Siang hari ini pengunjung di Pasar Beringharjo terlihat lebih lengang dibandingkan biasanya. Sehingga banyak waktu digunakan Ervita untuk menata berbagai batik dan mengemas pesanan yang akan dikirimkan secara online kepada pembeli. Selain itu, rupanya bisnis batik milik Bu Tari dan Pak Hadinata ini juga merambah menjadi dropshipper beberapa toko batik di pulau Jawa. Sehingga ada kalanya Ervita juga membantu pengemasan beberapa kemeja, daster, dan kain yang dikirimkan kepada pembeli yang akan dijual ulang nantinya.
"Duduknya yang enak dan nyaman loh Mbak Ervita ... perutnya sudah bertambah besar gitu," ucap Bu Tari.
Itu adalah fakta bahwa perut Ervita kini sudah bertambah besar. Ada kalanya Ervita merasa engap untuk duduk, tidur pun hanya bisa miring, karena jika tidur terlentang untuk rasanya sesak.
"Sudah bulat ya perutnya ... sudah di USG belum nanti bayinya laki-laki atau perempuan?" tanya Bu Tari lagi.
Akan tetapi, Ervita menggelengkan kepalanya, "Sudah USG Bu, tetapi Vita memang menolak untuk mengetahui jenis kelamin bayinya. Sekalian nanti saja kalau melahirkan biar kejutan," balasnya.
"Selama tujuh bulan ini, Ervita juga enggak sowan (mengunjungi - dalam bahasa Jawa) ke rumahnya Bapak dan Ibu?" tanya Bu Tari.
Membicarakan Bapak dan Ibunya tentu saja membuat Ervita merasa sedih. Ya, sudah tujuh bulan berlalu dan memang selama itu dirinya juga tidak pulang ke rumah orang tuanya. Masih merasa takut karena diusir oleh orang tuanya sendiri. Padahal jarak Jogjakarta dengan Solo bisa ditempuh hanya satu jam saja dengan menaiki kereta. Namun, nyatanya Ervita tidak cukup nyali untuk mengunjungi Bapak dan Ibunya sendiri.
"Vita tidak berani Bu ... masih takut sama Bapak," balasnya.
Ervita masih ingat kala Bapaknya menamparnya waktu itu dan juga mengusirnya dari rumah. Rasanya, Ervita masih merasa sakit, sedih, dan terluka tiap kali mengingat momen itu. Rasa takut dan luka yang nyatanya masih menggores di sana membuat Ervita merasa tidak berani untuk mengunjungi rumah kedua orang tuanya.
"Nanti kalau Ervita mau melahirkan bagaimana?" tanya Bu Tari lagi kepada Ervita.
Mengingat perut Ervita yang kian membesar dan tentu tidak lama lagi akan melahirkan, sudah pasti Ervita membutuhkan bala bantuan untuk menolongnya. Tidak mungkin Ervita bisa melahirkan dan tanpa keluarga yang menemani.
"Tidak apa-apa Bu ... selama ini Ervita juga terbiasa sendiri. Jadi, tidak apa-apa," balas Ervita.
Sekadar mendengarkan cerita dari Ervita saja membuat Bu Tari berkaca-kaca di sana. Sungguh, begitu sesak rasanya membayangkan seorang wanita yang untuk kali pertama akan melahirkan dan tidak ditemani keluarganya. Mereka yang akan melahirkan membutuhkan bala bantuan, membutuhkan bantuan bukan hanya secara fisik, tetapi juga mental. Bu Tari merasa sangat iba kepada Ervita. Wanita yang masih muda, tetapi sudah harus dihadapkan dengan berbagai kesulitan hidup.
"Perkiraan lahirnya kapan Mbak Ervita?" tanya Bu Tari lagi.
"Dua bulan lagi. Doakan saja ya Bu, Tuhan memberikan Ervita semangat dan kekuatan untuk menghadapi hari persalinan nanti. Kalau dipikir ya pastinya takut, tetapi mau tidak mau, siap tidak siap, ya Ervita harus menjalani persalinan yang sudah di depan mata," balasnya.
Tidak jauh dari tempat Ervita dan Bu Tari sekarang, rupanya Pandu juga mendengarkan cerita antara Ervita dan Ibunya itu. Akan tetapi, Pandu bersikap biasa dan sebatas menjadi pendengar saja. Tidak ingin ikut campur terlalu jauh pada permasalahan yang dihadapi oleh Ervita.
"Pasti ... pasti Ibu doakan, bagi Ibu itu kamu sudah kayak anak sendiri. Cuma kok Ibu yang membayangkannya saja merasa tidak tega. Kasihan banget sama kamu. Yang menghamili itu pacar kamu? Seumuran?" tanya Bu Tari.
Ervita pun menganggukkan kepalanya, "Iya Bu ... seumuran, katanya belum siap menikah dan punya anak. Jadi, ya sudah Bu. Bapak dan Ibu dulu datang ke rumahnya dan meminta pertanggungan jawab, tetapi kami tidak mendapatkan apa-apa. Mungkin itu juga yang membuat Bapak saya menjadi sangat marah dan kecewa kepada saya," balasnya.
"Yuh, sabar ya Ervita ... pokoknya ada apa-apa, jangan segan untuk memberitahu Ibu. Bapak dan Ibu itu ikhlas untuk membantu. Jangan merasa merepotkan juga," balas Bu Tari.
Ervita yang mendengarkan ucapan dari Bu Tari pun merasa begitu terharu. Di saat dia jauh dari keluarga, dari orang tuanya, seolah Ervita mendapatkan sosok orang tua baru dalam diri Bu Tari dan juga Pak Hadinata. Sampai Ervita menitikkan air matanya di sana.
"Makasih banyak ya Bu ... di kala malam gelap, masih ada satu bintang yang bisa Ervita lihat. Terima kasih," balas Ervita.
"Iya ... sama-sama Mbak Ervita. Juga tidak usah begitu banyak berpikiran yah. Sudah punya KIS belum Mbak? Jaga-jaga nanti kalau mau melahirkan kan bisa lebih tenang," balas Bu Tari lagi.
"Sudah Bu ... sudah punya kok Bu, masih aktif juga," balas Ervita.
"Oh ... ya sudah, kalau belum punya biar dibuatkan Pandu. Nanti biar Ibu yang bayar setiap bulannya," balas Bu Tari. Kemudian Bu Tari memanggil Pandu untuk mendekat, "Du ... Pandu, sini dulu," panggil Bu Tari kepada anaknya itu.
"Ya, Bu ... ada apa?" tanyanya.
"Begini kan kehamilan Ervita ini makin besar, kamu juga jaga-jaga yah. Misal terjadi gejala kehamilan sewaktu-waktu, kamu yang siaga ya. Dibantu Ervitanya," pinta Bu Tari kepada putranya itu.
Pandu pun menganggukkan kepalanya, "Iya Bu ... pasti nanti Pandu akan bantuin," jawabnya.
"Makasih ya Pandu ... soalnya di sini yang dekat sama Ervita kan kita. Ya, mari kita menjadi keluarga untuknya. Jangan membiarkan orang yang kesusahan larut dalam kesusahannya. Selagi kita masih bisa membantu, ya mari kita bantu sama-sama," balas Bu Tari lagi.
"Iya Bu ... nanti pasti Pandu bantuin kok," jawabnya.
Air mata Ervita pun menetes begitu saja, "Makasih ya Bu Tari dan Mas Pandu ... saya malahan jadi merepotkan," balasnya.
"Jangan bilang merepotkan Ervita ... Ibu dan keluarga itu senang kalau bisa membantu kamu. Bagi Ibu, kamu itu sudah seperti anak Ibu sendiri," balasnya lagi.
Banyak obrolan yang mereka lakukan sembari menyiapkan berbagai pesanan dari para pelanggan. Ervita begitu kagum dengan cara Tuhan menolongnya. Di kala dia jauh dari rumah, terisolasi dan tidak memiliki keluarga, Tuhan tempati keluarga lain yang begitu baik padanya dan siap untuk menolongnya. Rasanya Ervita begitu kagum dengan cara Tuhan menolong hidupnya kali ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 312 Episodes
Comments
Louisa Janis
Sehat terus Ervita juga debay
2023-11-08
0
Cindy Gosal
ya
2023-09-22
0
Indah Gunot
sampek mewek tor 😭😭😭
2023-06-15
2