Suara bergemuruh dan suara dentingan pedang yang saling menabrak terdengar seperti sedang saling menyahut satu sama lain.
Di atap sebuah gedung yang tua dan tampak rentan, terdapat makhluk besar dan kecil sedang bertarung nampak sengit.
“Semakin lama bertarung dan semakin terluka, emakin kuat monster ini.” Rai berdiri di tepi atap sambil memandangi monster besar yang berada di tengah-tengah atap.
Monster ini berdiri dengan ketiga kakinya, dua kakinya telah Rai hilangkan saat bertarung tadi.
Selama bertarung, Rai dengan jelas merasa bahwa monster di depannya semakin kuat. Kekuatan dan cairan asam yang berasal dari dalam tubuhnya terus meningkat.
Akan tetapi, karena keterbatasan kaki yang telah hilang gerakan dia menjadi lambat tidak secepat sebelumnya.
Sebagai gantinya, kecepatan saat menyerang dari jarak dekat itu melonjak beberapa tingkat. Rai hampir kewalahan saat menangkis serangan yang diluncurkan dari ketiga kaki bercakar ini.
Graahh!
Mulut monster itu terbuka lebar, cairan berwarna hijau keluar deras menuju Rai.
Rai tersenyum sebelum dia menghindari cairan asam yang bersifat korosif.
Cairan asam itu menghantam tempat Rai berdiri, dan melelehkannya seperti coklat yang dilelehkan.
Atap tempat mereka bertarung ini sebentar lagi akan runtuh karena tiang yang menopang atap ini semakin lama semakin sedikit. Ini dihancurkan oleh ulah monster besar ini.
Serangan cairan asam itu terus disemburkan ke arah Rai, setiap Rai berdiri dan berhenti di area atap gedung.
Dalam beberapa menit, atap gedung itu telah memiliki banyak lubang yang meleleh. Bangunan atap ini semakin rentan, dan mudah untuk dirobohkan.
Senyum di wajah Rai semakin lebar, rencana yang telah dia pikirkan itu berjalan sukses.
“Hanya satu langkah lagi.“
Kedua mata Rai terpaku pada sosok monster ini, dia bersiap untuk meluncurkan serangan terakhirnya.
'Buka jendela status,' Rai berkata dalam hatinya.
Segera layar transparan melayang di depan Rai, kemudian Rai menjangkau layar itu dengan tangan kanannya.
Ia menambahkan satu poin atribut untuk meningkatkan kekuatan dan satu poin lagi untuk meningkatkan kecepatannya, dua poin tersisa untuk meningkatkan kekuatan mentalnya. Keempat poin atribut gratis yang tersisa telah dipakai semuanya.
Seketika Rai merasakan tubuhnya menjadi lebih kuat, kelelahannya menghilang perlahan.
Sengaja ia pakai poin atributnya pada tiga atribut ini, karena Rai butuhkan ketiga atribut untuk melakukan serangan selanjutnya.
Kemungkinan serangan yang diluncurkan akan berhasil dan membuat berakhir pertandingan.
Pandangan Rai beralih dengan cepat, dia memandangi permukaan yang dipijak oleh monster besar ini.
Sambil melihat, Rai mengaktifkan kekuatan telekinesisnya untuk meruntuhkan pijakan yang sudah sangat rentan pada ketiga kaki monster.
Bongkahan beton keras yang telah rapuh, bergetar, retakan tercipta satu demi satu saling berkaitan, hingga akhirnya permukaan atap yang dipijak monster hancur dan membuat seluruh tubuh monster jatuh ke lantai bawah.
Retakan merambat dan juga menghancurkan tempat pijakan Rai berdiri, namun Rai sudah merencanakannya, dan dia segera meloncat sebelum pijakannya jatuh.
Berputar di udara sesaat, Rai langsung menukik ke bawah mengikuti monster besar ini jatuh.
Duar!
Atap lantai paling atas runtuh sedemikian rupa, puing-puing atap bangunan jatuh berhamburan menghantam keras lantai di bawahnya.
Monster besar jelek itu ikut jatuh dan menghantam cukup keras ke lantai, namun sebelum dia bisa bergerak, sesuatu datang menabrak tubuhnya.
Bam!
Suara teredam terdengar keras, siluet seperti manusia terlihat menginjak punggung merangkak monster besar ini.
“Lumpuhlah sekarang!“
Rai berteriak, lalu bergegas dengan cepat, mengayunkan kedua pedangnya memotong ketiga kaki monster besar ini dengan waktu yang singkat.
Raaaahh!
Monster itu menjerit nyaring seperti suara tangisan yang keras.
Akan tetapi, mulut itu tiba-tiba menutup dan suara teriakan diberhentikan secara paksa.
“Suaramu berisik sekali, Sialan!“ Rai mengumpat karena kesal.
Telinganya sakit karena mendengar jeritan kasar dan keras yang dikeluarkan oleh monster besar dan jelek ini.
Rai menutup paksa mulut itu dengan kekuatan telekinesisnya. Kekuatan telekinesisnya sudah terlalu sering dipakai selama pertarungan dengan ratusan Huuzer Crawler, itu membuat tubuhnya lemah.
Rai menginjak tubuh monster besar ini, lalu menendangnya ke bawah hingga menempel dengan lantai, agar monster ini tidak bisa bangkit lagi.
Kemudian ia berjalan mendekati kedua kepala yang terus menggeliat. Kepala itu berusaha untuk membuka mulutnya akan tetapi tidak bisa. Itu karena kekuatan telekinesis Rai membungkus kuat untuk menahan rahang mulut monster tidak lagi bisa terbuka.
“Kamu sudah selesai sekaraang,” kata Rai sambil menempelkan pedang di tangan kanannya di leher kepala kanan monster. “Selamat tinggal!“
Rai mengayunkan kedua pedangnya, memotong kedua leher monster dan mengakhiri pertandingan.
Darah merah menyemprot keluar sangat deras, menggenangi sebagian besar lantai.
Ding!
[Bunuh 132 Huuzer Crawler (F-). Dapatkan +132 Exp, +132 Koin!]
[Bunuh 1 Corro Huuzer Crawler (E+). Dapatkan +70 Exp, +70 Koin!]
Rangkaian pengingat yang dikeluarkan oleh Sistem terdengar di benak Rai.
“Monster besar ini bernama Corro Huzeer Crawler?“ Rai terheran sesaat setelah mendengar nama monster besar yang telah dia lenyapkan, menurutnya nama itu terdengar keren.
Namun, mengingat level Corro Huzeer Crawler yang disebutkan oleh Sistem ini, Rai mengangguk setuju, karena daya hancur yang dikeluarkan monster besar itu sangat kuat. Bayangkan saja tubuh Rai yang berkali-kali lipat dari manusia normal masih bisa terluka berat saat terkena cairan hijau seperti muntahan sayur itu.
Dengan kejujurannya Rai mengakui monster yang dia lawan adalah yang paling kuat.
Sekarang ini Rai memanen banyak poin pengalaman atau exp, ini lebih banyak dibandingkan dengan hari kemarin dan sebelumnya.
“Sayangnya belum bisa menaikkan levelku ke level berikutnya,” gumam Rai sambil menggelengkan kepalanya sedikit kecewa.
Dia melompat dan turun dari tubuh mayat monster besar, menginjak genangan darah yang meluas.
Mengambil langkah perlahan, ia mencari tangga darurat yang tersembunyi akibat reruntuhan atap.
Tak lama Rai menemukannya dan bergegas cepat menuruni tangga meninggalkan tempat ini.
Saat mencari tangga darurat, Rai sempat melihat retakan kasar yang menjalar ke segala area di lantai paling atas, ini menandakan gedung akan runtuh tidak lama lagi.
Bangunan tua pasti tidak akan lama untuk hancur setelah terkena benturan keras dari atap paling atas.
Rai keluar dari lantai dasar bangunan ini, terus berlari menjauhi area sekitar bangunan.
Tepat pada saat Rai berada di dalam gedung sebelah, gedung tempat monster besar itu mati langsung roboh.
Suara gemuruh diiringi getaran yang kuat dapat dirasakan dan didengar oleh Rai, dia melihat ke belakang dan memandangi proses kehancuran gedung tua itu.
“Fyuhh …. Benar dengan perasaanku, gedung itu pasti akan ambruk tidak akan lama lagi.“ Rai menghela nafas lega, dia berhasil keluar dan selamat dari gedung itu.
“Di mana Kuro?“
Rai ingat dirinya menyuruh Kuro untuk pergi ke gedung berikutnya, semestinya adalah gedung ini yang telah dia injak pintu keluar masuk gedung.
Berbalik arah, Rai melangkah kakinya ke dalam gedung untuk mencari Kuro 'si Anak Kucing Hitam'.
Berjalan di lantai pertama, Rai tidak menemukan sosok Kuro bahkan ekor kecil dari Kuro pun.
Rai terus berjalan melewati beberapa ruangan yang hancur berantakan, barang-barang di dalamnya Rai indikasikan bahwa ini adalah barang milik perkantoran. Rai mengabaikan barang-barang dan terus memeriksa tempat kemungkinan Kuro bersembunyi, sesekali dia mencari informasi penting di sini.
Nemun setelah beberapa menit mencari Kuro di lantai pertama ini, Rai tidak menemukan Kuro.
Ia berdiri di tengah area lapang di dalam lantai pertama sambil memperhatikan sekelilingnya. Rai takut dia tidak teliti dalam mencari Kuro, dan sesuatu telah ia lewatkan begitu saja.
“Di mana kamu, Kuro?“ Rai bergumam kecil sambil mengawasi area sekitar. “Aku harus memeriksanya di lantai atas.“
Rai berlarian menuju tangga darurat yang ada di dalam ruangan, namun ketika dia memasuki ruang tangga darurat, ia mendengar sebuah suara lain.
“Kuro?“ Rai menebak suara siapa itu.
Itu sangat mirip dengan suara Kuro ketika mengeong.
Rai melihat ke atas, dan dia mendengar suara itu berasal dari lantai atas.
“Tunggu, Kuro aku akan menyelamatkanmu!“
Kaki Rai melesat, dia menaiki tangga dengan kecepatan yang cepat, melebihi orang normal ketika menaiki anak tangga.
Rai berhenti di setiap lantai dan berdiam diri untuk mendengarkan dari mana asal suara Kuro.
Suara Kuro sesekali terdengar, jadi Rai cukup mudah untuk menemukannya.
Ketika di lantai empat bangunan ini, Rai mendengar bahwa suara semakin dekat, dan itu asalnya di balik pintu yang menutup ruang tangga ini.
Rai membuka pintu besi itu, dan keluar dari ruang tangga darurat, dan bersamaan dengan itu suara Kuro muncul kembali.
Tidak ingin menyia-nyiakan waktu, Rai berlari cepat mendekati suara Kuro.
“Kuro di mana kamu?!“ Rai mencoba memanggil Kuro, dia kehilangan jejak suara dari Kuro.
'Miaw!'
Suara Kuro langsung terdengar dari arah tenggara di lorong utama lantai ini. Rai segera berlari menuju tempat suara Kuro berasal.
Rai bergerak dengan cekatan dan terburu-buru, dia benar-benar khawatir dengan anak kucing satu ini.
Kuro terus membunyikan suara imutnya sehingga Rai dengan mudah mencarinya.
Sekian lama Rai mengikuti jejak suara Kuro, dia tiba di sebuah ruangan yang depannya di tutupi oleh kaca.
Ia dapat melihat jelas terdapat Kuro penuh luka yang sedang ketakutan sambil berjalan mundur di jendela, di sekelilingnya terdapat enam Big Huuzer Crawler yang selangkah demi selangkah mendekati Kuro.
Rai khawatir jika Kuro mundur selangkah lagi dia akan terjun ke bawah.
“Hei monster jelek!“ Suara lantang keluar dari mulut Rai.
Sontak keenam Big Huuzer Crawler menoleh melihat ke arah Rai.
“Lawanmu adalah aku, bajingan!“
Rai memegang kedua pedangnya yang telah bersih dari noda darah, dia siap untuk bertarung sekali lagi.
Wajah Rai terlihat marah besar, dengan tatapan tajamnya.
Kuro, teman satu-satunya yang dia punya, sedang dirugikan saat ini.
Rai benar-benar tidak terima ini.
Akan ia pastikan, mereka semua mati di tangannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments