Keringat mengucur deras di kening Ratu, kacamata yang dikenakan berair dan kabut. Di dalam hati dia sudah mengumpat, mengutuk bahkan membunuh Rain di dalam pikirannya.
"Manusia gila, aku sudah hampir sekarat masih saja dibawa berkeliling gedung pembangunan yang begitu luas.
"Ratu catat ini," pinta Rain.
"Anjing, kamu bisa catat sendiri." Ratu langsung batuk karena tidak sengaja mengumpat.
Rain menatap tajam karena penampilan Ratu yang semakin berantakan, Rain pertama kalinya melihat wanita yang tidak tahu penampilan.
"Sudah selesai Pak, apa kita sudah bisa beristirahat?" Ratu melepaskan topi yang menutupi kepalanya agar aman jika ada reruntuhan.
Pukulan ranting mengenai kepala Ratu, tatapan Rain dingin memintanya tetap memakai topi selama berada di tempat kontruksi bangunan.
Helaan napas Ratu terdengar, memakai topinya kembali. Saat Rain balik badan, Ratu ingin sekali melempar kepala Rain menggunakan topi bangunan.
Melihat Ratu kepanasan, Rain membawanya duduk di ruangan yang ada AC dan bisa menyalin pekerjaannya.
Mata Ratu melirik kanan dan kiri perasaan tidak mungkin salah jika ada seseorang yang sedang mengikuti mereka.
Siapapun yang datang pasti dengan tujuan buruk, Ratu tidak bisa membuat banyak karena dirinya sedang dalam penyamaran.
Rain tidak boleh mencurigai Ratu, tidak boleh ada yang tahu siapa dirinya dan apa tujuan Ratu datang?
"Apa yang kamu lihat? cepat selesaikan pekerjaan kamu." Rain menghubungi kantor soal pengecekan bangunan, memastikan semuanya aman. Rain meminta beberapa tim yang datang karena ada beberapa bangunan yang tidak sesuai.
Di depan kaca Ratu sedang merapikan rambutnya agar tidak berantakan, melihat dua orang berbadan besar sedang memperhatikan Rain.
"Mereka ingin mencelakai Rain, baguslah. Jika bisa buat lenyap dari muka bumi ini." Ratu tertawa kecil.
"Kita kembali sekarang." Rain berjalan lebih dulu untuk keluar dari ruangan.
Setelah pamit dengan para pekerja, Rain dan Ratu berjalan menuju parkiran mobil yang tidak terlalu jauh.
Dua menggunakan kendaraan roda dua melintas, satu dari pengemudi megeluarkan belati. Ratu yang melihatnya tanpa berpikir panjang langsung memeluk tubuh Rain erat.
Pria yang menusuk Ratu langsung berlari naik kendaraan kembali melaju dengan kecepatan tinggi tanpa menoleh ke arah Rain yang terkejut.
Kacamata Ratu terlepas, matanya bertemu dengan mata Rain. Kedua tangan Ratu memegang pinggangnya yang berlumuran darah.
"Ratu," panggil Rain yang langsung menangkap tubuh Ratu yang hampir tersungkur jatuh.
Tangan Rain menyentuh darah, panik melihat kondisi Ratu yang lemah, apalagi darah tidak ingin berhenti mengalir.
"Kenapa kamu melakukan ini?" Rain tidak suka jika ada orang yang berkorban demi untuk dirinya.
Mata Ratu terpejam, Rain memeluknya erat. Ratu meringis menahan sakit, dan benci sekali melihat Rain bukan berniat membawanya ke rumah sakit, tapi memarahinya karena mengorbankan diri.
"Jika kamu manusia satu-satunya di muka bumi ini, daripada harus hidup bersama lebih baik kamu lenyap Rain," gumam Ratu ingin sekali meneriaki Rain yang tindakannya sangat lambat.
Rain menggedong Ratu melarikannya ke rumah sakit terdekat karena sudah terlalu banyak darah yang keluar apalagi belati masih menancap di perutnya.
Sampai di rumah sakit, Ratu langsung dilarikan ke dalam ruangan rawat. Beberapa dokter berlarian karena kedatangan pasien penusukan.
Di ruang tunggu, Rain tidak bisa fokus apapun. Tangan dan bajunya juga penuh darah karena menggedong Ratu.
"Siapa yang melakukan ini, kenapa ingin mencelakai aku?" Rain sangat mencemaskan kondisi Ratu yang masih dalam penanganan.
Satu jam menunggu, dokter keluar membawakan belati yang menembus perut. Ratu mendapatkan puluhan jahitan dan kondisinya sudah stabil meksipun sempat kehabisan banyak darah.
"Apa tidak ada organ dalam yang terluka?"
"Tidak Pak, tubuhnya sangat kuat dan tahan luka. Kondisinya lemah karena mengalami perdarahan sehingga shock.
Kepala Rain mengangguk, melihat Ratu yang keluar dari ruangan rawat untuk pindah kamar. Rain mengikutinya dengan perasaan campur aduk.
"Ratu, apa yang kamu rasakan?" Rain menatap Ratu yang baru saja sadar.
"Saya pingsan bukan kehabisan darah, tapi kelaparan. Dari pagi, sampai hampir pagi lagi belum makan." Ratu menatap langit kamar karena tubuhnya masih kesulitan gerak.
Rain yang mendengar ocehan Ratu hanya bisa terdiam, pamit pergi sebentar untuk membeli makanan.
Kepergian Rain menjadi kesempatan bagi Ratu untuk mencelakai Krisna, Ratu menghubungi Lilis untuk mendesak Krisna agar mengatakan keterlibatan dirinya.
Mungkin melalui Krisna, bisa menemukan informasi keterlibatan Rain juga. Ratu tidak ingin menganggap Rain bodoh karena kepintarannya tidak mampu menghindarinya dari maut.
"Apa yang harus aku lakukan kepada Krisna?" Lilis menjawab dengan suara lemas.
"Bersemangat setan, aku ditusuk dan kehabisan darah. Saat ini aku ingin sekali mencekik Rain dan menghisap darahnya karena membuat aku celaka. Maka kamu harus mencabik-cabik Krisna agar dia tahu bahayanya berurusan dengan Ratu." Panggilan langsung mati karena Lilis sangat terkejut mendengar kabar Ratu menjadi pahlawan yang menyelematkan pangeran.
Lama Ratu menunggu Rain yang tidak muncul batang hidungnya, dirinya sudah lapar karena kehabisan tenaga.
Tidak lama pintu terbuka, Ratu menarik napas lega karena makanan akhirnya sampai melihat bungkusan plastik.
Betapa kecewanya Ratu karena makanan yang Rain bawa hanya beberapa bungkus roti. Makanan yang Rain beli dia berikan kepada orang lain karena kehabisan stok.
"Aku lupa bawa mobil, sekarang ingin pergi lagi. Tunggu saja sebentar." Pinta Rain yang mengambil kunci mobil.
"Pak Rain antri setengah jam. dan saat dapat di berikan kepada orang lain?" Ratu seakan-akan tidak percaya hanya bisa menatap punggung Rain melangkah pergi.
Bibir Ratu gemetaran, terpaksa mengambil roti. Seumur hidupnya mungkin bertemu dengan Rain salah satu kesialan yang tidak ada obat.
"Aku harap Rain mati kecelakaan, eehh jangan nanti makanan semakin lama datang. Sabar Ratu. Saat kasus Elisha selesai maka aku akan pergi setelah melenyapkan Rain." Ratu mengunyah roti demi perutnya yang sudah bolong juga lapar.
Di apartemennya, Krisna sudah tahu soal pemberitahuan dirinya yang sempat viral meskipun hanya beberapa jam. Dia bisa bernapas lega karena kerja Rain sangat cepat dan rapi.
Suara pecahan kaca terdengar, Krisna yang baru selesai mandi melangkah ke arah suara dan terkejut melihat seseorang duduk santai, tapi Rain tidak mengenali wajahnya.
"Siapa kamu?"
"Kamu nanya? izinkan aku yang bertanya-tanya," pinta Lilis menanyakan soal Elisha.
Masih dengan jawaban yang sama, Krisna tidak tahu dan tidak mengenal Elisha sama sekali. Jangankan mencelakai kenal juga belum.
"Keluar dari sini sebelum menyesal," pinta Krisna dengan nada pelan.
Kepala Lilis menggeleng, dia akan pergi setelah mendapatkan informasi yang dibutuhkan.
"Aku tidak kenal Elisha!"
"Kamu yang menodai dia, jika kamu tidak jujur maka rasakan sakitnya penyiksaan." Lilis melangkah maju menyuntikkan sesuatu kepada Krisna.
Tubuh Krisna berlutut, wajahnya panik dan ketakutan.
***
follow Ig Vhiaazaira
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Nur Hayati
rada membingungkan tapi .. seru...
2024-03-20
0
Sharon
Haha terhibur d cepter ini thor 😅 ada komedinya ada tegang nya
2023-04-21
0
Nur Sholihah
lalu siapa ya jangan Ampe ratu salah target bales dendam
2022-11-15
0