Bai Wang yang mendapatkan gulungan jurus tingkat rendah langsung menyimpannya. Untuk saat ini dia akan fokus melatih fondasinya sebelum belajar jurus-jurus yang di berikan oleh gurunya.
Bai Wang mencoba berkultivasi, menyerap aura alam di sekitar. Walaupun belum sepenuhnya dapat berkultivasi karena aliran Qi nya yang belum lancar, namun Bai Wang tidak menyerah. Ia tetap berusaha dan mencoba.
Keesokan paginya. Seperti biasa, setiap pagi Bai Wang akan mendapatkan pukulan selama setengah jam untuk menempa tubuh Bai Wang supaya kuat.
Bai Wang yang di pukul, menjerit, berteriak dengan keras karena tubuhnya belum terbiasa dengan pukulan itu.
Argh!
Teriaknya dengan keras merasakan sakit di tubuhnya. Namun lambat laun Bai Wang mulai terbiasa. Dia bahkan diam, tidak berteriak kesakitan atau merintih saat pukulan itu melayang mengenai tubuhnya.
Tetua Jian yang melihat tubuh Bai Wang telah kuat dan mampu menahan pukulan nya, Bai Wang pun sudah siap dengan pelatihan yang lain. Tetua Jian meminta Bai Wang untuk memulai latihan dasar berpedang yang ada di gulungan putih yang di berikan nya.
Bai Wang membuka gulungan berwarna putih yang menandakan jurus tingkat rendah. Di lihatnya jurus pelatihan dasar berpedang. Bai Wang yang melihat menghela nafas saat melihat jurus paling dasar itu. Namun saat mengingat gurunya yang galak, ia yakin gurunya memiliki rencana lain. Dengan pelatihan dasar itu, mungkin akan membuatnya memahami gerakan ilmu dasar-dasar berpedang.
Bai Wang memejamkan mata, menyerap ilmu dasar berpedang. Sebuah tulisan masuk dalam pikirannya, dan menampilkan gerakan-gerakan dalam berpedang.
Setelah mengingat semua gerakannya, Bai Wang mengambil pedang kayu, dan setelah itu mempraktekkan gerakan gerakan dasar ilmu berpedang.
Setiap gerakan yang dilakukannya nampak kaku, mungkin karena ia baru saja berlatih sebuah jurus. Tetua Jian yang melihat menghela nafas, menghampiri dan memukul tangan serta kaki saat Bai Wang tidak benar melakukan gerakan itu.
Bai Wang mengikuti setiap arahan yang di berikan gurunya. Walaupun beberapa kali tetap salah dan mendapatkan pukulan di punggung, tangan dan kaki, Bai Wang tidak pantang menyerah, ia tetap menekuni jurus yang di pelajari nya.
Dua hari berlalu, dan akhirnya Bai Wang kini telah menguasai ilmu dasar-dasar berpedang. Saat ini Bai Wang sedang memainkan jurus pedangnya dengan lihai di halaman tempat tinggalnya dengan di pantau oleh Tetua Jian.
Tetua Jian yang melihat hanya diam sambil duduk di kursi goyangnya, menikmati arak kesukaan nya. Walaupun ia sering minum minuman arak, Tetua Jian tidak pernah mabuk, karena itu sudah menjadi kebiasaannya.
Bai Wang yang telah selesai berlatih dengan penuh keringat di tubuhnya, mengambil air dan meminumnya.
Glek....Glek....
"Apa kau senang?" tanya Tetua Jian dan di angguki Bai Wang.
"Tentu guru. Walaupun ini hanya dasar-dasarnya saja, setelah aku menguasai nya aku akan dengan mudah berlatih jurus berpedang lainnya. Bahkan mungkin aku akan lebih mudah menyerap jurus pedang tingkat tinggi," jelasnya penuh semangat.
Tetua Jian yang mendengar malah memejamkan mata, tidak menjawab. Tapi dalam hati, ia membenarkan ucapan Bai Wang. Bahwa setelah menguasai dasar-dasar jurus berpedang, memang akan mudah menguasai jurus berpedang lainnya, bahkan yang ada di tingkat tinggi sekaligus.
"Ambil ini!" lemparnya sebuah Cairan Spiritual.
Bai Wang langsung menangkapnya dan tahu botol apa itu, cairan spiritual. Bai Wang yang melihat hal itu tentu saja terkejut, karena sebelumnya gurunya berkata bahwa dia tidak memiliki nya lagi.
"Guru, kamu berbohong!"
Tetua Jian langsung membuka mata, menatap, saat Bai Wang berkata dia telah membohonginya. "Aku tidak berbohong. Aku memang tidak memiliki cairan spiritual lagi."
"Lalu ini?" tanyanya menunjukkan botol yang di pegang-nya.
"Aku meminjam uang dari Tetua lain untuk membeli cairan itu. Dan tugas mu adalah mengembalikan uang mereka," jawabnya membuat Bai Wang melotot.
"Apa!! Mengembalikan? Kenapa begitu? Guru kan yang meminjam, kenapa aku yang harus mengembalikan? Bukankah guru tahu aku sangat miskin?"
Tetua Jian hanya mengangguk, tahu jika Bai Wang sangat miskin. "Aku meminjam juga demi kamu. Jadi kamu tidak perlu protes, tinggal kembalikan saja uangnya. Apa susahnya sih."
"Tapi____?"
"Tidak ada bantahan. Serap cairan itu secepatnya, dan akan ku berikan jurus baru untuk mu," ucapnya membuat Bai Wang berbinar mendengar jurus baru.
"Baik, guru," jawab nya penuh semangat dan melupakan hal yang baru saja mereka bahas.
Bai Wang menyerap cairan spiritual dan menyalurkan keseluruh dentiannya. Beberapa hari meminum cairan spiritual, Qi di dalam tubuhnya mulai lancar. Dan kini Bai Wang sudah berkultivasi menyerap aura alam di sekitar.
Beberapa menit menyerap cairan spiritual kekuatan di tubuhnya meledak dan kini Bai Wang telah naik tingkat lagi, menjadi Jiwa Beladiri pendekar perunggu tingkat 2.
Di Lautan Jiwa, pusaran emas semakin melebar. Bai Wang yang memasuki lautan jiwanya menatap dengan diam, apalagi saat melihat pedang berkarat dan Benih Mutiara Kekacauan berwarna emas menyerap serbuk emas yang ada di pusaran tersebut.
Di dunia nyata pedang berkarat Bai Wang muncul di depannya dengan dua cincin yang melingkar, bertanda naik satu tingkat. Pedang itu tetap saja berkarat, tidak berubah sama sekali. Namun ada sedikit keanehan di bagian bawah gagang pedang. Muncul 7 lubang dengan hiasan unik.
Tetua Jian yang melihat perubahan itu mengerutkan kening, bingung dengan perubahan pedang milik Bai Wang. Sedangkan di lautan jiwa, Bai Wang terus saja melihat serbuk emas di hisap habis oleh pedang berkarat dan Benih Mutiara kekacauan. Ia bingung dengan apa yang di lihatnya. Setiap kali dirinya naik tingkat, lautan jiwanya pasti menghasilkan serbuk emas yang berlimpah ruah, dan itu akan langsung habis di serap dua benda yang di miliki nya.
Namun kali ini Bai Wang melihat sesuatu perubahan yang aneh, pedangnya seolah berubah memiliki 7 lubang dengan hiasan unik. Sedangkan Mutiara emas yang di lihatnya sama sekali tidak berubah, tetap sama, kecil dan menyilaukan.
Setelah selesai menyerap cairan spiritual dan naik tingkat, Bai Wang membuka mata. Di lihatnya pedangnya ada di depannya. Bai Wang menatap guru nya yang berdiri tepat di hadapannya.
"Guru, apa anda melihatnya?" Tanya Bai Wang tentang perubahan Jiwa Beladiri pedangnya.
Tetua Jian mengangguk sambil mengelus dagunya, berpikir tentang perubahan pedang berkarat itu.
"Ini sangat aneh. Jika pedang itu jiwa beladiri pada umumnya, maka seharusnya tidak akan ada perubahan di bentuk pedangnya. Mungkin hanya akan ada perubahan penambahan cincin dan warna cincin. Tapi pedang yang kamu miliki sangat berbeda. Mungkinkah pedang mu bisa berevolusi?" ucapnya bingung, karena baru sekarang ini ia melihat hal yang aneh tapi nyata.
Bai Wang yang mendengar juga berpikir. Mungkinkah yang di katakan gurunya benar, bahwa pedangnya bisa berevolusi? Jika itu benar, maka dia harus secepatnya berlatih dan meningkatkan kekuatannya, hingga ia tahu seberapa besar perubahan pedangnya.
.
.
.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Andy Awaludin Khusofi
asik prosesnya...
2022-11-19
4
Alfians Pasalbessy
lanjut
2022-11-04
3
algore
joz
2022-11-04
1