Sebuah cahaya dingin yang terang terlihat di kegelapan. Garis lurus dan rata membelah sesuatu yang gelap, dan sekilas menampilkan sebuah gambar sebelum akhirnya sesuatu yang gelap dan terbelah itu jatuh ke bawah lantai.
Seorang pemuda berpose sedang memegang kedua pedang di tangannya yang diarahkan lurus ke bawah.
Noda darah yang mengental melekat pada kedua bilah, dan darah baru mengalir menetes ke lantai. Darah itu berasal dari makhluk yang baru saja dipotong oleh pemuda dengan pedangnya.
Sudah bisa ditebak, pemuda itu adalah Rai. Sesuatu yang gelap dan terpotong adalah Huuzer Crawler yang telah dia kuliti dan dia potong di akhir sesi pembunuhan.
Huuzer Crawler ini bukanlah tanda pertarungan berakhir. Masih ada satu monster yang sejak awal pertempuran tidak melakukan apa-apa kepada Rai dan hanya menyaksikan, bagai Raja yang menonton prajuritnya tewas di medan perang.
“Hanya tersisa makhluk besar ini.“ Rai menatap sosok monster yang ukuran tubuh yang sangat besar.
Monster ini memiliki penampilan dengan tingginya lebih dari dua meter, mungkin dua meter lebih 50 sentimeter. Tinggi tersebut adalah tinggi pada saat monster ini merangkak, sementara panjang ke belakang sekitar empat meter.
Gambaran atau visualnya sama seperti Huuzer Crawler yang biasa yaitu seperti laba-laba, namun berkaki enam dan memiliki dua kepala manusia yang tidak bisa disebut lagi sebagai kepala manusia. Sebab kepalanya telah kehilangan anggota bagian wajahnya, hanya tersisa rongga mata yang kosong dan mulut yang lebar hingga sudut mulut sampai ke telinga.
Setiap jengkal tubuhnya yang sedikit berisi terdapat luka goresan yang mengeluarkan nanah dan darah, serta aroma tidak sedap.
Jujur, Rai dapat mencium bau busuk ini dari belasan meter jauhnya. Sedari tadi ia menahan bau yang menyengat tidak enak ini.
“Bau badanmu sangat busuk, itu membuat udara di sini tercemar.“ Rai berkata dengan lantang dan jelas, terdengar sedang mengejek monster di depannya. “Aku tidak tahan lagi, aku harus melenyapkanmu dari sini.“
Monster itu seakan memahami apa yang dikatakan, dia marah dan meraung dengan keras, suaranya membuat bising telinga.
Graaahh!
Semburan angin kencang yang keluar dari kedua mulut itu menerbangkan rambut Rai ke belakang. Raungan yang sangat kuat, bahkan dapat menghasilkan angin.
Akan tetapi, Rai melihat yang lebih dahsyat dan kuat dari efek angin ini, yaitu air liur yang tak sengaja keluar dari kedua mulut monster di depannya.
Ketika raungan itu ditujukan padanya, Rai memperhatikan air liur yang jatuh pada lantai, dan air itu tidak langsung menghilang dan mengering begitu saja. Tetapi, air liur itu merembes seperti melelehkan lantai beton sehingga membuat lubang yang cukup dalam. Juga tidak sampai menembus lantai.
Mata Rai ketika menatap bekas lubang di bawah tanah itu terlihat ngeri, dia tidak bisa membayangkan apabila air liur itu menetes dan mengenai tubuhnya.
“Sial kesulitan menambah lagi. Sudah pasti aku harus menghindari air liur itu, jangan sampai terkena.“
Pandangan Rai tertuju pada beberapa lubang di lantai, bekas terkena cipratan air liur. Di lubang-lubang kecil itu mengeluarkan asap tipis ketika proses lelehan terjadi, bahkan setelahnya masih bisa dilihat.
Rai menduga air liur ini mengandung zat asam yang sangat tinggi.
“Tidak mungkin kalau aku menyerang Monster ini menggunakan tangan kosong ….“ Rai terdiam lalu memandang kedua pedangnya yang telah ternodai warna merah. “Aku tidak tahu pedang ini tahan terhadap air liur itu atau tidak.“
Rai menatap kembali untuk melihat monster besar di depannya dan bergumam, “Sepertinya aku harus mencobanya.“
Dalam sekejap, aura Rai menjadi berbeda, urat otot tangan dan kaki menegang, Rai berancang-ancang untuk mengeluarkan seluruh kekuatannya pada serangan-serangannya.
Rai tidak berani menganggap remeh monster di depannya. Monster ini pastinya lebih menyeramkan ketimbang Big Huuzer Crawler, terlebih dia tidak tahu pada tingkatan mana Huuzer Crawler satu ini.
Ia berniat untuk berhasil mengalahkan monster ini dalam sekali percobaan.
“Ayo kita mulai percobaan!“
Mulut Rai melengkung menampilkan senyuman yang terlihat menyenangkan.
Setelah mengatakan itu, sosok Rai melesat menuju monster, Dan langsung memotong jarak antara keduanya.
Kemudian Rai muncul di kaki kanan paling depan milik monster sebelum monster itu bisa bereaksi, lalu mengayunkan kedua pedangnya secara bersilangan.
Swooshh! Swooshh!
Cahaya tajam timbul, dan dua buah garis yang menyilang muncul di kaki monster itu.
Dengan suara cipratan air, darah merah menyembur keluar dengan kuat, bersamaan dengan terpisahnya kaki itu dari badannya.
Rai meloncat mundur menghindari percikan darah cair ini. Ia berhenti tidak jauh dari tempat monster itu, dan berdiri mengawasi pergerakan monster yang akan dilakukan selanjutnya.
Monster itu melolong nyaring keluar, kesakitan dan juga menjadi marah oleh Rai. Teriakan kencang keluar dari kedua kepala tanpa mata. Suaranya membuat sakit gendang telinga.
Rai tanpa sadar menutupi lubang telinganya dengan jarinya, itu cukup meredam suara yang masuk ke dalam telinganya, jika tidak seperti itu Rai khawatir dia tidak lagi bisa mendengar.
Tidak lama jeritan keras itu berhenti. Lalu monster bergerak mencari Rai.
Melihat kesempatan ini, Rai bergerak cepat menghindari sudut pandang dari mata monster.
Posisinya ia pertahankan di luar sudut pandang monster ini sambil perlahan memperpendek jarak untuk siap meluncurkan serangan kedua.
'Kepala adalah titik lemah Huuzer Crawler, namun aku tidak tahu apakah itu berlaku dengan jenis Huuzer Crawler yang satu ini.' Rai bergerak dan terus mengikuti bagian belakang monster ini agar tidak kelihatan posisi dia berada.
'Aku harus mencobanya!'
Rai memutuskan untuk serangan pada bagian kepala monster besar di depannya, dia berharap dia dapat menebas dua kepala itu sekaligus.
Mata Rai terfokus pada dua kepala yang ada di depan itu, sambil dia menunggu momentum yang tepat.
'Saatnya!'
Momen yang ditunggu datang, dan dengan cekatan Rai melompat mengarah dua kepala monster ini.
“Kamu telah sele ….“
Sebelum Rai menyelesaikan kalimatnya, sesuatu yang tidak diinginkan oleh Rai terjadi.
Dua kepala monster itu berputar hingga sudut 180 derajat saling berlawan membelakangi. Monster ini dapat melihat 360 derajat secara logika.
Dalam sekejap dua kepala menghadap Rai yang sedang ada di udara sambil mengayunkan kedua pedangnya.
Graahhh!
Mulut monster ini terbuka, bertepatan dengan raungannya, semburan cairan berwarna hijau menyemprot kencang membidik Rai.
Mata Rai membesar, hawa dingin terasa di balik punggungnya, dia merasakan aura berbahaya dari dua semburan cairan hijau ini.
Rai segera bereaksi cepat, dia memaksa melakukan manuver di udara untuk menghindari cairan ini.
Akan tetapi, Rai terlambat menghindar dan bahu serta lengan kirinya terkena cairan itu ketika dia membelokkan tubuhnya ke samping kanan.
“Argghhh!“
Rai terjatuh, berguling-guling di lantai tidak jauh dari tempat monster.
Pedang yang dipegang oleh tangan kirinya terlepas, dan terpental jauh dari Rai.
Tubuh Rai beberapa kali putaran berguling dan akhirnya dia berhenti, berlutut satu kaki menghadap monster ini.
“Ughh!“ Wajah Rai terlihat sangat kesakitan, mulutnya yang berkedut dia paksa tutup untuk menahan untuk tidak berteriak akibat rasa perih dan sakit yang dia rasakan sekarang.
Bahu dan lengan kiri Rai yang terkena cairan itu menjadi melepuh, daging merah dan tulang putih sebagian terekspos. Hoodie dan kain yang membalut lengan kirinya sudah menghilang, hanya menyisakan lengan Rai yang terluka sangat parah.
Sekarang, Rai tidak dapat merasakan keberadaan tangan kirinya, seakan telah hilang entah ke mana.
Tangan yang hancur, bahkan daging yang menempel pada tulang mulai terlepas dan jatuh ke lantai, tangan itu tergantung begitu saja tanpa bisa digerakkan.
'Sangat bodoh! Sangat ceroboh! Mestinya aku tidak melakukan itu! Sial!' Rai mengutuk dirinya sendiri di dalan hati.
Seharusnya dia tidak bertindak seperti itu. Tadi dia tidak mendapatkan informasi lengkap dari monster ini terlebih dahulu. Kemudian dia asal menduga dan memutuskan untuk menyerang titik vital.
Normalnya titik vital adalah sesuatu yang penting dan memiliki sesuatu yang berbahaya. Secara logika titik vital tidak akan terbuka begitu saja. Pasti ada sesuatu yang melindunginya.
Sama halnya dengan dua kepala monster ini, Rai menduga bahwa itu adalah titik vital dan mencoba menyerang tanpa persiapan yang matang.
“Sistem, beli cairan penyembuh dasar.“ Rai berbisik sambil matanya terus terpaku pada monster di depannya.
[Disarankan untuk membeli cairan penyembuhan sedang. Dikarenakan cairan penyembuhan dasar tidak akan bisa menyembuhkan luka yang sekarang alami secara cepat, diperkirakan butuh tiga hari untuk sembuh total dan meminum cairan penyembuhan dasar setiap hari.]
Tanpa berpikir lagi, Rai berkata, “Oke. Aku beli cairan penyembuh sedang sekarang, aku sangat membutuhkannya.“
Ding!
[Selamat Kepada Tuan Rumah Transaksi Pertukaran Berhasil!]
Botol berwarna merah pekat muncul di depan Rai. Melepaskan pedang di tangan kanannya dia segera mengambil botol itu dan langsung meminumnya.
Setelah itu, cahaya merah gelap membungkus bahu dan lengan kiri Rai. Di dalamnya seluruh darah mulai memadat dan membeku berhenti keluar. Daging, kulit, dan saraf beregenerasi dengan kecepatan yang cepat, semua itu berlangsung secara bertahap.
Tidak sampai lebih dari satu menit, cahaya merah menghilang dan menampilkan tangan kiri Rai yang sembuh total tanpa ada bekas luka satu pun.
Selama penyembuhan itu, monster ini tidak bergerak dan terus menatap Rai dengan tatapan main-main bagaikan Rai adalah seorang mainan baru baginya.
Rai cukup kesal dengan ini, dia ingin sekali untuk menghabisi monster besar ini.
“Aku belum terbiasa menggunakan kekuatan telekinesis saat bertempur, apalagi pada saat kejadian mendadak seperti tadi. Aku masih harus terus belajar.“
Dalam pertempuran tadi Rai mengevaluasi kekurangannya. Dia menemukan bahwa dirinya masih jauh dari kata cakap dalam menggunakan kekuatannya dengan efesien.
Semestinya hal tadi bisa dihindari jika dia menggunakan kekuatan telekinesisnya untuk menahan cairan asam tersebut.
“Aku sudah pulih. Ayo kita mulai ronde kedua pertandingan ini.“ Rai menatap sosok monster besar di depannya dengan wajah yang penuh keseriusan dan mata yang penuh tekad.
Graahhh …!
Huuzer Crawler ini semacam memiliki kebijaksanaan, tapi Rai tidak dapat memastikan apakah itu kebijaksanaan atau memang hanya sebuah stimulus.
Pedang yang terlempar jauh ternyata masih dalam jangkauan kekuatan telekinesisnya. Rai mengambil pedangnya memakai kekuatan telekinesisnya.
Dalam beberapa detik Rai kembali seperti semula, namun dengan kondisi tangan kirinya yang terbuka tanpa ditutupi oleh hoodie dan kain putihnya.
“Ayo sekarang kita mulai!“
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
~Kepala Kampung~
statistik dari monster ny gak bisa di liat ya ... hmm ok ok
2022-11-08
3