12

          Di Istana Utama Gidlove, pintu menuju ruang singgasana dibuka oleh prajurit.

          “Ksatria Muda Becrox Edinhart bersama pembawa pesan kerajaan membawa Minatour Ong He ke hadapan Yang Mulia Ratu Ionles.” Ucap seorang pria yang berdiri di sekitar bawah tangga singgasana lantang.

          Dua orang berjubah abu-abu gelap di sebelah kiri dan kanan Ratu Ionles tak bergeming. Menunggu.

          Ong He berlutut di depan tangga singgasana, lalu Becrox bersama gadis kecil yang berada di samping kanan Ong He membungkuk memberi hormat. Manik coklat Ratu Ionles menatap gadis itu, yang dibalas dengan cengiran. Tangan kiri Ratu Ionles diangkat ke tangan kursi singgasana, sikunya bertumpu disana, menopang dagu. “Kudengar Tuan Ong He mengamuk sampai merusak gerbang Kerajaan? Apakah itu benar?” tanya Ratu Ionles tegas dalam posisi santai.

          Ong He menundukkan kepala dalam-dalam, “Benar Yang Mulia Ratu. Maafkanlah saya. Saya bersalah. Saya akan bertanggung jawab atas semua yang sudah saya perbuat.” Jawabnya sepenuh hati, tanpa kebohongan.

          “Yang Mulia Ratu, Minatour ini harus dihukum berat. Selain merusak gerbang Kerajaan, salah satu Ksatria Kerajaan Gidlove, Duke Rouverr Cloudia juga terluka parah karena ulahnya.” Ujar salah seorang berubah abu-abu yang berdiri di sebelah kanan. Menginginkan hukuman berat untuk Ong He.

          “Kita tidak bisa asal memberi hukuman berat, karena hanya seorang Duke yang terluka.” Sanggah orang berjubah abu-abu di sebelah kiri dengan pendapatnya yang berbeda. Tidak ingin memperbesar masalah hanya untuk seorang bangsawan terpandang.

         Ratu Ionles memejamkan  kedua mata, berpikir. Gadis kecil yang melihat dari bawah singgasana, mengulurkan tangan, mengusap pelan tanduk besar Ong He, “Tidak perlu khawatir. Aku akan membantumu.” Tuturnya berbisik pelan ke telinga Ong He. “Apakah membela seorang Duke lebih penting daripada menerima pertanggung jawaban Minatour?” tampik orang berjubah di sebelah kiri, menatapnya kesal.

          “Hukum Kerajaan Gidlove sudah jelas, pada siapapun yang mengganggu atau melukai anggota keluarga bangsawan adalah hukuman penyiksaan. Mau mereka manusia, peri, demi-human, ras apapun. Selama telah membuat kekacauan sampai melukai salah seorang bangsawan, mereka pantas mendapat hukuman penyiksaan. Sampai pihak dari bangsawan mengajukan pembebasan dari siksa hukum.” Jelas orang berjubah di sebelah kanan, menoleh pada orang berjubah di sisi lain Ratu Ionles.

          Becrox yang sedari tadi diam menyimak, mengepalkan tangan, sorot mata yang tajam mendengar penjelasan salah seorang berjubah abu-abu yang merupakan penasihat kerajaan. Orang berjubah di sebelah kanan yang merasakannya, berbalik menoleh, menatapnya dingin. “Oh. Menarik sekali. Rupanya ada salah satu dari pihak bangsawan bersama anak tidak jelas.” Hardik orang tersebut tersenyum sinis.

          Tangan kanan gadis kecil yang berdiri tidak jauh dari Becrox, memegang pelan perlahan punggung tangan dibalik sarung tangan putih itu. Membuat emosinya teralihkan, segera sadar akan tempat dimana posisinya berada. Kepalan tangannya pun longgar.

         “Yang Mulia Ratu Ionles, kami menunggu keputusan anda.” Kata gadis itu maju selangkah dari tempatnya berdiri, mendongak, memperhatikan Ratu Ionles dari bawah. Kedua mata Ratu Ionles terbuka setengah, tangannya kirinya kini direhatkan pada tangan kursi singgasana. Wanita penuh kharisma itu menghela napas pendek.

          Kepalanya tegak, menatap lurus ke depan, “Minatour Ong He. Aku ingin mendengar pernyataanmu. Jelaskan apa yang terjadi padamu sebenarnya?” tanya Ratu Ionles menatap tajam Ong He yang terus menundukkan kepala sejak berhadapan dengan Ratu Ionles.

          Para Minatour merupakan makhluk mitologi berwujud banteng yang sebagian fisiknya serupa dengan manusia. Mereka adalah makhluk yang keras kepala, mudah marah, penuh waspada, dan sangat tertutup. Mereka bisa dipercaya dan tidak bisa dipercaya.

          Becrox melirik  Ong He yang mendongakkan kepalanya. “Baik. Yang Mulia Ratu--” Mata Minatour itu membeliak seketika, tubuhnya terjatuh di lantai aula singgasana. “Minatour!!” teriak Becrox panik, membuat gadis cilik itu berbalik. Mata merah rubynya membeliak, pupilnya menciut.

          Ratu Ionles tertegun, dua orang berjubah abu-abu juga terkejut di tempat mereka. Tidak biasa akan apa yang di depan mereka.

          Darah mengalir keluar dari bawah tubuh Ong He, mebasahi lantai aula singgasana dengan warna merah pekat beraroma amis. Mulut kecil tersebut terperangah, napasnya terhenti sesaat, sampai keluar suara yang tidak biasa, juga terdengar.

          “ONG HE!!!” teriakan gadis kecil itu mengejutkan seisi Istana Utama.

          “Nak... lindungi Ratu-mu dan Kerajaan ini...” pikir Ong He menulis sesuatu di lantai aula dengan darahnya. Becrox bersiap dengan kuda-kuda beserta pedangnya. Manik birunya menatap tajam sekitarnya.

          Ratu Ionles beranjak segera dari kursi singgasana, sedang dua orang berjubah menyibak jubah mereka, yang kini mengalungi leher, dan dada mereka. Mereka mengeluarkan senjata berupa panah dan pedang kembar. “Asashin!” pikir Ratu Ionles tidak suka, menatap iba anak itu dari atas singgasana.

          Aula singgasana kini kacau, ditambah tidak ada prajurit di dalam ataupun diluar aula singgasana. Meskipun ada, pasti sudah dibuat tumbang saat mereka mulai berhadapan dengan Ratu Ionles.

          Ong He memanggil Becrox,  berbicara dengan sangat lirih, “Tuan Muda Ksatria.... tolong jaga... Put--” belum selesai bicara, Minatour itu sudah menghembuskan napas terakhirnya. Becrox tercekat kaget, melihat gadis kecil pembawa pesan yang terlihat sangat terkejut. Terlebih, melihat manik merah ruby itu berkaca-kaca.

          Sebuah belati terbang melesat ke arah Ratu Ionles dengan cepat dari atas. Salah seorang berjubah berhasil menyingkirkan belati itu dengan menangkisnya menggunakan pedang, mengarahkan belati tersebut ke atas. Di saat yang sama, sebuah belati juga mengarah ke gadis kecil yang masih berdiri di depan tubuh Ong He.

          Bergerak cepat, Becrox menangkisnya ke luar menembus jendela, tertancap disana. “Belati tumpul.” Pikirnya dengan kedua mata membulat, melihat ke atas langit-langit aula singgasana. “Tidak ada siapapun.” Gumamnya heran.

          Tidak lama, salah satu jendela pecah bersamaan dengan panah yang masuk ke aula singgasana, menancap ke tanduk keras Minatour yang tidak lagi bernyawa disana.

          “Ong He.” Gumam anak itu pelan yang diperhatikan Becrox. “Seseorang telah mengacaukan persidangan di aula singgasana. Ong He dibunuh tanpa jejak. Ratu Ionles hampir terbunuh, begitu pula saya yang hanya pembawa pesan juga diincar.” Ujarnya menarik tali kecil yang mengikat sebuah gulungan kertas kecil dengan badan panah.

            Dia mengambil secarik kertas itu, perlahan berbalik menghadap Ratu Ionles sambil menatap isi dari pesan misterius itu. Lenggang sejenak.

          Dua orang berjubah, Ratu Ionles, menunggunya. Lalu dia mendongak, “Yang Mulia Ratu Ionles. Dua penasihat. Tolong dengarkan, dan camkan ini. Ini adalah pesan kecil yang berpengaruh besar untuk masa depan Kerajaan Gidlove.”

          KERAJAAN GIDLOVE RUNTUH OLEH KUTUKAN DEWA YANG TERTIDUR

     “Pesan ini berasal dari tulisan Pendeta Utara, Kuil Ondro.” Lanjutnya melihat Ratu Ionles dan dua penasihat kerajaan. Becrox memasukkan pedangnya, “Pendeta Utara sudah meninggal tiga hari yang lalu.” Kata Ratu Ionles membuat Becrox kaget dalam diam, “Apa?!” batinnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!