( Hargai diri kamu)
91 AKCA Season 2 ( Aku Mundur)
92 AKCA Season 2 (Prom night)
93 AKCA Season 2 (Kamu mau kemana?)
94 AKCA Season 2 ( Apa kamu mampu?)
95 Kamu salah paham
96 Kabar menyedihkan buat Clara
97 Jadi kamu menungguku?
98 Pergi tanpa pamit
99 Trick Adrian
100 AKCA season 2 ( Biar aku yang menjaganya)
101 Universitas pilihan Bima
102 Apa aku sudah menjadi orang asing bagimu?
103 Kamu murahan plus tidak sadar diri!
104 Aku bukan calon istrimu!
105 Aku setuju dengan rencanamu!
106 Salah sasaran
107 Batal dapat yang gratisan
108 Terima kasih sudah menolong!
109 Hukuman buat Viona dan Rini.
110 Game misterius
111 Hati Ayu sudah ada pemiliknya
112 Undangan pesta
113 Bima, tolong aku!
114 Jangan coba-coba mengulanginya lagi
115 Siapa orang itu?
116 Baiklah, aku akan pulang!
117 Kembali ke Indonesia
118 Kekagetan Bara dan Clara
119 Aku tidak ingin dikasihani
120 Kamu harus hadir
121 Bawa temanku saja
122 Acara reuni
123 Kenapa kamu minum?
124 Kepanikan Bima
125 Dalang penculikan
126 Menahan diri
127 Tidur di ranjang yang sama
128 Jangan berkelit lagi!
129 Luapan hati Bima
130 Ingatan Tristan
131 Keputusan Bima
132 POV Bima
133 Pengakuan Tristan dan Bimo
134 Aku tidak bakalan terpancing
135 Kami semua menyangimu.
136 Bima dan Ayunda's wedding
137 Sudah bisa buat anak kecil
138 Kebingungan Ayunda
139 Aku menginginkanmu
140 Membuat Tristan setuju
141 Jangan melihat
142 Tugas antar/ jemput
143 Kecurigaan Tristan
144 Sahabat Salena
145 Antar Renata pulang
146 Kamu harus mengungkapkan perasaanmu
147 Terjawab sudah
148 Mulai menyebalkan lagi
149 Mulai berpikir Kotor
150 Mau menjemput calon istriku
151 Jangan pernah
152 Membawa 6 laki-laki ke kamar
153 Putus
154 Tekad Bimo.
155 Rencana pesta ulang tahun
156 Kamu cukup berdoa.
157 Acara ulang tahun
158 Selalu terlambat
159 Alasan konyol Salena
160 cara licik
161 Rencana yang gagal
162 Tidak gagal sama sekali
163 Siapa pemenangnya
164 Ayo ikut aku!
165 Tidak akan terjadi apa-apa
166 Kekesalan Michelle
167 Keusilan Salena
168 Aku tidak suka aromanya.
169 Bebas
170 Kekesalan Arya
171 Tidak habis pikir
172 Masalah nasi goreng
173 Bimo and Michelle's wedding
174 Kabar baik.
175 Rencana yang gagal
176 Akhir
177 Pengumuman
Episodes

Updated 177 Episodes

1
Terpaksa Bercerai
2
Kembali ke rumah sebenarnya
3
Cerai dan hamil
4
memutuskan untuk pergi
5
Bima dan Bimo
6
Sepupu Arumi
7
Akal bulus Tania
8
Kehilangan Baby Bimo
9
Bara berencana mengadopsi Bimo
10
panggilan anak pungut
11
Akan dikenalkan dengan Theo
12
Bertemu Theo
13
Kemarahan Bara
14
Salah sasaran dan Bertemu
15
Bertukar posisi
16
Kecurigaan Bima
17
Bimo bertemu Clara
18
Karakter yang bertolak belakang
19
Ma, ini aku
20
Aku akan membantumu
21
mengetahui kenyataan lagi
22
Bima tahu kenyataan
23
Bima bertemu Bara
24
Penyebab kecelakaan Bara dulu
25
Sindiran Bima
26
Tristan kena marah
27
Pikirkan kembali niatmu mendekatinya
28
Hukuman buat Tristan
29
Bimo panik
30
Rencana Bima dan Bimo
31
Dito mati kutu
32
Keluarga Prayoga tidak ada yang bodoh
33
Tidak ada anak haram
34
Membeli sesuatu?
35
Dito percaya Jono ada di pihaknya
36
Belum masuk sekolah lagi
37
Bertemu
38
Selamat ulang tahun
39
Pesan romantis
40
Kenyataan baru yang Clara tahu
41
Jangan kasih tahu Bara
42
Kekagetan Arumi
43
pulang kampung
44
Hanya Anakku yang pantas jadi pewaris
45
Tania mengulah
46
Arumi dan Satya bekerja sama
47
Kebingungan Tania
48
Pembelaan Elva
49
Beraninya kamu menantangku
50
Melakukan Test DNA
51
Mencoba mempengaruhi Elva
52
bersitegang
53
Bima mulai bertindak
54
Merasa mendapat kesempatan
55
Hari penandatanganan surat warisan
56
Tristan bukan anakku
57
Ini dia papa kandung Tristan
58
Meminta penjelasan
59
Flash back
60
Aku bukan Bimo tapi Bima
61
Kalung
62
Bimo muncul
63
Bukti hasil test DNA
64
Mau menemui Clara
65
Kekagetan Clara
66
Clara sadar
67
Rencana Arumi, Satya dan Bimo
68
Bara mengungkapkan keinginannya
69
Kita akan tetap berjodoh
70
Aku punya alasan untuk itu
71
Mendatangi Teguh
72
Keputusan Clara.
73
Clara tahu yang sebenarnya
74
Perdebatan Bara dengan Theo
75
Kamu akan tinggal bersama kami
76
Pergi untuk selamanya
77
Kembali menjadi suami istri
78
Yes, berhasil!
79
Pekerjaan siapa itu?
80
Penolakan Karin
81
Karin pulang
82
Itu bukan utang
83
Aku yang terbaik untukmu
84
Pindah sekolah
85
Aku mencintaimu
86
Tamat
87
AKCA Season 2
88
Aku capek
89
AKCA Season 2 (Biar aku yang memperjuangkannya)
90
AKCA Season 2 ( Hargai diri kamu)
91
AKCA Season 2 ( Aku Mundur)
92
AKCA Season 2 (Prom night)
93
AKCA Season 2 (Kamu mau kemana?)
94
AKCA Season 2 ( Apa kamu mampu?)
95
Kamu salah paham
96
Kabar menyedihkan buat Clara
97
Jadi kamu menungguku?
98
Pergi tanpa pamit
99
Trick Adrian
100
AKCA season 2 ( Biar aku yang menjaganya)
101
Universitas pilihan Bima
102
Apa aku sudah menjadi orang asing bagimu?
103
Kamu murahan plus tidak sadar diri!
104
Aku bukan calon istrimu!
105
Aku setuju dengan rencanamu!
106
Salah sasaran
107
Batal dapat yang gratisan
108
Terima kasih sudah menolong!
109
Hukuman buat Viona dan Rini.
110
Game misterius
111
Hati Ayu sudah ada pemiliknya
112
Undangan pesta
113
Bima, tolong aku!
114
Jangan coba-coba mengulanginya lagi
115
Siapa orang itu?
116
Baiklah, aku akan pulang!
117
Kembali ke Indonesia
118
Kekagetan Bara dan Clara
119
Aku tidak ingin dikasihani
120
Kamu harus hadir
121
Bawa temanku saja
122
Acara reuni
123
Kenapa kamu minum?
124
Kepanikan Bima
125
Dalang penculikan
126
Menahan diri
127
Tidur di ranjang yang sama
128
Jangan berkelit lagi!
129
Luapan hati Bima
130
Ingatan Tristan
131
Keputusan Bima
132
POV Bima
133
Pengakuan Tristan dan Bimo
134
Aku tidak bakalan terpancing
135
Kami semua menyangimu.
136
Bima dan Ayunda's wedding
137
Sudah bisa buat anak kecil
138
Kebingungan Ayunda
139
Aku menginginkanmu
140
Membuat Tristan setuju
141
Jangan melihat
142
Tugas antar/ jemput
143
Kecurigaan Tristan
144
Sahabat Salena
145
Antar Renata pulang
146
Kamu harus mengungkapkan perasaanmu
147
Terjawab sudah
148
Mulai menyebalkan lagi
149
Mulai berpikir Kotor
150
Mau menjemput calon istriku
151
Jangan pernah
152
Membawa 6 laki-laki ke kamar
153
Putus
154
Tekad Bimo.
155
Rencana pesta ulang tahun
156
Kamu cukup berdoa.
157
Acara ulang tahun
158
Selalu terlambat
159
Alasan konyol Salena
160
cara licik
161
Rencana yang gagal
162
Tidak gagal sama sekali
163
Siapa pemenangnya
164
Ayo ikut aku!
165
Tidak akan terjadi apa-apa
166
Kekesalan Michelle
167
Keusilan Salena
168
Aku tidak suka aromanya.
169
Bebas
170
Kekesalan Arya
171
Tidak habis pikir
172
Masalah nasi goreng
173
Bimo and Michelle's wedding
174
Kabar baik.
175
Rencana yang gagal
176
Akhir
177
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!