The Eagle White

The Eagle White

1

“Siapa gadis kecil itu? Penampilannya sangat kacau.” Tanya seorang pelayanberbisik menatap risih gadis berambut perak yang berjalan tergopoh-gopoh dengan jubah hitam yang robek dimana-mana.

“Aku tidak tahu. Tapi, kudengar ada pembawa pesan pribadi Yang Mulia Ratu baru saja kembali ke kerajaan ini.” jawab pelayan lain berdiri di tepi dinding dekat jendela besar saling berbisik.

Jauh di belakang, terdengar suara gemuruh besi datang melewati koridor kerajaan.

“Tunggu dulu, Nona.” tegur salah seorang pengawal muda memakai zirah dengan jubah biru menghampiri gadis kecil itu dan segera menopang tubuh kecil tersebut, saat goyah hampir terjatuh. “Oh. Hampir saja.” Gumam pengawal itu pelan, menatap iba pada penampilan gadis berambut perak yang ditopang dari belakang olehnya.

Pasti perjalanannya sulit. Aku harus segera melaporkan ini pada Yang Mulia Ratu.—pikir pengawal tersebut hendak membopongnya, tiba-tiba tangan kirinya mencegah tangan kiri pengawal itu. Mereka semua tercekat kaget, kecuali pengawal tersebut.

Apa yang akan dilakukannya? Apakah anak itu penyihir?—pikir para pelayan yang melihat tampak ketakutan dan resah.

“Bisa antar aku menghadap Yang Mulia Ratu Ionles? Aku membawa pesan untuk beliau.” Pinta gadis berjubah hitam berambut perak dengan lirih. Pengawal muda itu tersenyum memberi hormat, seraya menawarkan bantuan sebagai pegangan agar tidak jatuh. “Tentu, Nona. Anda bisa mengikuti saya.”, “Aku akan memegang jubahmu saja.” Tolak gadis itu yang langsung dimaklumi olehnya.

“EH?!” mereka semua terkejut tidak percaya.

“Gadis itu pembawa pesan kerajaan?!”

“Aku tidak pernah melihatnya.”

“Aku juga baru pertama kali melihatnya”

Bisik mereka semua heran dan penasaran. Setelah cukup lama, gadis misterius yang dianggap pembawa pesan dan pengawal muda tadi pergi. Ada sesuatu yang melesat dengan cepat dan tidak terlihat begitu jelas melewati mereka, hanya sekelebatan putih melewati jalan yang baru saja dilalui oleh gadis berjubah dan pengawal muda.

Di ujung ruangan koridor luas, seorang pelayan wanita mengetuk pintu yang sedikit terbuka seraya membungkuk, “Yang Mulia Ratu, ada yang ingin bertemu dengan anda.” Wanita tiga puluh tahun berambut hitam berkilau lurus sepinggul memakai gaun berwarna biru dingin tengah duduk di kursi panjang sedang menikmati minum teh—Ratu Ionles. “Masuklah. Mungkin dia sudah pulang.” Ujar Ratu Ionles yang langsung dilaksanakan oleh pelayannya dengan membuka pintu lebih lebar.

Ratu Ionles berdiri dari kursinya memutari meja dan berdiri tiga meter dari meja, menunggu.

Tampak seorang pengawal muda dengan rambut merah panjang yang diikat rendah dan mata biru seindah lautan, “Permisi, Yang Mulia Ratu.” Membungkuk,  memberi hormat padanya. “Ada apa pengawal?” tanya Ratu Ionles memperhatikannya, begitu pengawal itu bangkit, Ratu langsung mengenalinya, “Oh, rupanya Tuan Muda Becrox. Apa ada sesuatu yang ingin kau sampaikan?” tanya Ratu Ionles untuk yang kedua kalinya, tapi terdengar agak ramah.

Pengawal itu—Becrox menundukkan kepala dengan takzim, “Ada yang ingin bertemu dengan Yang Mulia—”

jawabannya terpotong tatkala gadis berjubah tadi langsung berlari ke arah Ratu Ionles.

Becrox terkejut dan panik, “Nona! Berhenti!” tegurnya yang tidak digubris sama sekali.

Gadis berjubah tersebut segera melompat sedikit memeluk Ratu Ionles, sampai tudung jubah terbuka, membuat rambut perak lurus sedikit bergelombangnya menyembul indah. “Ratu Ionles. Aku pulang!!” teriakannya mengejutkan mereka semua, termasuk Becrox.

Hei, kau tidak bisa melakukan itu sembarangan Nona—tunggu. Apa aku tidak salah dengar?—pikir Becrox heran tidak percaya, termangu kaget ditempatnya. Dan sesuatu yang cepat berkelebat mengenai kepala Becrox, lalu mendarat dengan bertengger di atas lampu hias dekat kursi panjang.

Elang Putih?—batinnya semakin heran dan penasaran.

Ratu Ionles membalas pelukan gadis itu dengan erat dan tersenyum lega, “Selamat datang kembali ke rumah. Sayangku.” Para pelayan hanya diam ikut senang mendengar kebahagiaan Ratu Ionles, berbeda dengan Becrox yang dilanda kebingungan. Sayangku? Apakah Nona itu anggota keluarga kerajaan?—pikir Becrox penasaran, tapi ia segera mengusir semua pertanyaan itu.

Gadis itu tersenyum, dan saat melihat ke arah Becrox, mata merah semerah berlian yang berkilau terhalang oleh rambut yang berantakan, itu membuat Becrox gugup. “Terima kasih sudah mengantarku sampai kemari. Nanti aku akan menemuimu lagi, Tuan.” Katanya perlahan melepas pelukan dengan Ratu Ionles.

Becrox diam hanya mengangguk, membungkuk, dan beranjak pergi meninggalkan ruangan itu.

Ratu Ionles memegang wajah gadis itu dengan lembut, “Kau berantakan sekali. Kita harus membersihkan semuanya dengan segera. Setidaknya Tian Feng tidak tertinggal.” Ujar Ratu menoleh ke arah burung elang putih itu.

Gadis tersebut tersenyum, mengangguk, “Tentu.” Ratu pun ikut tersenyum dengan mata coklat berbinar.

Di taman kerajaan Gidlove, Becrox berpatroli sudah cukup lama dengan melihat sekitar, lalu ia berhenti saat menemukan sebuah pohon besar yang rindang. Kakinya melangkah kesana, menginjak tanah berumput pendek yang ditumbuhi rumput liar lain, ia mendekati pohon besar itu perlahan. Tangan kanannya yang berbalut sarung tangan merah bata menyentuh pohon besar setinggi dua puluh kaki. Dan ketika mendongakkan kepala, betapa terkejutnya ia melihat untaian helai rambut perak panjang yang berkibar-kibar diterpa udara sejuk musim panas.

“Hei, Tian ingat kataku. Kau tidak akan dapat jatah makan kalau berbuat ulah tanpa ijinku.” Ujar seorang gadis bersandar pada cabang pohon, memakai pakaian  serba putih layaknya pelayan laki-laki, dengan lengan baju panjang, celana selutut, bermantel jubah sedada yang ada tudungnya. Eh? Ini seperti suara Nona berjubah hitam.—batin Becrox penasaran.

Tian Feng terbang ke bawah tiba-tiba ke arahnya, itu membuat Becrox sangat panik sampai jatuh terduduk ke belakang dan berteriak, “WOAH!!”

Gadis itu kaget mendengar teriakan Becrox, langsung melompat turun bergelantungan pada cabang pohon dengan lincah, “Tian Feng! Apa yang kau lakukan?! Jangan menakuti orang lain!!” tegur gadis tersebut yang kini mendarat mulus di depan selangkah dari Becrox. Sedangkan Tian Feng kembali bertengger pada cabang lainnya yang tidak jauh dari gadis itu. Elang putih itu pasti miliknya.—batin Becrox masih panik melihat Tian Feng.

Dia mendongak ke arah Tian Feng, “Huh, dasar burung tidak jelas. Kau menakuti orang yang sudah mengantar kita pada Ratu Ionles.” Omelnya pada burung itu dengan kesal. Kemudian, dia menoleh ke arah Becrox, itu membuatnya kaget karena masih panik. Tuan ini ketakutan?... hmmm. TIAN FENG!!!—pikir gadis tersebut melirik tajam burung elang besar yang bertengger. Tian Feng merasakan bahwa jatah makannya berkurang lebih banyak daripada sebelumnya.

Kepanikan Becrox hilang perlahan, matanya memperhatikan sosok gadis kecil bertudung yang memiliki burung elang. Tudung gadis itu turun karena, tiba-tiba angin bertiup kencang, membuat rambut perak lurus panjang sedikit bergelombang itu menari-nari bersama daun-daun yang  ikut terhempas oleh angin.

Terpopuler

Comments

Karolinly

Karolinly

Lanjutkan karyamu kak! Semangat jangan lupa mampir yah

2024-05-06

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!