Dengan kenyataan pahit seperti ini kemana lagi Ervita bisa pergi. Penolakan dan kilahan dari Firhan benar-benar menyakiti hatinya. Sampai pada akhirnya, Ervita memilih untuk pulang ke rumah. Padahal jam mata kuliah akan dilangsung tidak lama lagi, tetapi Ervita memilih untuk pulang ke rumah. Sebab, jika berkonsentrasi pada kuliah pun rasanya juga begitu sukar.
Begitu sampai di rumahnya, rupanya pagi menjelang siang itu kedua orang tua Ervita ada di rumah. Tentu saja, Ervita merasa kaget melihat Bapak dan Ibunya yang berada di rumah. Biasanya, Bapaknya yang memiliki bengkel mobil antik itu akan selalu berada di bengkel dari pagi hingga kurang lebih jam 17.00 sore. Akan tetapi, sekarang baru akan jam 10.00, tetapi kenapa Bapaknya ada di rumah. Sementara Ibunya memang adalah seorang Ibu rumah tangga yang sehari-hari berada di rumah.
"Loh Vit, kok sudah pulang? Katanya hari ini kuliah," tanya Ibu Sri yang adalah Ibu kandung Ervita itu.
"Vita tidak enak badan, Bu ... jadi izin tidak masuk dulu. Nanti masuk lagi kuliah yang jam 15.00 saja, Bu," sahutnya.
Ervita sendiri memang merasakan kepalanya agak pening. Semua itu karena usai bertengkar dengan Firhan dan mendapatkan kenyataan bahwa Firhan yang ingin lepas dari tanggung jawab, atau memang karena hamil muda yang membuatnya merasa pusing dan mudah lelah.
"Buruan makan dan minum obat. Kuliah yang rajin, Nduk (Nduk adalah sapaan kepada anak perempuan dalam bahasa Jawa) ... siapa tahu nanti kalau sudah lulus, bisa sukses dan mengangkat harkat dan derajat orang tua," balas Bapak Agus, Bapaknya Ervita.
Mendengar apa yang dikatakan oleh Bapaknya, jujur saja Ervita merasa begitu bersalah. Di saat kedua orang tuanya menaruh harapan di bahunya, tetapi kini yang ada justru Ervita sudah mencoreng nama baik kedua orang tuanya. Air mata pun tampak menggenang di sudut mata Ervita. Mungkin kali ini sudah waktunya bagi Ervita untuk berbicara jujur kepada Bapak dan Ibu. Mengakui bahwa dia sudah tidak suci lagi, mengakui bahwa sekarang dirinya sedang berbadan dua.
"Bapak dan Ibu, bolehkah Ervita berbicara kepada Bapak dan Ibu," tanyanya dengan rasa takut yang sekarang lebih mendominasi.
"Kenapa, Vit?" tanya Ibunya.
"Bapak dan Ibu, pertama maafkan Vita ..., tetapi Vita gagal menjadi anak yang berbakti kepada Bapak dan Ibu. Bapak ... Ibu, Vita hamil," ucapnya dengan berderai air mata.
Tidak mudah untuk mengakui kesalahan, tetapi kali ini Ervita menguatkan hati dan dirinya untuk mengakui apa yang sebenarnya terjadi. Kegagalannya menjadi seorang anak yang mencoreng nama kedua orang tuanya. Terlebih di daerah Ervita, hamil di luar nikah adalah sebuah aib.
Pukulan terbesar dirasakan oleh Bapak Agus dan Ibu Sri. Benar-benar tidak membayangkan bahwa putri sulungnya akan jatuh dalam perbuatan yang benar-benar melukai hati mereka sebagai orang tua. Putri sulungnya yang berhasil masuk ke universitas negeri di kota Solo melalui jalur PMDK itu kini harus mengalami hal memilukan dengan hamil di luar nikah.
"Dengan siapa kamu hamil?" tanya Bapak Agus kepada Ervita.
"Fff ... Firhan, Bapak," sahut Ervita dengan menundukkan wajahnya. Sama sekali tidak berani untuk menatap wajah Bapaknya itu.
"Sekarang ikut Bapak ke rumahnya. Kita cari Firhan dan minta pertanggungan jawabannya. Berani berbuat harus berani bertanggung jawab!"
Bapak Agus tampak begitu emosi, yang ada dipikiran Bapak Agus adalah bisa segera bertemu dengan Firhan dan meminta tanggung jawab dari pacar anaknya yang memang beberapa kali datang ke rumah itu. Lebih cepat menyelesaikan tentunya akan lebih baik.
"Orang tuanya bekerja, Pak ... sore baru ada di rumah," balas Ervita.
"Ya sudah ... nanti sore ke sana sama Bapak. Firhan harus bertanggung jawab," balas Bapak Agus.
Ervita yang sudah menangis hanya bisa menganggukkan kepalanya. Rasanya begitu perih, tetapi kenyataan ini juga cepat atau lambat akan diketahui juga oleh Bapak dan Ibunya. Jujur hari ini atau jujur saat perutnya kian membesar nanti sama saja hasilnya.
***
Begitu petang tiba ...
Bapak Agus, bersama Ibu Sri dan juga Ervita mendatangi rumah Firhan. Kebetulan memang jarak rumah keduanya hanya berbeda RW saja, sehingga memang rumah Ervita dan Firhan terhitung dekat. Untuk itu, kali ini tidak perlu ditanyakan lagi bahwa Bapak Agus segera menyambangi rumah keluarga Maulana.
"Permisi," ucap Pak Agus dengan mengetuk pintu.
"Ya, siapa?" sahut seseorang dari dalam rumah besar itu.
Begitu pintu terbuka, rupanya yang datang adalah keluarga Ervita dengan Bapak Agus yang kelihatan tidak sabar lagi. Keluarga Ervita pun dipersilakan untuk masuk.
"Silakan masuk Pak ... ada perlu apa yah?" sapa Ibu Yeni yang tidak lain adalah ibunya Firhan.
"Iya Bu ... kami datang untuk membicarakan masalah yang penting," ucap Bapak Agus.
Bu Yeni pun masuk ke dalam dan mulai memanggilkan suaminya, Bapak Supri. Pasangan paruh baya itu juga terkejut dengan kedatangan keluarga Ervita. Perasaan keluarga Firhan pun sudah tidak enak rasanya.
"Ya Bapak Agus dan keluarganya ... ada apa yah?" sahut Bapak Supri.
"Begini Pak Supri ... kami datang dan langsung ke pokok permasalahannya saja. Begini Pak Supri dan Bu Yeni, sebagaimana kita sama-sama tahu kalau Ervita dan Firhan sudah berpacaran lama, dan ternyata keduanya sama-sama sudah melakukan hal yang lebih jauh. Jadi, sekarang Ervita tengah hamil anaknya Firhan," ucap Bapak Agus.
Pihak keluarga Firhan pun merasa tercengang. Tidak mengira jika gaya berpacaran anaknya sudah kelewatan batas. Sementara kini Ervita tengah mengandung anak dari Firhan.
"Ini tidak benar Pak Agus ... tidak mungkin," balas Pak Supri.
"Tidak mungkin bagaimana Pak, kalau memang Ervita hamil anaknya Firhan," balas Pak Agus yang merasa kian emosi.
"Maaf Pak Agus, sebaiknya Anda dan keluarga pulang, karena kami tidak mau ... Firhan harus menyelesaikan kuliahnya. Biar dia berhasil dan menjadi seorang akuntan yang sukses. Menikahi Ervita justru akan menghambat masa depannya," balas Pak Supri.
Niat datang dan meminta pertanggungjawaban nyatanya hanya mendapatkan kekecewaan saja. Hingga Pak Agus dan keluarga pulang dengan tangan kosong. Upaya sia-sia, sementara Ervita dengan kehamilannya kian bertambahnya waktu perutnya akan kian membesar. Semuanya terasa pelik, di kala kehilangan kepera-wanan, Firhan berkata manis untuk bertanggung jawab. Kini, setelah hasil dari pacaran kelewat batas terjadi, yang ada adalah penolakan dari Firhan dan juga keluarganya yang harus Ervita hadapi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 312 Episodes
Comments
Fitrian Delli
karma nanti berlaku pd firhan br tau rasa lo
2024-02-13
1
Sam Tmk
makanya jangan cerobo
2024-01-09
0
Anonymous
Banyak lelaki jek gini. Ga beryanggung jawab. Mau enaknya diang. Maka berpikir bolak balik sebelum berbuat wahai anak2 gadis
2023-11-20
2