9

“Kakek Cao ada disana juga dengan ksatria kerajaan. Apa kita boleh masuk?” tanya anak perempuan yang sebaya ragu-ragu. “Kakak, ada ksatria.” Ucap salah seorang anak laki-laki imut berambut coklat terang, menarik-narik lengan baju kedua saudaranya yang sibuk berbisik. “Shhh, diam. Kami sudah tahu, Geal.” Sahut anak perempuan itu mendesis dengan jari telunjuk di tengah bibir tipisnya, menatap kesal adik laki-lakinya.

Anak laki-laki imut itu terkaget—Geal—wajahnya sedih mendapati teguran kakaknya, tetapi manik biru navynya fokus pada sosok yang ada di belakang dua kakaknya. Ketika anak laki-laki dan perempuan tersebut kembali mengintip, mereka tercengang, berteriak, “Gyaa!!K-k-k-ksatria.” Kelakar mereka panik melihat Becrox berdiri di ambang pintu tengah memperhatikan mereka.

Wajah mereka bertiga panik agak pucat. Becrox berjongkok di depan mereka, “Tion, Tiey, dan Geal,

‘ya?” tanyanya halus, mereka saling pandang, mengangguk kaku, “Kalian bertiga tidak perlu takut. Aku tidak akan menyakiti kalian.” tuturnya seraya tersenyum. Tion, Tiey, dan Geal mengatupkan bibir, menatapnya ragu. Pak Cao mengusapkan kedua tangannya ke baju menoleh tanpa berpindah dari tempatnya berdiri, “Anak-anak, masuklah. Tuan Ksatria Muda ini tidak jahat. Dia sudah menolong Kakak kalian. Berterima kasihlah padanya.” ujar Pak Cao mengangguk.

Ketiga anak itu segera berdiri memukul pelan baju mereka yang mungkin kena debu di lantai kayu, kemudian membungkuk dengan kedua tangan bertumpu pada lutut membentuk siku-siku. “Maafkan kami, Tuan Muda Ksatria.” Ia tertegun, merasa sungkan, masih dalam posisi berjongkok, “Kalian tidak perlu melakukannya. Anak-anak. Aku... sudah sewajarnya menolong orang yang sedang berada dalam kesulitan. Kalian tidak perlu meminta maaf, aku masih belum terlalu mengerti, tapi perlahan.” Tukasnya lembut, menatap sejuk anak-anak itu begitu bangkit.

Mereka bertiga—Tion, Tiey, dan Geal—menatap tidak mengerti. Becrox tersenyum, “Ayo masuk.” Ajaknya diangguki ketiga anak itu beriringan masuk, berlari kecil menghampiri Pak Cao seraya menarik bajunya.

Pak Cao melihat kebawah, heran, “Apa yang membawa kalian bertiga kesini?” Tiey melepas pegangan tangan dari baju, “Kakak Fēng Lìng. Dia menyuruh kami untuk bertemu dan bersama Kakek Cao.” Alis pria itu terangkat, dahinya terlipat, tidak mengerti, “Feng Ling?” tanya Pak Cao seketika melihat gadis berambut perak yang tidak bergeming setelah tiga hion terlewati. Becrox berdiri di sebelah kirinya, bertanya, “Siapa itu? Ah, maaf menyela pembicaraan kalian. Anak-anak, Pa-Tuan Cao.” Ia sedikit bingung untuk panggilan Pak Cao.

          Wajah Ksatria Muda itu gugup, sungkan pada Pak Cao. Pak Cao tertawa kecil, “Anda bisa memanggilku Pak Cao, Tuan Muda.” Ujarnya tersenyum kecil. Ia tertegun, mengangguk kaku. “Feng Ling[1]-”

          Baru saja hendak melanjutkan bicara, suara teriakan panik para penduduk terdengar diiringi suara terompet besar menandakan bahaya datang. “Ramai sekali diluar, kenapa terompet besar ditiup?” gumam Becrox segera berjalan ke jendela, disusul Pak Cao, serta anak-anak. Tian Feng terbang halus mendarat di tepi nakas kasur. Kepala pemuda itu mendongak keluar, manik birunya melihat sekitar dengan teliti. Ia melihat ke arah gerbang selatan kerajaan sejauh satu kilometer. Sosok yang besar berbadan manusia kekar, berkepala sapi, membawa sebuah gada baja di tangan kirinya.

          Hidung sapi dengan tindik melingkar di tengah bergoyang, begitu dengusannya keluar, mata sapinya menatap ganas, penuh amarah.

         “Prajurit bentuk formasi!!” titah seorang pria empat puluh tahunan berambut coklat tua cepak, berkumis melingkar, berdiri di depan sekumpulan prajurit Kerajaan memakai jubah biru dengan lambang singa perak pada bagian dada zirah. Para prajurit serempak membentuk formasi tiga baris dua belas orang. “Siapa kau?” tanya sosok berkepala sapi memukul tanah ke sembarang arah dengan gada, membuat retakan, dan tanah amblas tiga meter. Pria itu menatap remeh nan tajam, “Aku adalah Duke Rouverr Cloudia. Ksatria Kerajaan Gidlove.” Jawab Rouverr lantang seraya menghunuskan tombaknya ke depan. “Kau sendiri siapa, Minatour?”

         Minatour, memiliki tubuh seperti manusia dan sapi. Berkepala sapi dengan tanduk, ujung kaki sapi, berekor sapi, dan tubuh lain seperti manusia kekar nan besar.

         Makhluk itu tampak kesal, “Aku Ong He. Apa kau mau menantangku, huh? Manusia tua.” ejek Ong He mengayunkan gada ke bahu, kaki kanannya maju selangkah, tubuhnya membungkuk condong ke depan. “Aku tidak menantangmu, Tuan Minatour He. Tapi, kalau itu maumu, akulah lawanmu.” Tegas Rouverr berputar seraya memainkan tombak perak panjangnya dengan lincah, dan menghentikan gerakan tombak di belakang punggung dengan kuda-kuda yang mantap. “Prajurit bawa pergi rakyat yang masih berada di daerah ini.” Titahnya lantang menatap tajam Ong He yang dibutakan amarah.

         Sudah lama sekali aku tidak bertarung secara langsung dengan makhluk seperti Minatour ini. Makhluk buas ini sepertinya telah dicuci otak, dan dipancing amarahnya, tanpa memperdulikan sekitarnya. Tetapi, siapa yang melakukannya? Apakah ini undangan untuk berperang?—Rouverr mengacungkan kura-kura tangan kiri ke depan, lalu tersenyum sinis. Kalau memang begitu, aku dengan senang hati menerimanya.—pikirnya yang melompat ke lengan kiri Ong He, saat ia mulai menyerang.

         Ong He meliriknya, “Kalian para manusia sangat menyebalkan.” Gerutunya melepas tangan kanan yang memegang gada baja, menangkis tubuh Rouverr sampai terpental jauh menubruk beberapa kios kecil milik penduduk.

         Becrox yang melihatnya dari jauh membeliak cemas, “Paman Rouverr.” Gumamnya mengepalkan tangan erat, anak-anak yang melihatnya beralih ke kasur.

         “Kakek! Kakak hilang!!” teriak Tiey menunjuk kasur dengan menarik baju Pak Cao. Pak Cao menoleh terkejut, “Apa?! APA- dimana dia?!” pekiknya panik begitu berbalik, berjalan memutari kasur. Becrox ikut menoleh mendengar kepanikan Pak Cao, ia melihat kecemasan disertai kepanikan di wajah Pak Cao. Manik birunya menciut melihat gadis pembawa pesan kerajaan sudah tidak ada di kasur. “Pak Cao, anak-anak, kalian tetaplah di dalam klinik. Aku akan pergi keluar mencarinya.” Kata Becrox melangkah lebar dengan terburu-buru keluar dari ruangan.

         Orang-orang yang berada di dalam klinik berlari keluar karena ketakutan. Tian Feng terbang rendah memutar, menukik turun menuju lantai satu, diikuti gadis pembawa pesan Kerajaan yang berlari kecil. Lalu tangan kirinya memegang balkon lantai dua sambil melompat turun dengan halus tanpa disadari siapapun. Siapa yang akan peduli? Keselamatan diri sendiri lebih penting.

         Begitu Becrox sudah keluar dari koridor, “Gadis Kecil Pembawa Pesan!!” panggilnya melihat sekitar klinik yang riuh, oleh kepanikan orang-orang dari klinik, berlari menyelamatkan diri. “Kemana dia pergi?”

         Gadis berambut perak itu bergeming sesaat, melihat Tian Feng terbang ke pelanan tangan kanan yang diangkat sedada. Kepala Tian Feng mendongak, menatapnya, dia tersenyum tipis. Tian Feng melompat terbang keluar klinik menuju gerbang, disusul olehnya yang berlari keluar dari klinik belok ke kiri menuju ke tempat Minatour Ong He berada.

[1]

Feng Ling = Pesan Angin

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!