Setelah pagi buta melakukan uji kehamilan dengan menggunakan testpack. Kalau ini kurang lebih jam 09.00, Ervita sudah sampai di kampusnya. Sebenarnya perkuliahan masih akan dimulai jam 10.30 nanti. Hanya saja, Ervita perlu untuk bertemu dengan Firhan. Begitu banyak hal yang harus dibahasnya dengan Firhan, termasuk untuk hasil testpack yang subuh tadi dia lakukan. Dengan harap-harap cemas, Ervita menunggu kedatangan Firhan di bawah Pohon Tabebuya yang bunganya bermekaran berwarna kuning di kampus itu. Namun sudah beberapa menit berlalu, dan sosok Firhan masih belum menunjukkan batang hidungnya.
Dengan cemas, Ervita menanti, barulah setengah jam kemudian Firhan datang. Ya, pria tampan itu terlihat baru saja memasuki Fakultas Ekonomi dan Bisnis dengan menggunakan Sepeda Motor N-Max miliknya. Usai memarkirkannya, Firhan pun segera datang dan menghampiri Ervita yang duduk tidak jauh dari halte Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
"Hei, Sayang ...."
Firhan menyapa dan tersenyum kepada Ervita. Akan tetapi, senyuman dari pria tampan itu tak terbalas. Sebab, wajah Ervita sudah terselimuti mendung di sana. Terlihat jelas jika Ervita saat ini sedang resah.
"Pagi-pagi sudah muram saja sih ... lihat tuh, bunga Tabebuya saja bermekaran. Menghujani kampus kita dengan rona warna kuning, tetapi kamu di sini justru muram kayak gini sih?"
Lagi Firhan berbicara dan seakan merayu Ervita yang pagi itu sudah terlihat begitu murung. Namun, masih sama Ervita memilih diam. Sebab, ada hal yang lain yang ingin segera dia sampaikan kepada Firhan sekarang juga.
"Firhan, aku sudah melakukan testnya," ucap Ervita secara langsung dan juga lirih.
Ah, barulah Firhan ingat bahwa tujuan Ervita meminta untuk datang lebih awal ke kampus karena ada yang ingin disampaikan oleh Ervita kepadanya. Namun, Firhan seolah tampak menghela nafas dan mengulur waktu.
"Jangan sekarang ... kita sarapan dulu saja yuk? Melihat wajahmu yang begitu muram, aku perlu mengajakmu sarapan dulu deh," ajak Firhan. "Yuk, Sayang ... kita ngantin dulu. Soto Ayam di sana sangat enak, kesukaanmu kan?" balas Firhan lagi.
Akan tetapi, dengan cepat pula Ervita menggelengkan kepalanya, "Enggak ... aku enggak selera makan. Aku gak merasa lapar," jawabnya.
Firhan yang sudah berdiri dengan memanggul tas ransel di bahunya pun kembali duduk, pria itu menghela nafas kasar dan melirik kepada Ervita, "Ah, kamu sekarang gak asyik sih, Yang ... diajakin apa-apa tidak mau. Pacaran kita makin lama makin gak seru," balas Firhan.
"Ada yang lain yang ingin kusampaikan kepadamu, Firhan ... ini lebih penting dari sekadar membeli Soto Ayam di kantin," balas Ervita.
"Kan bisa ditahan dulu ... kita sarapan dulu, mengisi perut dulu. Sarapan dulu, kalau sudah perut sama-sama kenyang dan kita bisa berbicara dengan lebih nyaman," kilah Firhan.
"Aku akan berbicara cepat saja, Firhan ... Firhan, aku hamil ... pagi tadi aku sudah melakukan test kehamilan dan inilah hasilnya. Benih darimu sudah bersemi di sini, Fir," ucap Ervita dengan mata yang sudah begitu berembun.
Jujur saja untuk mengatakan semuanya itu kepada Firhan, Ervita membutuhkan keberanian. Hanya saja, entah bagaimana respons dan reaksi Firhan kepadanya nanti. Hanya saja, Ervita masih ingat jika Firhan pernah mengatakan bahwa dia akan bertanggung jawab kepadanya.
"Aku hamil, Firhan ... dia anak kamu ... anak kita," ucap Ervita yang kali ini sudah tak kuasa untuk menahan buliran air matanya.
Firhan pun merasa tercekat. Satu kali pergumulan rupanya benar-benar membawa petaka untuknya. Tidak mengira hanya satu kali menerobos tiara yang dimiliki oleh Ervita dan sekarang dia akan bertanggung jawab atasnya.
"Sayang ... nanti kita bicarakan lagi yah. Aku akan bilang sama Bapak dan Ibuku dulu," jawab Firhan saat ini.
"Maksud kamu apa Firhan? Untuk tanggung jawab kenapa harus bilang Bapak dan Ibumu?" tanyanya.
"Ya, kan untuk menikahimu aku memerlukan restu dari Bapak dan Ibuku. Aku tidak bisa seenaknya menikah di saat aku sendiri masih menjadi mahasiswa," kilah Firhan.
Hati Ervita rasanya benar-benar hancur. Yang dia dengar sekarang bukanlah ketegasan seorang pria yang akan memberikannya tanggung jawab. Akan tetapi, yang Ervita dengar justru Firhan yang mencoba untuk berkilah. Sungguh, Ervita harus menerima kenyataan pahit sekarang.
"Maksud kamu apa sih, Firhan. Saat melakukannya, kamu bilang kamu akan bertanggung jawab. Saat aku hamil, kamu akan menikahiku. Kenapa kamu sekarang berkilah, Fir?" tanya Ervita dengan berurai air mata.
"Ya, masalahnya menikah itu bukan cuma sebatas aku dan kamu, tetapi juga tentang keluarga kita. Juga, aku masih mahasiswa, Ervita ... masih 21 tahun. Jadi, apa yang kamu harapkan dari seorang mahasiswa," balas Firhan lagi.
"Aku gak mau tahu, kamu harus tanggung jawab, Firhan!"
"Kalau aku tidak mau?" balas Firhan.
"Harus, Firhan. Ini adalah bayi kamu," balas Ervita dengan lirih dan memegangi perutnya.
"Salah sendiri kamu yang murahan yang melepaskan kesucianmu begitu saja kepadaku. Dasar wanita sialan! Aku enggak mau bertanggung jawab jika memang Bapak dan Ibuku tidak memberikan izin menikah kepadaku. Lagipula, di luar sana aku juga tidak tahu jika kamu bermain dengan pria lain," balas Firhan.
Merasa sangat direndahkan bahkan dituduh jika Ervita bermain dengan pria lain, sontak saja Ervita mengangkat tangannya dan mendaratkan satu tamparan keras di wajah Firhan.
Plak!
"Brengsek kamu Firhan ... dulu kamu mengobral janji manis untuk menikahiku, tetapi mana buktinya? Saat aku datang dan membawa bukti, justru kamu berkilah dan mengelak. Aku akan datang ke rumahmu dan menemui kedua orang tuamu, aku akan katakan kepada mereka bagaimana tingkah putra yang selama ini mereka bangga-banggakan!"
Sungguh, hati Ervita merasakan sakit yang tak terperi. Sudah kehilangan mahkotanya dan kini Firhan nyatanya juga berkilah, tentu saja Ervita merasa dibohongi. Setelah semua yang dia miliki yang paling berharga Firhan ambil, tetapi nyatanya Firhan justru berkilah dan mengelak untuk bertanggung jawab. Ervita memilih untuk pulang ke rumah dengan air mata yang membasahi wajahnya. Wanita itu berjalan dengan menyeka air matanya sendiri. Tak menghiraukan beberapa pasang mata di Fakultas Ilmu Ekonomi dan Bisnis yang kini menatapnya dengan tajam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 312 Episodes
Comments
himawatidewi satyawira
mng dulu wkt pengen nyelup loe ndak mikir akibatnya? mo enaknya aja ni laki, gantung di menara sutet, lele dumbonya disunat trs disetrum..
2023-11-11
0
gandaruwa gandaruwa
berada nostalgia ma kampusnya. ini UNS kah? yg kalo masa2 tertentu banyak rontokan bunga kuning sepanjang jalan
2023-03-23
0
Har Tini
firhan kurang ajar banget sdh dpt enak ny ga mau bertanggung jawab semoga spt karma ny nanti
2023-03-05
2