19

Terkejut. Becrox benar-benar tertegun akan ucapan Litana terhadapnya. Seorang gadis kecil seorang pembawa pesan, yang berani melawan bangsawan, dan tidak bisa ditebak olehnya. Sepertinya tanpa disadari telah membuat Jenderal Muda ini mulai penasaran.

Di Klinik Selatan Ibukota

"Kebencian Wiel terhadap bangsawan memang tidak bisa dilihat ukurannya. Tidak hanya Wiel yang membenci para bangsawan. Beberapa rakyat bahkan pejabat kecil juga membenci bangsawan." kata Pak Cao seraya menutup pipi bengkak Becrox dengan daun ungu kemerahan seperti daun sirih, setelah mengoleskan salep.

Becrox berkedip-kedip, mendesis kecil, menahan perih saat diobati. "Apakah karena beberapa bangsawan bersikap sewenang-wenang dan arogan?" Pak Cao membasuh tangan ke baskom berisi air, lalu mengelap tangan dengan handuk kecil. "Ini semuua tidak sesederhana itu, Tuan Muda. Lagipula, kejadiannya sudah cukup lama saat Gadis Surat ini masih kecil." jawabnya melihat Litana sekilas yang berdiri di luar ruangan. "Aku tidak berani mengungkitnya." bisik Pak Cao ke Becrox mengangguk paham.

"Oh iya, dimana Tion, Tiey, dan Gale? Apakah mereka sudah mulai sekolah?" kini Becrox mengganti pertanyaannya. Pak Cao menghela napas, "Mereka masih belum cukup umur untuk masuk ke sekolah. Mereka pergi bermain di rumah temannya, tempat tinggalnya tidak jauh dari klinik. Jadi, kubiarkan saja mereka. Lagipula mereka masih anak-anak. Aku tidak ingin mengambil  masa kecil mereka yang berharga." jelasnya kembali melihat Litana sekilas dengan tatapan sendu.

Tidak lama, Becrox juga menatap punggung gadis kecil itu, lalu beralih melihat pria tua yang baru saja mengobatinya. "Pak Cao, apakah anda tahu dimana Nona Litana tinggal?" bagaikan disambar halilintar, Pak Cao diam, membungkam mulutnya rapat-rapat, dan hanya menggeleng sebagai jawaban. Ia berkerut kening heran, "Bukankah Pak Cao dan Nona Litana memiliki kesamaan dari nama unik yang kalian miliki?"

Pak Cao gugup, tidak tahu bahwa Becrox  begitu memerhatikan detail kecil, "Kakak Pengawal terlalu banyak bertanya. Kenapa harus bertanya pada Pak Cao, jika Kakak Pengawal ingin tahu dimana aku tinggal. Kau bisa bertanya langsung padaku." ujar Litana melangkah memasuki ruangan, berjalan menghampiri pemuda bersurai merah yang duduk di tepi nakas. Rona kecil sekilas terlihat di wajahnya, "Nona." Panggil Pak Cao dalam bahasa Mandarin, mengalihkan pandangan Litana.

Dia menoleh, "Paman Cao, kita bicara saja diluar." sahutnya sopan. Pak Cao mengangguk, "Baiklah, Kakak Pengawal beristirahat dulu disini selama 5 hion. Nanti Pak Cao akan melepas daun Serai Murni(Chún níngméng cǎo) setelah 5 hion. Aku akan bicara sebentar dengan Pak Cao." jelas Litana berbalik, melangkah keluar dari ruangan dengan diikuti Pak Cao dibelakangnya.

Setelah keluar dari ruangan serta menjaga jarak sekitar empat meter dari ruangan, Litana berbalik menghadap Pak Cao, seketika Pak Cao memberi hormat seraya berlutut. Dan bicara dengan bahasa Mandarin(Cina), "Cao memberi hormat kepada Nona Besar." ucapnya. Merasa sungkan, Litana segera membantu Pak Cao berdiri, seraya berkata, "Paman Cao tidak perlu memberi hormat. Orang-orang yang melihat akan curiga." ujar Litana sedikit mundur.

Dia menghela napas pendek, "Sudah berapa lama tidak bicara seperti ini. Membuatku rindu rumah." gumamnya.

Kemudian, Pak Cao mengeluarkan sebuah gulungan berlapis perak, yang disodorkan ke gadis kecil itu, "Nona Besar, ada pesan dari Wang Yu. Beberapa rakyat Kerajaan telah ditemukan di sekitar Gunung Chen Xie." Litana memiringkan kepala yang sebenarnya tampak berpikir, "Gunung Chen Xie?" Pak Cao mengangguk, "Sebagian dari bagian lereng gunung juga ditemukan seperti goresan besar atas peristiwa itu." Litana membuka gulungan, membaca isi pesan yang penuh dengan tulisan Mandarin. "Bagaimana dengan Wang Yu? Apakah dia baik-baik saja?" tanyanya usai membaca isi gulungan dengan memutar anisme yang membantu menggulung pesan, lalu memasukkannya ke dalam saku baju. Pak Cao tersenyum melhat kepedulian Litana yang tak pernah berubah. "Anda tidak perlu khawatir, Nona Besar. Wang Yu baik-baik saja. Bahkan kabarnya dia sudah menemukan kerabatnya sesama siluman harimau ribuan tahun, dan juga mendapatkan seorang istri." awabnya penuh keyakinan.

Litana ikut tersenyum, senang mendengar kabar baik. "Baguslah kalau begitu. Pencarian ini harus terus dilanjutkan, demi mencapai harapan semua orang yang terpisah jauh begitu lama. Maaf, akan merepotkan Pak Cao dan yang lainnya. Pencarian ini, aku bergantung pada kalian. Jika waktunya sudah tiba, saat itulah kita pulang ke kampung halaman." tuturnya yang direspon Pak Cao dengan segera berlutut memberi hormat.

"Pak Cao, cepatlah berdiri." titahnya. Pak Cao menundukkan kepala sebagai hormat, segera bangkit berdiri. "Baik."

Gadis itu menarik napas dalam-dalam, "Tidak tahu apakah Kakak Pengawal Becrox benar-benar bisa dipercaya atau tidak. Tapi, entah mengapa aku merasa aman, jika dia disisiku." ungkapnya pelan, Pak Cao terkejut mendengar ungkapannya, "Nona Besar, Hamba juga merasakan hal yang sama. Hamba sering gelisah setiap kali para bangsawan di Kerajaan ini bertindak semena-mena terhadap Anda. Dan sejak kedatangan Tuan Muda Becrox, yang datang menyelamatkan Nona Besar. Hamba merasa bahwa dialah orangnya." sahut Pak Cao panjang lebar, Litana menatap tidak mengerti, "Dialah orangnya? Apa maksud Paman Cao?"

"Mohon maaf atas kelancangan Hamba. Hamba hanya merasa kalau Tuan Muda Becrox adalah reinkarnasi dari seorang teman lama. Tetapi, Hamba tidak bisa mengingatnya. Mohon Nona Besar memberi ampun." jelas Pak Cao memberi hormat dengan sedikit membungkuk.

Dia pun teringat sesuatu, "Ini adalah salahku." gerutunya pelan tak terdengar. Kemudian, Litana mengeluarkan sebuah kantong dari balik saku bajunya. "Paman, terima kasih atas bantuanmu hari ini. Terimalah ini untuk membantu lebih banyak orang di klinik, tidak peduli status dan gelar mereka. Mau mereka orang baik ataupun orang jahat."

Pak Cao menerima kantong tersebut seraya memberi hormat untuk kesekian kali. "Terima kasih, Nona Besar."

"Pak Cao, sebaiknya kita segera kembali melihat Kakak Pengawal. Ini sudah lima hion lebih, dia pasti sudah menunggu begitu lama. Aku yakin dia tertidur." ujar Litana mulai melangkah memasuki ruangan. Berbicara dalam bahasa sebelumnya.

Dan benar saja, Becrox tertidur dengan berbaring dalam posisi tidur menyamping. "Kau sepertinya sudah cukup lama mengenal Tuan Muda ini, Nak." celetuk pria itu berjalan mendekati Becrox, saat hendak membangunkannya, "Jangan bangunkan dia." cegah Litana, spontan Pak Cao berhenti, "Kakak Pengawal pastinya kelelahan. Biarkan saja, cukup lepaskan obat itu. Aku akan menemaninya disini." sambungnya menunggu Pak Cao selesai mengurus pengobatan kecil untuk pipi bengkak Becrox. Setelah Pak Cao keluar dari ruangan, dan menutup pintu. Litana melepas topi, disandarkan pada kaki kursi, lalu duduk di kursi dekat nakas.

Manik merah rubynya memperhatikan pipi kanan yang sebelumnya bengkak mulai membaik,"Untung saja tidak terlambat mengobatinya. Kalau tidak-" celotehnya terhenti.

"Kalau tidak kenapa?" tanya Becrox melirik gadis kecil di depannya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!