LINEUSS ATTACK (SYSTEM)

LINEUSS ATTACK (SYSTEM)

Bab 1: Mimpi yang Sama

"Hahaha!"

"Akhirnya ...."

"...Aku bisa merasakan kesenangan menjadi seorang yang memiliki kekuatan super!"

Seorang pemuda sedang tertawa bahagia, terdapat rasa senang dan rasa kepuasan di wajahnya.

Pemuda ini berdiri di atas kasur yang empuk, itu adalah tempat dirinya beristirahat dan rebahan santai. Ekspresi wajah pemuda ini terlihat begitu senang, juga sedikit rasa ketidakpercayaan di matanya.

Pasalnya, kedua tangan pemuda itu bisa memunculkan bongkahan es kecil dari telapak tangannya. Selain itu, dia juga bisa mengendalikan es yang dia ciptakan sesuka hatinya.

Bersama dengan kekuatan es yang baru saja ia dapatkan, dia asyik bermain-main di atas kasurnya.

Sebenarnya, Pemuda ini juga tidak tahu asal-usul kekuatan yang dia dapatkan ini.

Dia membuka telapak tangan kanannya, segera bongkahan es kecil sebesar rubik kecil melayang dua sentimeter di atas permukaan telapak tangannya.

Kemudian dia mendorong bongkahan es kecil yang dia ciptakan itu ke arah dinding kamarnya yang ada di depannya.

Crack!

Bongkahan es itu menabrak dinding dengan keras dan mulai menempel di dinding tersebut.

Pada bagian dinding kamarnya yang telah dia tembaki dengan bongkahan es perlahan mulai membeku dan mengeras, terdapat lapisan es yang dingin di permukaan dinding tembok.

“Woahhh …!”

Pemuda itu dibuat kagum oleh kekuatan es yang dia miliki. Setelah melihat ini, meski dia terpana oleh kekuatannya, tetapi ia masih merasa sedikit kurang puas. Dia berniat untuk terus mencoba mengendalikan es-nya lebih lama lagi.

'Swoosshhh

Crack ...!' xN

Untuk sementara waktu, seluruh ruangan di dalam kamarnya diselimuti oleh endapan es yang keras dan mengkilap memantulkan cahaya.

Suhu di kamar pemuda itu pun menjadi dingin dan sejuk, bagaikan dia sedang berada di dalam kulkas yang berukuran sangat besar.

Puas dengan itu, ia turun dari kasurnya dan berlari keluar dari kamarnya menuju halaman belakang rumah.

“Mamah! Lihat! Aku bisa mengendalikan es!“

Pemuda itu memanggil orang tuanya sambil berlari menuju ke arah mereka berdua.

Kemudian dia berhenti di depan orang tuanya dan segera menunjukkan kekuatan supernya di hadapan orang tuanya yang sedang duduk di kursi santai milik mereka.

Dengan senyum yang lebar, dia sekali lagi menggunakan kemampuannya untuk menciptakan es.

Dengan cepat bongkahan es perlahan terbentuk dan melayang di atas telapak tangannya, lalu dia mengarahkan telapak tangannya ke pohon belimbing yang tidak jauh dari tempatnya.

Swoosshhh …!

Bongkahan es itu meluncur cepat menuju pohon belimbing yang tidak jauh dari tempat pemuda ini berdiri.

Kemudian … bongkahan es dengan tepat menghantam batang pohon dan meledak.

Dalam hitungan detik, sebagian batang pohon yang berkambium dan bertekstur keras itu membeku perlahan karena terkena serpihan dari bongkahan es tersebut.

Lapisan es mulai merangkak dari bagian yang paling awal terkena bongkahan es dan dengan cepat menyebar ke sekitar batang pohon.

“Luar biasa!“

“Anakku memang yang paling hebat dan mengagumkan!”

Orang tua pemuda itu tersenyum bahagia dan memuji kekuatan yang baru saja ditampilkan oleh anaknya.

Tidak lupa orang tuanya memberi jempol kepada anaknya sebagai tanda penghargaan atas kehebatan anaknya yang baru saja ditampilkan.

“Hahaha, itu pasti!“

Pemuda itu berkata sambil menyilangkan tangannya, terlihat sangat bangga pada dirinya sendiri dan sekaligus senang di dalam hatinya.

Senyumnya yang sangat lebar, dan matanya yang menyempit, ekspresi pemuda ini terlihat sangat bahagia. Perasaan hangat muncul di hatinya, dia sangat menikmati momen ini.

Setelah itu, pemuda ini kembali ke kamarnya dan duduk di atas kasur miliknya yang lembut dan empuk.

Ketika dirinya melakukan penampilan di depan orang tuanya tadi, dia tiba-tiba merasakan sesuatu yang aneh dari dalam tubuhnya.

Seperti ada kekuatan lain yang dia miliki selain mengendalikan dan menciptakan es ini.

Dia berusaha untuk bisa merasakan lebih jelas sesuatu yang aneh di dalam tubuhnya ini. Pemuda itu terus mencoba memfokuskan pikirannya pada tubuhnya untuk merasakan sesuatu yang aneh itu. Tanpa sengaja matanya terbuka dan menatap buku yang sedang tergeletak di atas meja.

Hal yang tidak terduga terjadi saat pemuda ini sedang memfokuskan pikirannya dengan mata terbuka.

Barang-barang kecil yang biasa ia taruh di atas meja sedikit bergerak. Awalnya, gerakan itu tidak terlihat oleh kasat mata. Tetapi, gerakan ini semakin jelas seolah sedang digerakkan oleh sesuatu yang tidak terlihat.

Gerakan pada barang kecil itu semakin jelas. Pulpen, buku, penghapus, dan pensil bergetar. Dan perlahan benda kecil itu melayang beberapa sentimeter dari alas meja.

Pemuda ini langsung menyadari pemandangan yang abnormal ini. Pada saat itu juga, benda itu berhenti bergerak, lalu jatuh kembali ke bawah.

“Ehh?!“

Dia terkejut apa yang baru saja dia lihat. Ekspresi wajahnya tercengang dengan mulutnya sedikit terbuka.

“Apakah itu … kekuatan telekinesis?!“

Melihat adegan yang terjadi tidak sengaja barusan, mengingatkannya dengan suatu kemampuan yang bisa menggerakkan suatu benda dari jarak tertentu hanya lewat pikirannya saja, kemampuan ini disebut Telekinesis.

Rasa penasaran mendominasi dirinya, dia segera memfokuskan pikiran pada barang-barang kecil yang ada di atas meja.

Ternyata tidak semudah itu untuk memfokuskan pikiran. Berusaha terus menerus untuk berhasil dan dia menggantikan metode dengan menatap hanya satu barang yang ada di atas mejanya yaitu sebuah buku tidak tebal dan tidak tipis.

Beberapa waktu berlalu, tidak tahu berapa lama dia habiskan hanya untuk melototi sebuah buku … dan dia sama sekali belum bisa menggerakkan buku itu sedikit pun. Pemuda itu merasa kesal karena ini, dia telah menghabiskan waktu dengan sia-sia hanya untuk memandangi sebuah buku saja.

“Aku telah berusaha mencoba dan menunggu dengan waktu yang lama! Tetapi tidak ada reaksi apapun! Sial!“

Untuk melampiaskan kekesalannya, tanpa sengaja dia memukul dinding keras yang ada di sampingnya dengan kuat.

Boom …!

Suara benturan yang keras terdengar dari dinding yang dipukul oleh Pemuda itu.

Seketika dinding kamar itu runtuh dan jatuh ke belakang. Sebagian bongkahan dinding itu menimpa rumput dan bunga yang ditanam oleh ibunya di halaman belakang. Di balik dinding yang dia hantam dengan kepalan tinjunya itu adalah halaman belakang rumah.

Tubuh pemuda itu langsung membeku seketika. Wajahnya menjadi bodoh selama beberapa detik. Pandangannya berpindah bolak-balik antara kepalan tangan kanannya dan tembok yang runtuh di depannya ini.

“Kekuatan super?“ kata Pemuda itu keluar tanpa sadar dari mulutnya.

Memastikan apakah yang terjadi itu benar dan kekuatannya sesuai dengan apa yang dia perkirakan, ia sekali lagi memukul tepi dinding yang sudah roboh.

Swoosshhh!

Bum ...!

Bongkahan dan puing-puing dinding yang dipukul terlempar keluar beberapa meter dari kamar pemuda itu.

Benar saja, dugaan pemuda itu tidak salah. Selain mempunyai kemampuan super mengendalikan elemen es, ternyata dia juga memiliki kekuatan super atau fisik super yang kuat.

Tubuh pemuda itu sedikit bergetar. Ekspresi wajahnya nampak sangat senang dengan senyuman lebar yang terlihat lucu jika dilihat secara terus menerus.

“Hahaha!“

“Hahaha!“

Ledakan tawa keluar dari mulut pemuda itu. Dengan tangannya di pinggang dan berpose keren bagai seorang penjahat yang ada di banyak serial film.

“Fiuhh~… tertawa terlalu lama membuatku sedikit lelah.“

Setelah selesai tertawa untuk melampiaskan kegembiraannya, pemuda itu menghembuskan napas sambil menopang tubuhnya pada dinding yang tidak hancur.

Pemuda itu menatap puing-puing tembok dinding yang hancur tergeletak di atas tanah selama beberapa detik, dan dia tersadar akan suatu hal.

“Bagaimana caraku memperbaiki kerusakan ini?“

Memandangi lubang besar di dalam kamarnya ini, sekarang dirinya kebingungan tentang bagaimana cara membereskan kekacauan yang dia buat ini.

Daripada berdiam diri di dalam kamar, lebih baik dia pergi ke halaman belakang rumah untuk melihat lebih jelas kerusakan yang dibuatnya.

Dia bergerak mengintip halaman belakang, menoleh ke kanan dan ke kiri untuk memeriksa apakah ada orang atau tidak, untungnya tidak ada orang satu pun. Seharusnya ada orang tuanya di halaman belakang rumah sekarang, tapi saat ini dia tidak melihat sosok orang tuanya, dia tidak tahu ke mana orang tuanya pergi.

“Ke mana ayah dan mamah pergi?“

“Seharusnya aku tidak menghabiskan waktu yang lama untuk mencoba memunculkan kekuatan telekinesis tadi, aku rasa tidak lebih dari tiga puluh menit.“

Jika diingat kembali, ketika dia kembali ke kamar dan melakukan yang telah dilakukan hingga akhirnya meninju dinding tadi, kegiatan itu tidak menghabiskan waktu yang lama, bisa dibilang cukup cepat.

Tetapi, dalam waktu yang tidak lama itu, orang tuanya telah pergi entah ke mana.

Menggelengkan kepalanya dan menghiraukan kejadian yang menurutnya aneh ini.

Karena tidak ada satupun orang di halaman belakang, pemuda itu keluar dari kamar melalui lubang besar di depannya.

Di halaman belakang pemuda itu mengelus dagunya sambil menatap potongan dinding yang hancur di tanah. Sekarang dia sedang berpikir serius untuk menemukan solusi atau cara tercepat juga tepat dalam menyelesaikan masalah ini.

Salah satu dari puing dinding tembok yang hancur berantakan perlahan bergerak, seperti ada sesuatu yang tak terlihat menggerakkannya. Gerakan yang awalnya samar-samar dan halus itu semakin terlihat jelas sehingga membuat pemuda itu tersadar akan pemandangan ini.

“Lagi?“

Pemuda ini sadar di waktu yang tepat. Dan dia sedikit bisa merasakan kendali dari kekuatan telekinesis ini. Segera pemuda itu mencoba memusatkan pikirannya dalam konsentrasi yang tinggi. Tidak lama kemudian dia akhirnya berhasil melayangkan objek puing dinding yang hancur itu sedikit demi sedikit.

Puing dinding itu jatuh kembali ke tanah karena kendali pemuda itu yang lemah, hal itu wajar karena ini pengalaman pertama kali pemuda ini dalam menggunakan kekuatan semacam telekinesis.

Meski hanya melayang beberapa sentimeter di atas tanah, itu merupakan hal yang menakjubkan yang pernah dirasakan olehnya.

Bukan itu saja, akan tetapi semua kekuatan yang dia punya sekarang adalah sesuatu keajaiban yang belum pernah terjadi padanya.

Melihat bongkahan keras yang jatuh di tanah, membuat pemuda itu menjadi bersemangat untuk terus mencoba hingga dirinya bisa berhasil sepenuhnya.

Singkirkan pikiran-pikiran yang mengganggu dan fokus kepada objek bongkahan yang keras seperti batu.

Sayangnya, percobaan pertama tidak berhasil, dia tidak patah semangat dan terus berkali-kali mencobanya walaupun percobaannya banyak diakhiri dengan kegagalan.

Selama proses itu dia belajar dan memperbaiki kesalahan yang membuat dirinya gagal. Dalam berlatih dan mencoba dia seringkali gagal, seperti fokus yang pecah dan konsentrasi yang goyah. Semua itu dia evaluasi dan dia perbaiki faktor yang membuatnya gagal. Dalam ratusan kali percobaan dia akhirnya berhasil mengangkat puing-puing kecil dan menerbangkan bongkahan besar dengan mudah.

Pada saat meniatkan diri untuk memasang kembali puing dinding dengan menggunakan telekinesisnya … tiba-tiba terdengar jelas sebuah suara seorang wanita di telinganya.

“Kamu .…”

“Tolong bangun .…”

Pemuda itu mendengar suara lirih dari seorang wanita dan suara itu seperti memintanya untuk bangun. Tetapi, dia tidak mengerti apa yang dimaksudkan oleh pemilik suara ini.

“Bangun dan segera bertemulah denganku .…“ Suara itu kembali muncul seolah menjawab pertanyaan pemuda.

“Bangun?“

Dia masih belum mengerti apa yang disampaikan dari suara ini. Bangun dari apa? Dia sedang berdiri dan tidak perlu bangun lagi.

“Aku membutuhkan pertolonganmu, Pahlawanku.“

“Aku akan menunggumu hingga akhirnya kau datang kepadaku .…”

“…Cepat bangun dari tidurmu dan wujudkan mimpimu!“

Wajah pemuda itu langsung berubah. Matanya yang terbuka lebar menatap ke sekelilingnya dengan ekspresi muka yang rumit dan aneh.

“Bangun dari tidur?“

Di pikirannya terngiang-ngiang ucapan dari seorang wanita itu yang dia sendiri tidak tahu di mana wujudnya.

Segera pemuda itu bergerak seperti orang yang sedang dalam kepanikan yang parah, dia melihat ke sana dan kemari nampak sibuk mencari sesuatu sosok.

Tiba-tiba saja, kabut kegelapan mulai menyelimuti area rumahnya. Tampak kegelapan menelan segala sesuatu yang ada di sekitarnya.

Pemuda itu jatuh berlutut di tengah halaman belakang, sambil menggerus tanah dengan jari-jarinya.

“Apa maksudnya ini?“

“Pahlawan? Siapa itu pahlawan?!“

Pupil mata pemuda itu bergetar dipenuhi dengan rasa kerumitan yang mendalam. Dia tidak mengerti saat ini… dia sama sekali tidak mengerti apa yang sedang terjadi dengannya kali ini.

Mulut pemuda itu terus bergumam dan mengoceh.

“Mamah? Papah? Ibu? Ayah?“

“Siapa mereka berdua? Aku tidak tahu siapa mereka.“

Di sekitarnya, kabut kegelapan terus merangkak menuju tempat pemuda itu. Langit cerah berwarna biru telah sirna, digantikan dengan kegelapan yang tak ada habisnya.

Seakan berpusat menuju Pemuda itu, setiap detiknya kabut gelap merayap dan bertambah luas, akan menelan tubuh pemuda ini dengan cepat.

Adapun pemuda ini, dia masih bingung dengan dirinya sendiri, sambil berbicara memikirkan hal sekarang ini.

“Suara apa itu? Aku benar-benar tidak paham dengan ucapan itu.“

“…Juga, Aku bukanlah seorang 'Pahlawan'…. Aku adalah .…”

Ekspresi wajahnya yang rumit berubah menjadi pahit, dia sepertinya telah sadar apa yang terjadi di sini.

Pada saat yang sama, asap dan kabut hitam telah menyentuh kaki pemuda itu dan mulai merayap untuk menelan seluruh tubuhnya.

“Benar. Aku, Aku bukanlah pahlawan, tetapi … aku adalah orang yang hidup tanpa keluarga dan perhatian dari orang .…”

Pemuda itu berusaha berbicara dengan kondisinya yang hampir sepenuhnya diselimuti oleh kegelapan. Dan kegelapan itu mulai merembet ingin menelan kepala dan wajahnya.

Dirinya tersadar seketika, sekarang dia tahu bahwa ini adalah mimpi belaka. Orang tua yang memujinya tadi hanyalah ilusi. Dan semua yang ada di sini tidaklah nyata.

Mengangkat kepalanya yang hampir dilahap oleh kegelapan dan dia tetap berusaha untuk melihat langit yang gelap.

Dia benar-benar bersyukur telah bermimpi seperti ini. Siapapun itu dia sangat berterima kasih atas mimpi yang telah diberikan kepadanya. Meski dalam mimpi dia dapat merasakan sedikit kehangatan akan kasih sayang dari Orang tua. Juga, bisa merasakan hal yang dia impikan saat dirinya masih kecil.

“Terima kasih untuk siapapun itu yang telah memberikanku mimpi indah ini .…”

“Terima kasih banyak .…”

“Terima kasih .…”

“Terima .…”

“…Kasih~”

Matanya meneteskan air mata dan membasahi pipinya, dengan senyum bahagia di wajahnya.

Dan akhirnya semuanya dilahap oleh kabut kegelapan tanpa akhir.

Namun, sepasang mata bersinar dengan berbeda warna muncul tanpa disadari oleh pemuda itu. Kedua mata ini bukanlah mata manusia tetapi makhluk yang tidak dikenali.

Dan mata itu lenyap perlahan seperti menyatu bersama kegelapan.

….

Triing …! Triing …! Tririririiiiiing …!

Suara alarm berbunyi sangat bising, membuat pemuda itu langsung terbangun dan duduk di atas kasur dengan selimut yang masih menempel di tubuhnya.

“Hah ... hah ... hah ….”

Pemuda itu bernapas terengah-engah, dadanya naik-turun dengan cepat, dan banyak butiran keringat di dahinya, nampak seperti sangat lelah karena telah menyelesaikan olahraga yang berat.

Efek ini yang dia rasakan yang disebabkan oleh mimpinya tadi. Sama seperti seseorang terbangun karena mengalami mimpi buruk.

Kegelapan yang menelannya di alam mimpinya benar-benar membuatnya tersiksa dan putus asa. Ketakutan yang dibawa kabut kegelapan itu sangat terasa ke dunia nyata.

“Argh ...! Mimpi itu lagi!“

Mimpi semacam ini sering dia alami dair satu minggu ini. Konsep mimpinya sama tentang kekuatan super. Namun, tempat dan cerita dalam mimpinya saja yang berbeda.

Kemarin malam dia mendapatkan mimpi serupa tetapi dengan alur cerita yang berbeda yaitu dia diserang oleh ribuan zombie. Kemudian dia mendapatkan kekuatan petir entah datang dari mana, dan dia bergegas membantai para zombie sendirian. Walau hanya sebuah mimpi, tapi itu benar-benar seperti asli dan kenyataan.

Adrenalin meningkat, suasana suram dan gelap, perasaan ketika ketakutan juga kesenangan, sakit serta kegembiraan sangat terasa saat berada di dalam mimpi itu.

Semua perasaan dan pengalaman yang dia rasakan di mimpinya layaknya sebuah kenyataan.

Hingga pada saat ini, dia masih bertanya-tanya dan mencari tahu tentang siapa sosok yang berbicara di setiap akhir di mimpinya. Suara wanita dewasa pada mimpi yang baru saja dialaminya itu sama dan serupa pada di mimpi yang sebelumnya.

Inilah yang membuat dirinya sangat penasaran hingga saat ini, dan masih menjadi sebuah misteri yang belum diketahui sampai detik ini.

Terpopuler

Comments

PotatoBoy

PotatoBoy

halo thor sudah lama ya aku gak baca novel, hehehe ngomong sudah ada novel baru kek nya ya

2023-02-08

1

King

King

👍🏻

2022-12-31

0

~Kepala Kampung~

~Kepala Kampung~

gw tunggu crazy up ny ... masih dikit ini

2022-10-21

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1: Mimpi yang Sama
2 Bab 2: Menunggak
3 Bab 3: Menyebrang Diam-Diam
4 Bab 4: Sistem?
5 Bab 5: Pembantaian Pertama
6 Bab 6: Huuzer Crawler Berbeda
7 Bab 7: Gedung Seberang
8 Bab 8: Luka Pertama
9 Bab 9: Satu Koran
10 Bab 10: Eksplorasi Cepat
11 Bab 11: Petunjuk Baru
12 Bab 12: Empat Informasi
13 Bab 13: Tujuh Hari di Dunia
14 Bab 14: Teman Baru
15 Bab 15: Memakan Daging Monster
16 Bab 16: Monster Baru
17 Bab 17: Duel Pertama
18 Bab 18: Corro Huzeer Crawler
19 Bab 19: Kuro yang Aneh
20 Bab 20: Kuro Resmi Menjadi Tim
21 Bab 21: Huuzer Crawler Jenis Aneh
22 Bab 22: Jejak Sepatu
23 Bab 23: Jalan Rahasia
24 Bab 24: Menemukan Beberapa Informasi
25 Bab 25: Ras Kuro?
26 Bab 26: Gerombolan Huuzer Crawler
27 Bab 27: Penyelesaian Kumpulan Monster
28 Bab 28: Perubahan Senjata
29 Bab 29: Kuro Tambah Besar
30 Bab 30: Salah Jalan
31 Bab 31: Monster Huuzer Berekor
32 Bab 32: Huuzer Crawler Hail
33 Bab 33: Informasi Tiga Pemuda
34 Bab 34: Jalan Besar
35 Bab 35: Dijadikan Mainan
36 Bab 36: Pembantaian Huszerdawg
37 Bab 37: Kembali Ke Jalan
38 Bab 38: Bertemu Orang Asing
39 Bab 39: Penjelasan Loret
40 Bab 40: Beristirahat
41 Bab 41: Begadang Semalam
42 Bab 42: Mulai Perjalanan bersama
43 Bab 43: Kembali Berjalan
44 Bab 44: Melewati Terowongan
45 Bab 45: Tidur di Pohon
46 Bab 46: Mengganggu Tidur
47 Bab 47: Boss Huuzer Crawler
48 Bab 48: Memberi Makan Kuro
49 Bab 49: Sampai di Lhee Utara
50 Bab 50: Menginap
51 Bab 51: Dua Pria Pengkhianat
52 Bab 52: Eksekusi Loret
53 Bab 53: Bertarung Santai Licker
54 Bab 54: Senjata Methuragon
55 Bab 55: Monster Kecoak
56 Bab 56: Membantai Roachzer
57 Bab 57: Methuragon Tipe 3
58 Bab 58: Penjilat Besar
59 Bab 59: Tiga Anggota the Bunmuri
60 Bab 60: Perjalanan Menuju Kota Talu Utara
61 Bab 61: Paling Dibenci Rai
62 Bab 62: Bertemu Seorang Wanita
63 Bab 63: Wanita Bernama Lara
64 Bab 64: Transaksi Informasi
65 Bab 65: Lara Lahir di Kota Talu
66 Bab 66: Sapi di Dunia
67 Bab 67: Lara Mentzer
68 Bab 68: Kuro yang Berbeda
69 Bab 69: Kehangatan Pelukan
70 Bab 70: Komandan-Komandan
71 Bab 71: Lara yang Malu
72 Bab 72: Duel Garol
73 Bab 73: Melawan Dua Musuh
74 Bab 74: Kesalahpahaman Memalukan
75 Bab 75: Rai Bingung
76 Bab 76: Tidak Boleh Rai Lihat
77 Bab 77: Tembok Kedua
78 Bab 78: Desa Kosong
79 Bab 79: Penjelasan Barang Rai
80 Bab 80: Koleksi Foto Lara
81 Bab 81: Tidur Satu Kasur
82 Bab 82: Jus Semangka
83 Bab 83: Huuzer Tanaman
84 Bab 84: Lara Seorang Petualang
85 Bab 85: Berlian Licker
86 Bab 86: Rai Terlihat Sedih
87 Bab 87: Tertidur
88 Bab 88: Monster Dua Ekor
89 Bab 89: Melawan Kera Besar
90 Bab 90: Kera Besar Berakhir
91 Bab 91: Ada Pengungsian?
92 Bab 92: Kemajuan Keduanya
93 Bab 93: Berenang di Sungai
94 Bab 94: Selesai Mencuci Tubuh
95 Bab 95: Beruang Raksasa
96 Bab 96: Markas Ratcrow Seven
97 Bab 97: Membantai Weak Lizeer
98 Bab 98: Mandi Darah
99 Bab 99: Orang yang Beruntung
100 Bab 100: Monster Ikan Hias
101 Bab 101: Monster Masalah Wallace
102 Bab 102: Berpesta Sore Hari
103 Bab 103: Menggendong Lara
104 Bab 104: Monster Tikus Tanah
105 Bab 105: Panas Kota Mopulu
106 Bab 106: Mopulu yang Gersang
107 Bab 107: Lara Menangis
108 Bab 108: Semuanya Tidak Menjadi Monster
109 Bab 109: Hasil yang Sudah Biasa
110 Bab 110: Santai Sebelum Pergi
111 Bab 111: Berjalan Konstan
Episodes

Updated 111 Episodes

1
Bab 1: Mimpi yang Sama
2
Bab 2: Menunggak
3
Bab 3: Menyebrang Diam-Diam
4
Bab 4: Sistem?
5
Bab 5: Pembantaian Pertama
6
Bab 6: Huuzer Crawler Berbeda
7
Bab 7: Gedung Seberang
8
Bab 8: Luka Pertama
9
Bab 9: Satu Koran
10
Bab 10: Eksplorasi Cepat
11
Bab 11: Petunjuk Baru
12
Bab 12: Empat Informasi
13
Bab 13: Tujuh Hari di Dunia
14
Bab 14: Teman Baru
15
Bab 15: Memakan Daging Monster
16
Bab 16: Monster Baru
17
Bab 17: Duel Pertama
18
Bab 18: Corro Huzeer Crawler
19
Bab 19: Kuro yang Aneh
20
Bab 20: Kuro Resmi Menjadi Tim
21
Bab 21: Huuzer Crawler Jenis Aneh
22
Bab 22: Jejak Sepatu
23
Bab 23: Jalan Rahasia
24
Bab 24: Menemukan Beberapa Informasi
25
Bab 25: Ras Kuro?
26
Bab 26: Gerombolan Huuzer Crawler
27
Bab 27: Penyelesaian Kumpulan Monster
28
Bab 28: Perubahan Senjata
29
Bab 29: Kuro Tambah Besar
30
Bab 30: Salah Jalan
31
Bab 31: Monster Huuzer Berekor
32
Bab 32: Huuzer Crawler Hail
33
Bab 33: Informasi Tiga Pemuda
34
Bab 34: Jalan Besar
35
Bab 35: Dijadikan Mainan
36
Bab 36: Pembantaian Huszerdawg
37
Bab 37: Kembali Ke Jalan
38
Bab 38: Bertemu Orang Asing
39
Bab 39: Penjelasan Loret
40
Bab 40: Beristirahat
41
Bab 41: Begadang Semalam
42
Bab 42: Mulai Perjalanan bersama
43
Bab 43: Kembali Berjalan
44
Bab 44: Melewati Terowongan
45
Bab 45: Tidur di Pohon
46
Bab 46: Mengganggu Tidur
47
Bab 47: Boss Huuzer Crawler
48
Bab 48: Memberi Makan Kuro
49
Bab 49: Sampai di Lhee Utara
50
Bab 50: Menginap
51
Bab 51: Dua Pria Pengkhianat
52
Bab 52: Eksekusi Loret
53
Bab 53: Bertarung Santai Licker
54
Bab 54: Senjata Methuragon
55
Bab 55: Monster Kecoak
56
Bab 56: Membantai Roachzer
57
Bab 57: Methuragon Tipe 3
58
Bab 58: Penjilat Besar
59
Bab 59: Tiga Anggota the Bunmuri
60
Bab 60: Perjalanan Menuju Kota Talu Utara
61
Bab 61: Paling Dibenci Rai
62
Bab 62: Bertemu Seorang Wanita
63
Bab 63: Wanita Bernama Lara
64
Bab 64: Transaksi Informasi
65
Bab 65: Lara Lahir di Kota Talu
66
Bab 66: Sapi di Dunia
67
Bab 67: Lara Mentzer
68
Bab 68: Kuro yang Berbeda
69
Bab 69: Kehangatan Pelukan
70
Bab 70: Komandan-Komandan
71
Bab 71: Lara yang Malu
72
Bab 72: Duel Garol
73
Bab 73: Melawan Dua Musuh
74
Bab 74: Kesalahpahaman Memalukan
75
Bab 75: Rai Bingung
76
Bab 76: Tidak Boleh Rai Lihat
77
Bab 77: Tembok Kedua
78
Bab 78: Desa Kosong
79
Bab 79: Penjelasan Barang Rai
80
Bab 80: Koleksi Foto Lara
81
Bab 81: Tidur Satu Kasur
82
Bab 82: Jus Semangka
83
Bab 83: Huuzer Tanaman
84
Bab 84: Lara Seorang Petualang
85
Bab 85: Berlian Licker
86
Bab 86: Rai Terlihat Sedih
87
Bab 87: Tertidur
88
Bab 88: Monster Dua Ekor
89
Bab 89: Melawan Kera Besar
90
Bab 90: Kera Besar Berakhir
91
Bab 91: Ada Pengungsian?
92
Bab 92: Kemajuan Keduanya
93
Bab 93: Berenang di Sungai
94
Bab 94: Selesai Mencuci Tubuh
95
Bab 95: Beruang Raksasa
96
Bab 96: Markas Ratcrow Seven
97
Bab 97: Membantai Weak Lizeer
98
Bab 98: Mandi Darah
99
Bab 99: Orang yang Beruntung
100
Bab 100: Monster Ikan Hias
101
Bab 101: Monster Masalah Wallace
102
Bab 102: Berpesta Sore Hari
103
Bab 103: Menggendong Lara
104
Bab 104: Monster Tikus Tanah
105
Bab 105: Panas Kota Mopulu
106
Bab 106: Mopulu yang Gersang
107
Bab 107: Lara Menangis
108
Bab 108: Semuanya Tidak Menjadi Monster
109
Bab 109: Hasil yang Sudah Biasa
110
Bab 110: Santai Sebelum Pergi
111
Bab 111: Berjalan Konstan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!