Setelah memberikan pelajaran kepada Zao Da dan yang lainnya, Tetua Jian membawa Bai Wang pergi dari tempat itu. Sedangkan Zao Da dan Liu Yuan yang mendapatkan perlakuan seperti itu tentu saja sangat marah, mereka tidak terima.
"Dasar pelayan sialan! Awas saja kau," marah Zao Da tidak akan melepaskan Tetua Jian. Ia akan mengadu kepada kakak seniornya karena telah di perlakukan buruk oleh Tetua Jian.
Awal mula Tetua Jian menjadi Tetua karena di berikan amanah oleh seseorang, dan seseorang tersebut adalah pendiri Perguruan Xianlun. Dia menjadi Tetua mengantikan Tetua pertama karena tetua pertama sedang pergi entah kemana hingga saat ini. Tetua Jian sebenarnya adalah seorang pelayan yang bekerja di halaman Daun dan selalu bersama, melayani tetua pertama. Karena amanah yang di berikan nya untuk menjaga Halaman Daun dan perguruan Xianlun, ia pun di jadikan menjadi Tetua pengganti tetua pertama tanpa di ketahui oleh murid perguruan Xuanlun hingga tetua pertama kembali dari kepergiannya.
Namun banyak murid yang tidak mengetahui hal itu karena mereka mengira Tetua Jian masih tetap menjadi pelayan di halaman Daun karena menjaga tempat itu atas permintaan Tetua terdahulu. Maka dari itu mereka sering kali tidak menghormati Tetua Jian, dan menganggapnya hanyalah sampah karena mereka sama sekali tidak mengetahui pengangkatan Tetua Jian menjadi Tetua di Perguruan Xianlun dan pengangkatan itu hanya di ketahui oleh para tetua dan guru saja.
.
.
Bai Wang yang di bawa oleh Tetua Jian kini sampai di halaman Daun. Ia melihat sekeliling tempat itu, nampak asri dengan banyak bambu di sekelilingnya. Namun sejauh matanya memandang, ia sama sekali tidak melihat seorang pun disana, sangat sepi. Bahkan bangunan pun hanya ada ada satu, dan itu pasti tempat tinggal guru barunya.
Bai Wang berlari kecil mengikuti gurunya yang berjalan menuju bangunan itu, "Guru, tunggu," panggilnya menyusul.
Dengan tertatih sambil menahan sakit di tubuhnya, Bai Wang pun kini dapat menyusul gurunya.
Hah...Hah...
Tetua Jian berbalik badan, melihat Bai Wang yang ngos-ngosan. "Pergilah ke kamar itu," tunjuknya pada bilik sebelah kiri. "Aku sudah menyiapkan air di dalam, mandi dan berendam-lah," perintahnya dan menguap, masuk kedalam kamar sebelah kanan, bertepatan di samping kamar Bai Wang.
Bai Wang yang melihat bingung, kenapa gurunya masuk di kamar sebelahnya? Mungkinkah kamar itu kamar gurunya? Jika ia, kenapa dia bisa satu atap dengan gurunya? Bukankah itu tidak sopan. Tapi saat mengingat gurunya sendiri yang memintanya, Bai Wang pun akhirnya tidak ambil pusing. Ia langsung masuk dan melakukan apa yang di perintahkan guru barunya, berendam di dalam bak mandi yang ternyata sudah di beri ramuan obat.
Melihat itu Bai Wang merasa terharu, ternyata gurunya sungguh sangat baik kepadanya. Bai Wang melepas semua pakaiannya dan masuk kedalam bak mandi yang berukuran besar. Ia memejamkan mata, mencoba berkultivasi dan membuka dentian-nya. Namun baru saja ia mulai berkultivasi, tubuhnya tiba-tiba merasa terbakar dan sakit luar biasa.
Argh...!!
Teriaknya keras sampai terdengar di kemar Tetua Jian. Tetua Jian yang mendengar mengabaikan, ia malah asyik menikmati minuman arak-nya di kursi goyang sambil mengingat pesan tuannya untuk menjaga Halaman Daun.
"Dimana anda sekarang, tuan?" gumamnya merasa jenuh hidup sendirian di Halaman Daun.
Sudah beberapa tahun tuannya pergi, namun sampai sekarang tuannya tetap tidak kembali. Ingin mencari tapi tidak tahu kemana. Dan akhirnya hanya bisa menunggu dan menunggu.
Di kamar Bai Wang, Bai Wang terus saja menahan sakit yang luar biasa di tubuhnya. Obat yang di berikan Tetua Jian benar-benar membuat tubuhnya terasa di cabik-cabik dan akhirnya ia pingsan karena tidak bisa menahan rasa sakit itu.
Tetua Jian yang tidak mendengar suara Bai Wang langsung menghilang. Dan kini muncul di kamar Bai Wang, menatap pemuda itu yang pingsan di dalam bak mandi.
Hah,
Tetua Jian hanya bisa menghela napas, melihat muridnya yang sangat lemah. "Apakah aku bisa mengharapkannya?" gumam Tetua Jian tentang sesuatu hal.
Tetua Jian membawa tubuh Bai Wang di ranjang, menyelimutinya dengan selimut. Setelah itu menyalurkan kekuatan spiritualnya, melihat lautan jiwa milik Bai Wang. Namun saat ia mencoba melihat lautan jiwa Bai Wang, sebuah pedang karatan menghentikannya hingga membuatnya tidak bisa melanjutkan penglihatannya.
"Apa itu?" gumamnya melihat pedang aneh. Namun saat mengingat betapa kuatnya pedang karatan itu Tetua Jian mencoba kembali memasuki lautan jiwa Bai Wang. Tapi lagi-lagi ada penolakan dan membuatnya terpental.
"Sungguh sangat kuat. Sebenarnya pedang karatan apa itu? Kenapa bisa menolak kekuatan spiritual ku? Atau mungkin itu adalah Jiwa Beladiri Bai Wang yang belum bangkit? Jika memang itu benar, bukankah itu adalah sebuah jiwa beladiri senjata yang sangat kuat," Gumamnya berpikir, merasa aneh dengan pedang itu. "Baiklah, aku akan membantunya membangkitkan jiwa beladirinya mulai besok," sambungnya dan pergi meninggalkan Bai Wang yang beristirahat.
Pagi hari, Bai Wang bangun dari tidurnya. Kepalanya terasa sakit, mencoba mengingat apa yang terjadi. Saat ia mengingatnya, Bai Wang melihat tubuhnya dan ternyata ia hanya bertelanjang dengan selimut menutup tubuhnya.
"Mungkin guru yang memindahkan ku," gumamnya dan turun, membersihkan tubuh. Dan setelah itu memakai pakaian yang telah di siapkan oleh Tetua Jian.
Setelah berpakaian rapi, Bai Wang keluar dari kamar dan mencari keberadaan gurunya.
"Guru," panggilnya dengan berteriak dan berulang-ulang.
Tetua Jian yang mendengar menggerutu kesal karena kenyamanannya di ganggu oleh Bai Wang. "Dasar anak nakal! Tidak bisakah dia tidak berteriak?"
"Guru, kamu dimana?" teriknya lagi semakin membuat Tetua Jian bertambah kesal.
Tetua Jian tidak menjawab panggilan itu, ia mengabaikan. Dan cukup lama Bai Wang mencari, kini dia menemukan keberadaan Tetua Jian yang ternyata berada di gubuk belakang, tak jauh dari tempat tinggal mereka.
"Ternyata guru disini," ucapnya dengan kelelahan, mengatur nafasnya.
Tetua Jian yang mendengar hanya menghela nafas, setelah itu meminta Bai Wang untuk duduk di atas batu yang tak jauh dari nya dengan sedikit malas. Namun apa boleh buat, ia tetap harus melakukannya, "Duduk lah disana. Kita akan mulai hari ini," ucapnya membuat Bai Wang bingung.
Walaupun bingung, Bai Wang tetap menuruti perintah gurunya. Ia duduk di atas batu yang di tunjuk oleh Tetua Jian, bersila dengan sikap lotus-nya.
Wuuus....
Tetua Jian, menghilang dan kini duduk di belakang Bai Wang. "Fokuskan pikiran mu. Rasakan aliran spiritual yang akan ku masukkan ke tubuh mu. Dan coba rasakan jiwa beladiri yang ada di dirimu. Tapi perlu di ingat, jangan terlalu di paksa. Jika kamu belum bisa merasakannya, kita akan ulangi sampai kamu bisa merasakannya." ucapnya dan di angguki Bai Wang.
Bai Wang pun memejamkan mata, mulai melakukan hal yang di perintahkan gurunya. Sedangkan Tetua Jian menyalurkan kekuatan spiritualnya, memasukkan kedalam tubuh Bai Wang agar jiwa beladiri itu merespon dan bangkit dalam tubuh Bai Wang. Ia berharap apa yang di lihatnya tadi malam tidak menolak kembali kekuatan spiritualnya.
.
.
.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
anggita
oke,, mugo novelnya lancar sukses, tambah akeh pembacanya.
2022-12-03
3
algore
joz
2022-10-29
0
algore
jos
2022-10-29
0