Menunggu di praktik Dokter Kandungan itu, beberapa kali Ervita tampak mengamati beberapa pasangan yang datang dan menunggu antrian di sana. Begitu terharu rasanya melihat seorang suami yang datang mengantar istrinya periksa kehamilan. Bahkan ada pula suami yang datang dengan menggendong anaknya. Terlihat begitulah cinta kasih yang terlihat sempurna bagi pasangan suami dan istri.
Akan tetapi, ada goresan luka di hati Ervita karena hanya dia saja yang datang seorang diri. Tidak ada suami yang menemani. Ervita tersenyum getir dalam hatinya, bagaimana bisa hidup memberikan jalan yang begitu terjal dan berliku kepadanya. Bagaimana bisa dia harus menanggung semua ini seorang diri? Jangankan suami, untuk cela yang dia tanggung pun, seolah tulah benar-benar ditimpakan untuk Ervita sendiri.
Ervita duduk termenung di sana, sampai akhirnya seorang perawat menyebutkan namanya, "Bu Ervita, silakan," panggilnya.
Mulailah perawat itu meminta Ervita untuk menimbang berat badan, dan juga mengukur tekanan darahnya terlebih dahulu. "90/100 ya Bu Ervita ... sekarang silakan masuk," ucap perawat itu.
Ervita pun masuk ke dalam ruang pemeriksaan, bertemu dengan Dokter Wulan di sana.
"Silakan duduk ... dengan Ibu siapa ini?" tanya Dokter Wulan.
"Halo Dokter ... Saya Ervita," ucapnya.
Dokter Wulan pun tersenyum dan melihat riwayat pemeriksaan Ervita di Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Sebab, ada catatan yang diberikan oleh Bidan Sri sebelumnya di sana.
"Jika melihat dari riwayat pemeriksaan sebelumnya kali ini mungkin sudah 17 atau 18 minggu ya Bu Ervita. Baik, kita lakukan pemeriksaan saja yah. Silakan untuk naik ke brankar yah, kita akan cek dengan USG," ucap Dokter Wulan.
Ervita pun segera naik ke brankar, dan kemudian seorang perawat di sana mulai mengangkat sedikit kemeja yang dikenakan Ervita dan mengoleskan USG Gell di permukaan kulit Ervita. Sensasi dingin dari USG Gell itu bisa dirasakan oleh Ervita. Lantas, Dokter Wulan mulai bersiap dengan transducer (komponen dari USG ditempelkan pada bagian tubuh yang akan diperiksa, seperti dinding perut atau dinding poros usus besar pada pemeriksaan prostat. Di dalam transducer terdapat kristal yang digunakan untuk menangkap pantulan gelombang yang disalurkan oleh transducer) di tangannya.
"Nah, sebelumnya Bu Ervi periksanya di Bidan kan? Jadi, saya berikan penjelasan sedikit ya. Silakan Bu Ervita melihat di monitor. Jadi ini adalah rahim Ibu, tempat di mana janin hidup dan tumbuh dari minggu pertama sampai minggu ke-40 nanti. Lalu, ini adalah janin, bayi Ibu. Sekarang, usia kehamilan Bu Ervi adalah 17 minggu dan menginjak ke 18 minggu."
Lantas, transducer itu kembali digerakkan dan terlihat bayi kecil di sana. Ervita yang melihat bayinya itu pun merasakan senang dan terharu di saat bersamaan. Ingin menangis, tetapi Ervita berusaha untuk menahan semuanya.
"Usia kehamilan 17/18 minggu ukuran janin sudah sebesar lobak dengan panjang badan dari kepala sampai kaki sekitar 12 sentimeter dan berat badan sekitar 150 gram. Kini, tempurung kepala bayi yang tersusun dari tulang rawan mulai mengeras. Ada mual atau muntah tidak?" tanya Dokter Wulan.
"Sudah beberapa minggu ini tidak mual, Dokter. Sebelumnya mual parah," balas Ervita.
"Memang di usia ini karena sudah menginjak Trimester dua, lebih enak. Ibu bisa lebih nyaman beraktivitas, jika ingin melakukan hubungan suami istri juga sudah aman karena janin sudah memiliki plasenta di sini. Nah, ini plasenta yang terhubung dengan tali pusat. Dari plasenta inilah bayi mendapatkan nutrisinya selama dalam kandungan."
Ervita merasa begitu jelas perbedaan periksa di bidan dan di Dokter Kandungan. Banyak hal yang dia tidak tahu seputar kehamilan, kini Ervita bisa mengetahuinya. Rasanya benar-benar jelas dan puas mendapatkan penjelasan kali ini.
"Sekarang, kita dengar detak jantung bayinya yah," balas Dokter Wulan lagi.
Mulai transducer di arahnya ke perut di mana gelombang detak jantung bisa ditangkap oleh transducer dan terdengar suara detakan di sana.
Deg ... Deg ... Deg ....
Suara detakan yang bercampur dengan riak air ketuban itu sukses membuat Ervita meneteskan air matanya. Itu adalah detak jantung bayinya. Tanda jika memang kehidupan baru itu terus bersemi, bertumbuh, sampai siap masa untuk melahirkan nanti. Detak jantung yang membuat Ervita harus lebih kuat untuk menjalani hidupnya.
"Ini suara detak jantung bayinya Ibu ... terdengar kan?" tanya Dokter Wulan.
Ervita hanya bisa menganggukkan kepalanya dan menyeka air matanya dengan tangannya. Kali pertama mendengarkan detakan jantung bayinya membuat Ervita merasa merinding dan air mata keluar dengan begitu saja.
"Ingin melihat jenis kelaminan sekalian atau tidak Bu?" tawar Dokter Wulan kepada Ervita.
Jika orang lain begitu menginginkan untuk mengetahui jenis kelamin bayinya, tetapi tidak untuk Ervita. Dia tidak ingin mengetahuinya sekarang. Mengetahui jenis kelamin bayinya saat melahirkan nanti justru menjadi kejutan tak terhingga untuknya.
"Tidak usah Dokter ... sekalian nanti saja kalau melahirkan. Biar deg-degan," balasnya.
"Oke baiknya. Pemeriksaan dengan USG sudah selesai ya Bu, perawat akan membersihkan sisa USG Gell dan kemudian Bu Ervi bisa duduk di sana," ucap Dokter Wulan.
Setelah sisa USG Gell di perutnya dibersihkan, kemudian Ervita kembali duduk di depan meja Dokter. Wanita itu menunggu apa yang dituliskan oleh Dokter Wulan di sana.
"Jadi, kehamilan Ibu bagus yah ... bayi juga dalam kondisi sehat. Biasanya nih kalau si Ibu sudah tidak mual atau muntah, Bapaknya giliran yang merasakan mual dan muntah. Jadi, lebih saling menjaga saja. Lalu, saya akan resepkan asam folat ya Bu dan kalsium. Sebab, bayi akan bertumbuh dan pembentukan tulang rawan yang kian meningkat, jadi Ibu hamil juga harus mengonsumsi kalsium. Ada yang ditanyakan?" tanya Dokter Wulan lagi.
Ervita menggelengkan kepalanya, "Tidak ... sudah sangat jelas Dokter," balasnya.
"Jadi, ini buku KIA-nya, dan ini foto hasil USG-nya. Bu Ervita bisa periksa lagi bulan depan. Terima kasih yah, sehat selalu."
Keluar dari ruang pemeriksaan, kini Ervita membayar adminitrasi dan membayar obat yang harus dia minum selama hamil.
"Bu Ervita ... totalnya Rp. 275.000 yah," ucap petugas di tempat ini.
Ervita pun mengeluarkan uang dari saku celananya. Uang yang diberikan oleh Bu Tari itu. Ervita menghela nafas di sana, rasanya begitu pedih untuk sekadar memeriksakan bayinya ke Dokter Kandungan saja dia harus menunggu uluran tangan dari Bu Tari.
"Bulan depan kita periksa lagi ya Nak ... jika hanya sebesar itu, Ibu bisa membayarnya," gumam Ervita dalam hati.
Menunggu kembali, kemudian petugas memberikan nota dan obat berupa Asam Folat yang bagus untuk perkembangan otak bayi dan juga kalsium untuk tulang. "Semuanya diminum sehari satu kali ya Bu," ucap petugas itu.
"Iya," sahut Ervita dengan menganggukkan kepalanya.
Setelahnya, Ervita memilih untuk segera bergegas pulang, hari sudah petang di luar sana. Ada satu hal yang membuat Ervita senang itu adalah karena mendengar detak jantung bayinya. Untuk kehidupan yang terus tumbuh di dalam rahimnya, Ervita tidak boleh menyerah. Beban dan kesesakan dalam hidup akan dia tanggung. Sama seperti janjinya kala terusir dari rumah dulu, dia mungkin gagal menjadi anak, gagal juga menjadi seorang anak. Akan tetapi, Ervita tidak akan gagal menjadi seorang Ibu. Apa pun akan Ervita hadapi untuk si buah hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 312 Episodes
Comments
Muawanah
semangat trs buat ervita...pengen denger cerita klo bpknya yg ngidam 😁😁😁
2023-11-09
0
Enih Rustini
sehat dan kuat selalu ya debay menemani hari" mama vita
2023-03-21
0
Har Tini
semangat ervita semoga sehat dek baby ny jg
2023-03-05
0