Back to Fara POV
Happy Reading.
Malam ini Keill akan ikut menginap di rumah Ibu, sebenarnya aku tidak masalah sih, cuma aku tidak menyangka jika suami ku ikut menginap, secara hubungan kami tidak seperti suami istri bila dirumah.
Aku masih begitu canggung jika harus berdekatan dengan Keill, selama ini dia selalu bersikap cuek terhadap ku, bahkan setiap kali berbicara, Keill hampir tidak pernah menatapku, sungguh hal itu membuatku harus menahan rasa sakit setiap kali dia bersikap seperti itu.
Jujur kami masih belum bisa bersikap biasa seperti pasangan lain, aku tidak berani mendekati nya, dia juga tidak berinisiatif untuk membuka dirinya.
Apa jangan-jangan benar Keill masih memiliki rasa kepada mbak Lidia? Ya, mereka kan dulunya satu universitas, bisa jadi mereka itu dulu adalah sepasang kekasih dan masih ada cinta di antara mereka. Namun cinta mereka terhalang restu orang tua dan pada akhirnya harus putus di tengah jalan.
Mbak Lidia pulang ke Indonesia lalu dijodohkan sama Jimmy, dan Keill nggak bisa move on terus dia deketin aku dan nikahin aku dengan modus bahwa Mama Rara sama Papa Aris menyukai gadis sepertiku.
Padahal niat Keill hanya untuk balas dendam kepada mbak Lidia karena kekasihnya itu menerima pinangan dari pria lain yang tidak lain adalah Jimmy tetanggaku sendiri.
Duh kok rasanya nyesek banget ya, kalau emang seperti itu, tega banget sih jadiin aku pelampiasan. Kalau mereka memang saling mencintai seharusnya kan mereka memperjuangkan perasaan nya, pasti orang tua mereka juga akan mengerti bahwa cinta itu bisa mengalahkan segalanya.
Kalau seperti ini kan jalan ceritanya menjadi sangat rumit, kenapa aku terlalu gegabah menerima lamaran keill waktu itu ya?
Seharusnya aku lebih dulu mencari tahu tentang masa lalu suamiku itu, kalau begini kan yang rugi aku sendiri, sakit hati sendiri, mencintai sendiri, ya Allah! apakah aku kuat menjalani kehidupan rumah tangga yang seperti ini.
"Fara, kok melamun?"
Aku terkejut saat ibu menepuk pelan pundak ku. "Eh enggak kok bu, Fara nggak melamun," cengiran lebar lolos dari bibirku.
Aku melirik ke arah kanan di mana suamiku duduk, tidak ku sangka jika dia saat ini tengah memandangku dengan tatapan yang entahlah, aku tidak mengerti arti tatapan dari matanya itu.
Deg!
Aduh jantung, kenapa kamu malah bersuara kencang sih! Rasanya jantungku mau lompat saat melihat Keill yang begitu tampan malam ini.
Aku meleleh, hatiku meleyot hanya karena ditatap olehnya. Boleh nggak aku merasa geer karena Kill menatapku sambil tersenyum tipis?
Fara, ingat! Dia itu cuma berpura-pura bersikap baik dan tidak cuek karena ada Ibu, coba saja kalau di rumahnya sendiri, pasti dia nggak akan pernah mau melihatku dengan senyum seperti itu.
Aku harus bersabar, iya Fara, kamu harus sabar. Istri yang sabar pasti disayang Allah. Dapat pahala yang banyak, dan bakal dicintai oleh suamiku.
Mudah-mudahan Keill bisa membuka hatinya untukku dan belajar mencintai ku seperti apa yang dia katakan pada saat melamar ku.
Akhirnya acara makan malam pun selesai, aku membereskan yang ada di atas meja makan dan ku bersihkan semua piring bekas makan kami di wastafel, tidak lupa ku simpan sayur dan lauk-pauknya di lemari penyimpan makanan.
"Nak Keill, ibu mau bicara sama kamu, ayo ikut ibu ke ruang tamu, biar Fara yang membereskan semuanya," Ibu tersenyum menatap Keill.
"Baiklah, bu." Ku lihat Keill menyusul ibu ke ruang tamu. Entah apa yang akan mereka bicarakan, tapi seperti ini lebih baik karena ku yakin kecanggungan ini pasti akan bertahan sampai aku selesai mencuci piring jika Keill tetap di sini.
Huh, kenapa situasinya jadi seperti ini!
Akhirnya setelah selesai dengan urusanku, aku pun beranjak ke ruang tamu untuk melihat suami dan ibuku yang sedang mengobrol.
Jam masih menunjukkan pukul setengah delapan, masih sangat sore jika harus masuk ke dalam kamar dan istirahat. Dan mungkin akan sangat aneh bila aku harus mengajak Keill masuk ke kamar, bukan?
Tok, tok, tok!
"Assalamualaikum!"
"Waalaikumsalam!" sahut kami serentak.
"Biar Fara yang bukain pintu, Bu," aku berdiri dan berjalan menuju ke pintu depan.
Ceklek!
"Assalamualaikum, Safara Maulida!"
"Waalaikumsalam, Jimmy!"
"Benarkah dugaanku, kalau kamu pasti sedang pulang di rumah Ibu Lia!" ucap Jimmy yang tiba-tiba nyelonong masuk.
"Eh, kok kamu bisa tahu, Jim!"
"Ya, insting ku mengatakan begitu, lagian ada mobil di depan, pasti itu mobil kamu 'kan?"
"Eh, nak Jimmy, kebetulan sekali Fara ada dirumah, ibu menyuruh Fara pulang dan dia bersama suaminya mau menginap," ucap Ibu.
Jimmy berhenti dan menatap Keill dengan tatapan terkejut. Aku juga bisa melihat Keill yang menatap Jimmy dengan tatapan yang tajam.
Ada apa ini? kenapa Keill kelihatan nggak suka sama Jimmy?
Apa jangan-jangan? Astaga! apakah ada cinta segitiga di antara Keill, Jimmy dan mbak Lidia!
"Saya gak tau kalau Pak Keill ikut kemari," ucap Jimmy sambil duduk di sofa depan Keill.
"Tentu saja saya ikut istri saya ke rumah ibunya!" jawab Keill masih menatap Jimmy dengan tatapan yang tidak suka.
"Fara, ambilkan minuman 'Nak! ibu mau istirahat dulu di kamar," ucap ibu.
"I-iya bu, ayo bu, Fara bantu!"
"Tidak perlu 'Nak, kamu ambilkan minuman untuk Keill dan Jimmy." Aku mengangguk dan berjalan ke belakang bersama ibu.
mudah-mudahan tidak terjadi perdebatan sengit antara suamiku dan juga sahabatku yang mungkin saat ini tengah merebutkan wanita cantik seperti mbak Lidia.
Kenapa nasibku seperti ini, sudah menikah tapi tidak dicintai oleh suaminya dan bahkan suaminya masih mencintai mantan kekasihnya. Kalau ditulis di dalam novel, pasti kisahku akan sangat menyedihkan.
Apa yang harus kulakukan ya Allah!!
"Fara, nggak usah bikin minum, gue udah mau pulang," tiba-tiba Jimmy muncul di dapur.
"Loh, kok pulang Jim? kan lo baru aja datang, ini mau gue bikinin minum," Jimmy menggeleng dan tersenyum.
"Nggak perlu, gue baru ingat kalau gue ada urusan, ya udah ya? sampai ketemu kapan-kapan lagi, jaga diri lo baik-baik, Ra!" ucapan Jimmy kenapa menyentuh hati banget ya.
Seakan menyiratkan bahwa Jimmy juga tahu kalau hatiku sedang tidak baik-baik saja, apalagi dalam menjalani rumah tangga ini bersama dengan pria yang tidak mencintaiku.
"Oke, deh!"
Kusimpan kembali cangkir yang tadinya mau aku pakai, sebaiknya aku berpamitan pada Keill kalau aku sudah mengantuk dan ingin segera istirahat.
"Safara, aku mau ngomong sesuatu sama kamu, tapi jangan di sini, gimana kalau kita ke kamarmu saja," ucap Keill yang tiba-tiba sudah berdiri di depanku.
Ya Allah, apa yang akan diucapkan oleh Keill? apakah dia akan mengatakan bahwa dia masih mencintai Mbak Lidia?
"Baiklah, ayo kita ke kamar," aku harus kuat, apapun yang akan ku dengar nanti, aku harus sabar.
Sesampainya dikamar, Keill langsung masuk ke dalam kamar mandi, dia memang sudah hafal dengan letak kamarku karena dia memang pernah tidur di sini pada saat acara akad nikah dulu.
Ku lepas jilbab yang ku pakai, aku sudah tidak canggung lagi kalau melepas jilbab, Keill malah melarangku tidak memakai jilbab. ya kami kan memang mahram, jadi dia boleh melihat rambutku.
Ceklek!
Pintu kamar mandi terbuka, Keill keluar dengan wajah yanh segar dan basah, sepertinya dia baru saja cuci muka.
Deg!
Mata kami saling bertemu, duh, kok aku gugup ya, rasanya seperti ditelanjangi melihat tatapan mata Keill.
Rasanya akhir-akhir ini dia sering menatap ku! kulihat dia juga bergerak berjalan menghampiriku. Keill mengikis jarak diantara kami. Bisa kucium aroma fresh dari parfum yang dia pakai.
Jantung ku semakin berdegup kencang, tangan Keill memegang kedua bahuku.
"Safara, bolehkah ...!"
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
BKN CINTA SEGITIGA KEIL, JIMMY & LIDIA, TPI CINTA SEGITIGA, LO, KEIL & JIMMY..
2023-07-07
0
Sulaiman Efendy
KEIL MNCINTAI LO, CMA DIA INSECURE DN MALU UNGKAPKN RASANYA KE ELO...
2023-07-07
0
Kenzi Kenzi
boleh lehbo
2022-12-17
0