7

          Di Aula Ibukota, seorang pria elegan berpakaian bangsawan Eropa duduk di bangku dekat air mancur Aula Ibukota tengah memberi makan burung merpati liar. Tangan kurus cantiknya menebar remahan roti ke depan, “Kenapa kalian begitu santai disaat begini?” gumamnya melihat merpati-merpati liar yang datang satu per satu ikut memakan remahan roti yang tersebar dengan manik ungu lilacnya. Tangan kirinya diangkat tinggi ke udara.

          Tidak lama sesuatu bergerak cepat ke arah pria tersebut, dan berhasil menangkap seorang gadis berjubah putih yang sebelumnya dilempar oleh Firranth. “Hoho, rupanya bocah surat sudah kembali dari pekerjaan mengantar suratnya.” Ucapnya melirik gadis itu dingin, dia tercekat begitu pria tersebut yang menangkapnya, “Kakhk!! Uhk!” raungnya tertahan saat tangan kurus cantik itu membantingnya ke tanah sangat keras. Sehingga menimbulkan suara debuman yang terdengar menggema di sekitarnya.

          Burung-burung merpati seketika pergi menyebar menjauhi Aula Ibukota, orang-orang yang berlalu lalang terkejut melihat itu. Terlebih beberapa prajurit kerajaan, pendatang baru, serta pengembara yang lewat teralihkan, oleh suara tersebut.

          Di sisi Timur Laut Ibukota Guinvers....

          “Suara apa itu tadi?” tanya salah seorang ksatria pada ksatria lainnya. Becrox yang ada diantara mereka hanya diam, karena dirinya diajak secara tiba-tiba, setelah gadis kecil berambut perak pergi.

          “Sepertinnya ini ulah salah satu keluarga Duke Vlo EnH.” Jawab salah satu ksatria yang berdiri di sebelah kiri Becrox, ksatria yang sebelumnya menoleh, “Jaga bicaramu, Kawan. Kau mau kepala digantung tanpa tubuh karena mulutmu sendiri?” Tegurnya agak berbisik takut ada mata-mata Duke Vlo EnH mendengar.

          Ksatria lain menimpali, “Hei, jangan salahkan dirinya begitu saja. Sebelumnya, yang dikatakannya tadi itu memang benar. Nona Muda Ketiga Prettive sepertinya balas dendam terhadap bocah surat yang baru saja kembali dari perjalanannya.”

          Becrox yang sedari tadi diam, kini mulai bicara karena penasaran, “Um, maaf menyela kalian. Aku ingin tahu bocah surat yang kalian bicarakan. Aku tidak begitu mengerti apa yang kalian bicarakan.” Ksatria yang berada di sebelahnya menoleh, “Aku baru ingat, kalau kita mengajak Tuan Muda Becrox. Haha... bocah surat yang sering kami sebut atau penduduk sebut itu adalah seorang anak perempuan sebelas tahun berambut perak.” Tuturnya diam sejenak, “Kita kembali berpatroli.” , sambil kembali berjalan menyajari ksatria lain dengan Becrox.

          “Bocah surat itu memiliki elang putih, sepertinya itu adalah elang laut. Dia adalah pembawa pesan kerajaan yang sangat disayangi oleh Ratu Ionles, sampai kami sendiri cukup iri terhadapnya. Akan tetapi, kami tidak sekasar dan sekejam keluarga Duke atau bangsawan lainnya.” Lanjutnya tersenyum kecut dan Becrox hanya diam mendengarkan, mengetahui dirinya adalah anggota baru sebagai pengawal atau ksatria baru.

          Di tengah obrolan itu, terdengar teriakan kecemasan dari Aula Ibukota sampai ke telinga mereka. “Hei, cepatlah kesana. Bantu yang lain. Bocah itu sudah kehilangan kesadarannya cukup lama!” cetus seorang wanita paruh baya pada pria baya lain yang berada di kedai makannya yang berada di kiri jalan.

          Para pria baya itu diam, mereka tampak ragu, “Nyonya, kita mana mungkin bisa melawan ksatria Vlo EnH. Pria itu terlalu kuat. Kami sendiri tidak mampu untuk pergi kesana, apalagi bergerak.” Ucap seorang pria baya yang duduk menatap sedih kakinya yang gemetaran.

          “Aih, padahal bocah itu baru saja kembali, malahan mendapat perlakuan kasar dari ksatria Vlo EnH.” Keluh wanita itu menggigit ibu jari kanannya dengan bertopang dagu.

          “He-hei, yang benar saja. Firasatku ternyata tidak salah. Eh? Tuan Muda Becrox?” pekik ksatria yang bersandingan dengan Becrox, menoleh ke kanan—Becrox pergi---membuatnya heran.

          “Tuan Muda Becrox, anda mau kemana?!” tanya ksatria itu sedikit heran, lalu memandang teman-teman ksatrianya yang lain.

          Wajah mereka tegang, “Gawat.” Pikir mereka.

          Di Aula Ibukota, kepulan debu menutupi pandangan, beberapa pria paruh baya terlihat cemas, serta diselimuti keraguan menatap sosok pria yang berada di balik awan debu di depannya.

          “Kenapa kalian tidak segera maju kesini? Apa kalian tidak peduli pada anak ini?” tanya pria elegan itu seraya menginjak kepala gadis berambut perak yang sudah tidak sadarkan diri, manik lilacnya menatap rendah sosok berbaju putih bersimbolkan Kerajaan Gidlove yang tertera pada ujung kain pita biru panjang jubahnya. Ia berdecak lidah, kedua matanya terpejam, kepulan debu perlahan hilang.

          Mereka terkesiap melihat keadaan gadis kecil berambut perak itu, rahang mereka mengeras, tangan mereka merekatkan pegangan pada tongkat kayu sebagai senjata. Tatapan tidak terima terpancar, membuat pria itu dengan tawa meledek yang ditahan.

          Rambut ungu lavender bergelombang pendeknya menari-nari kecil oleh tiupan angin. Kedua matanya terbuka perlahan, “Penduduk Ibukota... atau lebih tepatnya, rakyat jelata seperti kalian cukup berani melawan Ksatria Vlo EnH hanya karena aku menyerang bocah tidak berguna ini. Aku terkesan.”

          “Lepaskan dia!! Dia hanya anak kecil, dia masih belajar.” Cetus seorang wanita muda yang juga berkumpul

diantara beberapa penduduk.

          Ia tersenyum lebar, dan tertawa, “Ya, bocah ini hanya anak kecil yang masih belajar. Tetapi,...” kaki pria elegan tersebut terangkat sembilan puluh derajat, “BOCAH INI HANYALAH PENGHALANG BAGI KERAJAAN GIDLOVE!!” teriaknya dipenuhi amarah dan hawa menekan dengan tatapan membunuh.

          Tubuh gadis itu tak bergeming, pria itu tersenyum miring, “Aku tidak peduli seperti apa latar belakangmu, bocah. Orang tuamu pasti akan senang, jika aku mengantarkan kepalamu kepada Duke Vlo EnH. Hihihi.” Gumamnya mengambil ancang-ancang.

          Para penduduk tertegun, “Tidak.” Pikir mereka gelisah.

          “SELAMAT TINGGAL!!” teriaknya mulai mengarahkan kaki kirinya untuk menginjak kepala gadis dibawahnya.

          Sebuah kepulan debu pun terbentuk karena kakinya, tanpa disadari rupanya ada sosok berbaju ksatria merah hati cemerlang, bergerak cepat menyergap tubuh bocah surat yang tidak berdaya.

          Alisnya terangkat sebelah, “Huh? Aku tidak menginjak kepalanya.” Gerutunya datar, melihat ke kanan, manik lilacnya menyipit memberikan tatapan sinis, “Siapa yang berani sekali mengganggu disaat aku bersenang-senang, huh?”

          Sosok berbaju ksatria merah hati cemerlang terlihat jongkok dengan menggendong dari depan tubuh gadis kecil yang hampir diinjak kepalanya. Manik birunya menatap  miris melihat tubuh bocah dalam gendongannya, lalu melirik tipis pada pria elegan yang merupakan Ksatria Vlo EnH.

          “Seorang Ksatria tidak seharusnya melakukan kekerasan terhadap anak kecil, Noul.” Kata Becrox berusaha bersikap tegas seraya bangkit, berdiri.

          Pria elegan itu—Noul-berbalik badan, “Sepertinya kau cukup tangguh dan berani. Karena sudah menggangguku, serta menyebut namaku tanpa ‘Tuan’.” Kelakarnya kesal.

          Setelah beberapa saat, kepulan debu hilang, orang-orang yang melihatnya terkejut. “EH?! Itukan-”

          Sedangkan beberapa ksatria yang ditinggalkan Becrox sebelumnya, juga terkejut melihatnya.

          Terlebih Noul, ia terlihat sangat terkejut melihatnya.

            “Tuan Muda Becrox.”

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!