18

Litana tidak menyangka pembicaraan mereka akan membuat suasana menjadi canggung. Dia berdehem, mengganti topik pembicaraan, "Sebaiknya kita fokus pada tugas kali ini." dia bersikeras. Becrox mengangkat kepalanya, dan melihat Litana tersenyum.

"Sekarang ayo makan." ucapnya antusias ketika makanan yang dipesan sudah tiba. Penjaga muda itu hanya tersenyum kaku, pasrah. "Bagus." Becrox terdiam melihat hidangan di depannya. Litana yang sudah memegang sumpit di tangan kanannya baru teringat bahwa masakan yang dipesannya harus menggunakan sumpit seluruhnya.Namun, Becrox tak mau merepotkannya hanya karena sumpit. "Tuan Pengawal." dia bergumam pelan, cemas.

Becrox melihat cara Litana memegang sumpitnya, dan dalam waktu singkat, dia bisa memainkannya dengan mencoba menyendok potongan kecil rumput laut kering ke dalam semangkuk nasi. “Apakah Nona selalu menggunakan tongkat kecil ini untuk makan?” tanyanya sambil masih mengutak-atik sumpit dengan membuka dan menguncinya, dia mulai bersandar di pinggir meja. Litana segera mengambil beberapa potong daging, yang kemudian dicelupkan ke dalam mangkuk berisi campuran bumbu, kemudian dimasukkan ke dalam mangkuk berisi nasi, setelah itu ia segera memakannya.

"Tidak juga. Hanya kadang-kadang, tergantung hidangan yang disajikan, dan menu yang aku inginkan." jawab Litana, setelah dia mengambil gigitan pertamanya. Ia terus memperhatikan Becrox yang mulai berlatih cara makan menggunakan sumpit. Dan berhasil, mata birunya terbelalak takjub dengan rasa makanan yang baru saja dicicipinya. "Ini enak sekali!! Rasanya luar biasa. Baru kali ini aku mencicipi makanan seperti ini. Nona, masakan ini berasal dari mana? Baru kali ini aku melihat dan mencicipi masakan yang berbeda, dan alat makannya juga sangat unik." Terang Becrox pun bersenandung penuh semangat hingga membuatnya tersenyum kaku penuh kenikmatan.

Pengawal muda itu makan lagi dengan lahap, wajahnya sangat berseri-seri. Rasanya seperti di Surga.- hatinya terlihat damai.

"Ini semua adalah hidangan spesial dari Negeri Timur. Aku khawatir Tuan Pengawal tidak akan mau memakannya, tadi kupikir kau tidak akan terlalu menikmatinya." Litana menyeringai kaku pada mangkuknya, dan sedikit memalingkan wajahnya.

"Hmmphh. (Aku baru tahu.)" Becrox terlalu menikmati hidangan spesial Timur, hingga saat manik ruby merahnya melirik ke arah Becrox, dia terkekeh, "Pfftt!!" Wajah tampannya terlihat sangat lucu untuk gadis cilik seperti Litana. Dia melihat Becrox seperti beruang besar yang perkasa, namun disisi lain ia terlihat lucu. Merasa diawasi, Becrox melirik ke depan, manik birunya menatap bingung, dia berhenti makan sejenak.

Dia meletakkan mangkuk di atas meja, dan sumpit di atas mangkuk nasi, "Apakah ada sesuatu, Nona?" Gadis kecil itu menghentikan aktivitas sarapannya, “Tetap di tempatmu, Tuan Pengawal.” jawabnya sambil bangkit dari tempat duduknya, dia melangkah mendekatinya, berdiri di samping Becrox. Dan dia semakin tidak mengerti dengan kelakuan gadis kecil di sebelahnya. Becrox berbalik, di saat yang sama Litana membersihkan sisi mulutnya yang terdapat sisa makanan dengan saputangan putih.

Ia tertegun sejenak, ia bisa melihat wajah gadis kecil yang cantik dan manis itu dari dekat. "Meskipun Tuan Pengawal sudah besar, bagaimana bisa begitu berantakan saat makan?" pikir Litana segera mundur, duduk kembali di tempatnya, dan melanjutkan sarapannya, Becrox mengusap tengkuknya sebagai selingan, "Haha, maafkan aku, Nona. Semuanya enak sekali, jadi aku tidak mengetahuinya." dia menjawab dan kembali ke sarapannya. Namun, di dalam hatinya, pemuda berambut merah itu merasakan gejolak di dadanya.

Ini hanya sarapan. Nona hanyalah seorang gadis kecil pada umumnya. Nona adalah Nona.- dia berpikir dalam hati.

Di tengah aktivitas sarapan pagi, Wiel tiba-tiba memeluk bahu Becrox yang dipenuhi aura penuh tekanan luar biasa. "Wah, wah, wah, jarang sekali melihat seorang bangsawan sangat lahap makan di restoran kecil. Menurut Anda bagaimana rasanya? Bukankah rasanya sangat tidak enak bagi indra Anda, Tuan Muda Bangsawan?" dia mencibir pada Becrox yang dengan santai mengunyah sarapannya.

Litana yang melihat Wiel sangat terkejut, dia mulai memukul meja dengan cukup keras. "Nona, bisakah kita pesan lagi?" tanya Becrox tak menghiraukan kehadiran Wiel yang sangat meresahkan, pertanyaannya membuat Wiel meliriknya tak percaya, tangannya bertumpu di pinggangnya, kepalanya sedikit terangkat, "Wei Wei, bagaimana kamu bisa berteman dengan salah satu dari mereka?" tanya Wiel kini menoleh ke arah Litana yang meninggalkan makanan di mangkuknya.

Wirl sengaja memprovokasinya, karena tidak ingin temannya itu tersiksa lagi. Karena penasaran, dan ingin memperbaiki kesalahpahaman terkait hal itu, Becrox dengan lembut mengetukkan sumpitnya ke mangkuk. Mengalihkan perhatian Weil, manik oranye itu melirik dengan malas, "?"

"Bisakah kau ceritakan apa yang keluarga saya lakukan pada Nona Litana di masa lalu? Aku akan menerima hukuman itu, sebagai balas dendam." Becrox bertanya sambil menatap Wiel dengan acuh tak acuh, gadis berambut bob itu terkikik menahan tawanya. "Sangat menarik. Hahaha, sungguh sangat menarik." dia tertawa lalu tangan kirinya menepis udara cukup keras, hingga terdengar suara tamparan keras yang mengagetkan Becrox dan Litana.

Tian Feng? Elang itu sangat kelelahan sehingga keributan di dekatnya tidak terdengar.

"Bangsawan brengsek." geramannya tajam dan penuh kebencian. Pipi kanan Becrox menunjukkan ruam merah yang sebagian melepuh akibat tekanan Wiel. Wiel tersenyum puas melihat wajah Becrox terluka akibat setelah ditampar cukup keras.

Tak kuasa menahan emosinya lagi, tiba-tiba Litana berdiri, mengambil Tian Feng, lalu topi anyamannya, "Tuan Pengawal, kita pesan lagi di lain waktu. Aku sudah kehilangan  nafsu makan. Paman Himmour seharusnya sudah memberitahumu akan hal ini. Dan aku yakin kau pasti melupakannya." keluhnya melangkah melewati Wiel. Dan berhenti setelah beberapa langkah, sampai Becrox menghampirinya, dia kembali langkah.

Litana dan Becrox pun pergi keluar dari restoran. Pada saat itu juga, Wiel baru teringat apa yang dikatakan Himoour padanya. Gadis itu tertegun, mengepalkan tangannya begitu erat. "Aku bodoh." rutuknya pada diri sendiri.

Setelah mereka diluar restoran dan berjalan cukup jauh dengan berkeliling di Ibukota, Litana berhenti melangkah, menoleh ke Becrox, "Baiklah, kita perlu berbelanja kebutuhan selama tujuh hari. Namun, sebelum itu bisakah Tuan Pengawal berhenti memegangi pipimu yang bengkak?" tanyanya menatap datar, sedang Becrox hanya diam mengalihkan wajahnya ke sisi lain.

"Nona tidak perlu melihatku kalau begitu. Masalah selesai." celetuknya malas, melirik tipis ke Litana. Dia kaget akan ucapan Becrox yang dikenalnya selama dua bulan lebih beberapa jam, "Apa ini? Tuan Pengawal tidak seperti biasanya kaku dan hati-hati dalam bicara. Sekarang baru blak-blakan." ocehnya cukup kesal, lalu menarik paksa tangan kanan Becrox yang sedari tadi memegangi pipi kanannya yang benar-benar bengkak dan memar kecil disana.

Ia meringis perih, dan spontan bungkuk, berhadapan dengan Litana. Manik biru saphirenya bertemu manik merah ruby Nonanya yang tertutup tabir. Becrox diam tertegun, "Ada apa? Sudah tidak tahu caranya pura-pura kaku?" ejek Litana menatap tajam pengawal pribadinya. Litana kemudian tergelak begitu saja, "Tuan Pengawal cukup lucu. Aku hanya bergurau."

Orang-orang yang berlalu lalang tidak ada yang menggubris mereka, karena tahu akan status Becrox, dan mengira bahwa Litana juga merupakan seorang bangsawan, padahal sebenarnya tidak.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!