Tidak ada hal yang membuat Ervita begitu bersyukur karena di tengah kondisinya yang memang menyedihkan, tetapi Tuhan masih berbaik hati dengan mengirimkan orang yang baik untuknya. Ya, Bu Tari sebagai juragan yang baik untuk Ervita. Dengan Bu Tari juga Ervita bisa belajar untuk berbicara jujur. Tidak menyembunyikan keadaannya yang memang hamil tanpa suami. Memang keadaannya sekarang ini adalah cela, adalah aib. Akan tetapi, jika berbohong untuk menutupi aibnya, selamanya Ervita akan terus berbohong dan berdosa untuk terus menutupi kebohongan yang dia buat.
Hari ini menjadi hari pertama Ervita untuk bekerja. Wanita yang tengah hamil muda itu pun akan memulai hidup barunya, pengalaman bekerja menjaga kios batik Hadinata di Pasar Beringharjo. Untuk mengurangi pengeluaran, Ervita membawa bekal dari rumah yaitu hanya nasi putih dan telor ceplok. Pikirnya daripada dia keluar pasar dan panas-panas, lebih baik membawa bekal dari kost. Walau hanya nasi putih dan telor ceplok, asalkan masih bisa makan sudah begitu bersyukur.
"Pagi Bu," sapa Ervita yang pagi itu jam 09.00 sudah datang di Kios Batik Hadinata.
"Iya, pagi Mbak Vita ... sini," balas Bu Tari.
Ervita pun segera memasuki kios batik itu. Tentu saja karena kios batik, aroma batik yang khas tercium di indera penciuman Ervita. Terlebih ibu hamil memang sensitif dengan bau, tetapi Ervita bertahan.
"Sini Mbak ... bekerjanya tidak susah kok Mbak. Kan pasti banyak pengunjung pasar yang datang, nah itu tawarkan ya Mbak ... harganya juga sudah ada semua, kalau ingin potongan harga bisa diturunkan saja Rp. 5000,-. Hari ini Ibu akan mendampingi Mbak Vita sampai satu minggu, lalu minggu depan Ibu dan Bapak akan mengembangkan kios yang baru, Mbak Ervita yang handle kios ini yah," ucap Bu Tari.
"Iya Bu," balasnya dengan menganggukkan kepalanya.
Begitu terlihat ada pengunjung yang datang, Ervita pun menawarkan batik-batik di kios itu. Kadang dia menawarkan dengan bahasa Jawa, kadang dia juga menawarkan dengan bahasa Indonesia.
Monggo Bu batik-batiknya ....
Mari Bu, batiknya ... warnanya bagus dan juga berkualitas juga, silakan mampir ....
Monggo Batiknya bisa ditambahkan sebagai oleh-oleh ....
Dari jam 09.00 sampai jam 11.00 untung saja ada beberapa pembeli yang datang dan membeli beberapa potong kemeja batik di sana. Jujur saja, pengalaman pertama bagi Ervita bisa bekerja seperti ini. Walau pertama kikuk dan bingung, lama-lama Ervita merasa bisa melakukannya.
"Kalau tidak ada pembeli, duduk dulu Mbak Vita ... kan Mbak Vita baru hamil muda, kalau berdiri terus nanti perutnya kenceng," ucap Bu Tari.
Sungguh, mendapatkan perhatian kecil seperti ini membuat Ervita begitu bahagia. Sebab, sejak dia tahu hamil sampai sekarang rasanya tidak ada yang memberikan perhatian kepadanya. Ervita pun segera mengambil kursi plastik berwarna biru dan duduk di dekat deretan kemeja batik, sembari duduk dia juga menawarkan batik-batik kepada pengunjung pasar itu.
"Nah, gitu Mbak ... sambil duduk tidak apa-apa. Pokoknya santai saja Mbak ... bagaimana pun kan Mbak Vita kan hamil," ucap Bu Tari.
Usai mengatakan semua itu, Bu Tari berpamitan sejenak kepada Ervita, katanya ingin menjenguk suaminya yang ada di kios sebelah. Ervita pun dibiarkan sendiri di sana. Walau sendiri, Ervita tetap menawarkan berbagai kemeja batik di sana dan berharap ada pembeli yang datang.
Rupanya tidak berselang lama, Bu Tari kembali datang dengan membawa segelas Teh hangat dan piring yang ditutupi dengan kertas minyak berwarna cokelat di sana.
"Mbak Vita ... makan dulu yah. Ini Ibu ambilkan dari kios sebelah," ucapnya.
Segelas teh hangat, dan dalam piring itu ada nasi putih dengan lauk botok (sayuran yang dibuat dengan parutan kelapa dan petai cina) dan ikan goreng di sana. Dengan tersenyum Bu Tari pun memberikan makanan dalam satu piring itu.
"Bu, Vita jadi merepotkan deh," ucapnya.
"Enggaklah Mbak ... cuma makan. Buruan dimakan dulu, sejak tadi berjualan juga capek. Jangan khawatirkan masalah pangan (makanan dalam bahasa Jawa), biar Ibu yang bawakan makan siang untuk Mbak Vita."
Hati Ervita benar-benar tersentuh karenanya. Di saat dirinya berkekurangan, untuk sekadar makan pun hanya nasi putih dengan telor ceplok, kadang untuk menambah rasa Ervita menabur penyebab rasa rasa ayam atau sapi sedikit di nasinya atau menambahkan kecap manis di nasinya. Cobaan hidup dan jauh dari orang tua benar-benar membuat Ervita harus berhemat untuk urusan mengisi perut. Kini, di kala ada orang yang memberinya makan membuat Ervita benar-benar terharu karenanya.
"Lah, kok malahan nangis ... disuruh Ibu makan kok malahan nangis begini," ucap Bu Tari lagi.
Ervita pun membalas dengan sesegukan di sana, "Maaf Bu ... Ervita terharu. Padahal tadi saya sudah bawa bekal dari kost. Ini malahan dikasih makan sama Ibu. Sejak saya keluar dari rumah, baru kali ini ada yang memberikan saya makan," ceritanya.
Oh, sungguh betapa kerasnya kehidupan. Dalam waktu hampir sepekan keluar dari rumah, baru kali ini ada orang yang memberinya makan. Hati Ervita pun begitu terharu dan sekaligus tersentuh karenanya.
"Oalah Mbak ... sekarang selama bekerja, tiap siang biar Ibu yang memberi makan. Jangan bersedih, kasihan bayinya nanti ikut nangis kalau Ibunya menangis. Yang sabar yang Mbak ... semoga lelahnya menjadi lilah. Semoga Mbak Ervita selalu kuat," balas Bu Tari.
Begitu baiknya Sang Khalik. Di saat Ervita berkekurangan, di saat dia terusir dari rumahnya, Tuhan mengirimkan orang yang baik kepadanya. Siapa pun bisa Tuhan gerakkan untuk menolongnya, dan Bu Tari adalah orang baik yang mau menolong Ervita kali ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 312 Episodes
Comments
Louisa Janis
Alhamdulillah
2023-11-08
0
Ani
Aamiin Aamiin Aamiin ya rabbalalamin
2023-10-15
0
💕febhy ajah💕
msh adakah orng seperti bu tari di dunia nyata 😭😭😭
2023-07-14
2