Di pagi hari yang cerah, matahari telah muncul di ufuk timur untuk menghangatkan permukaan planet ini. Hari yang enak untuk bersantai.
Namun, ada seorang pemuda yang menyia-nyiakan hari yang cerah ini untuk melakukan satu hal, yaitu membunuh. Pemuda itu asyik membunuh makhluk aneh dan menjijikkan, menggunakan dua pedang di tangannya.
Ding!
[Bunuh 12 Huuzer Crawler (F-). Dapatkan +12 Exp, +12 Koin!]
Pemuda itu adalah Rai yang telah menghabisi para Huuzer Crawler di sebuah gedung bertingkat yang memiliki lantai belasan.
“Apakah kamu tidak apa-apa di sana, Kuro?“ Rai menoleh ke belakang dirinya, dan melihat anak kucing berwarna hitam yang sedang berdiri di atas lemari rusak.
Kuro adalah nama yang diberikan oleh Rai semalam, sebelum mereka berdua tidur pertama kalinya.
Pada awalnya Rai menamakan anak kucing itu dengan nama Ireng. Namun, anak kucing itu mengeram marah dan memelototinya, dia menolak dengan nama itu.
Setelah Rai memikirkan nama yang cocok untuk anak kucing yang ternyata adalah kucing jantan, dia akhirnya memutuskan untuk memberi nama “Kuro” dari bahasa Jepang yang artinya “Hitam”.
Respon anak kucing itu pun berbeda, dia marah ketika dinamakan Ireng tetapi senang ketika dinamakan Kuro, padahal dua nama itu memiliki arti yang sama.
Anak kucing itu mengangguk dengan tatapan mata yang mengandung rasa senang, tanda setuju untuk namanya..
Tapi, setelah dipikir lagi, nama Kuro terlalu pendek. Oleh karena itu, dia menambahkan nama belakangnya pada anak kucing ini, dan nama anak kucing menjadi Kuro Caelan.
Seperti nama marga, tapi itu tidak masalah.
'Miaw~' Kuro mengeong sambil menggelengkan kepalanya.
Setelah itu dia meloncat ke bawah lantai, cukup tinggi jika meloncat dari lemari bobrok ke lantai.
Tubuh anak kucing ini kuat, Rai mengetahui itu dari satu jam yang lalu, ketika Rai membiarkan Kuro berjalan mengikutinya dan Kuro ikut turun ke suatu lantai tanpa tangga, dia mengikuti Rai yang melakukan itu terlebih dahulu.
Keempat kaki kecil itu melangkah, Kuro menghampiri salah satu potongan daging Huuzer Crawler.
Alis Rai terangkat, dia hanya memperhatikan apa yang dilakukan Kuro selanjutnya, tanpa ingin melarangnya.
Mengendus dan mencium potongan daging, kemudian Kuro menjilati sedikit demi sedikit sebelum pada akhirnya menggigit dan memakan potongan daging Huuzer Crawler.
Melihat tingkah Kuro, Rai terkejut, dan dia bereaksi cepat untuk menangkap Kuro untuk tidak lagi menggigit daging Huuzer Crawler di lantai.
“Kuro, cepat muntahkan! Itu bukan makanan!“ Rai berteriak panik sambil berusaha membuka mulut Kuro untuk mengeluarkan potongan daging kecil yang digigitnya tadi.
Kuro sama sekali tidak bergeming. Alih-alih memuntahkannya, dia menelan daging itu.
“Hei! Kuro! Kenapa kamu menelannya?!“ Rai semakin panik dengan wajahnya yang terlihat khawatir.
“Kenapa kamu tidak mendengarkan aku, Kuro?!Sial!“
Rai dengan cepat menurunkan Kuro, dan melangkah mundur menjauhi Kuro. Dia takut Kuro akan berubah menjadi monster yang mengerikan itu.
“Maafkan aku, Kuro ….“ Tampilan Rai menjadi sangat sedih, dia tidak menyangka akan berpisah dengan Kuro secepat ini.
Pupil mata Rai bergetar setiap dirinya melangkah mundur. Sebenarnya dia tidak mau berpisah dengan Kuro, ini terlalu singkat, hanya sehari satu malam bersama.
Ding!
Suara dari Sistem muncul mengganggu Rai.
[Tenang, Anda tidak perlu khawatir, Kuro tidak akan terjangkit virus karena di tubuhnya memiliki kemampuan kebal terhadap virus. Sebaliknya potongan daging Huuzer Crawler itu tidak akan membuat Kuro berubah, itu akan membuat Kuro menjadi kuat.]
Sebuah penjelasan diucapkan oleh Sistem dengan suara robotik.
“Sungguh?!“ Rasa senang terbesit di wajahnya. “Kau tidak berbohong, kan?“
[Sistem tidak berbohong.]
Langkah kaki Rai berhenti mundur. Ia menghela nafas lega, Dia bersyukur karena Kuro tidak akan menjadi sesuatu hal yang buruk yaitu menjadi monster, seperti Huuzer Crawler.
Mendekati dengan berlari Rai, segera mengangkat Kuro dan memeriksa tubuhnya.
“Tidak yang aneh dari tubuhmu, Kuro.“ Rai memeriksa setiap inci dari tubuh Kuro, dan dia tidak menemukan satu bagian tubuh Kuro yang berubah.
“Kamu baik-baik saja, kan?“ tanya Rai sambil menatap mata imut Kuro.
'Miaw~'
Kuro merespon dengan suara lucunya sambil menganggukkan kepalanya.
Setelah melihat respon Kuro yang memverifikasi bahwa dirinya baik-baik saja, Rai menghela nafas karena bersyukur.
“Baiklah, kamu boleh makan daging itu. Tapi, jangan terlalu banyak.“ Kuro diturunkan kembali ke lantai oleh Rai.
Mendengar perintah Rai, Kuro mengangguk dan mulai memakan potongan tubuh dari monster Huuzer Crawler. Sepotong daging ini berukuran sedang, tetapi masih lebih besar ukuran potongan daging daripada ukuran Kuro.
Rai berdiri memandangi Kuro yang sedang memakan potongan daging dari Huuzer Crawler, dan menunggu Kuro hingga selesai makan.
Lima menit kemudian, Kuro menjilati mulutnya untuk membersihkan moncongnya dari sisa makanan.
'Miaw.' Kuro mengeong sambil mengangkat kepalanya, melihat Rai yang berdiri di depannya.
“Selesai? Kamu sudah kenyang sekarang?“ tanya Rai berjongkok di depan Kuro.
Alih-alih menjawab pertanyaan Rai, Kuro berbaring menunjukkan perutnya yang telah membesar kepada Rai, seolah memberitahu Rai bahwa dirinya telah kenyang.
“Hahaha ….“ Rai tertawa melihat tingkah Kuro, nampak sangat imut.
Lalu ia mengulurkan tangannya, menjangkau perutnya dan menggelitik perut Kuro.
Kuro kegelian dan dia menggigit pelan jari tangan Rai yang menggelitik perutnya.
“Sudah-sudah. Ayo kita lanjutkan perjalanan, Kuro.“ Rai menarik kembali tangannya dan membelai kepala kecil Kuro.
'Meong.' Kuro mengeong tanda setuju.
Melihat Kuro setuju, Segera kedua tangan Rai mengangkat seluruh tubuh Kuro, dan meletakkannya di bahu kanannya.
“Ayo kita berangkat!“
'Miaw!'
Mereka berdua berseru bersamaan.
Melangkah keluar, Rai berjalan ke arah tangga menuju lantai atas.
Di tangga tidak hal yang janggal atau aneh. Rai menaiki anak tangga secara bertahap, tanpa waspada yang berlebih.
Sesampainya di lantai atas, Rai dapat melihat dengan jelas meja dan kursi yang tergeletak di lantai.
Gedung ini adalah gedung perkantoran dari sebuah perusahaan yang tidak diketahui oleh Rai.
Banyak sekali ruangan dengan meja dan kursi di dalamnya, dan juga koridor untuk menghubungkan satu ruangan dengan ruangan yang lain.
Lantai ini tidak terlalu kotor dibanding lantai dari beberapa gedung yang telah dijamah olehnya.
Seperti biasa, banyak beberapa tanaman yang merambat di dinding dan juga di setiap sudut ruangan. Lembab dan basah dengan suhu sedikit dingin. Pencahayaan yang kurang membuat ruangan nampak gelap.
Satu per satu Rai memeriksa ruangan, kebanyakan barang-barang di sini telah rusak dan ditutupi oleh debu.
Oleh sebab itu, Rai harus hati-hati dalam mencari selembar kertas atau sesuatu yang berisikan informasi, entah itu penting atau tidak, pastinya harus berhubungan dengan kota ini.
Selama beberapa jam itu, Rai memeriksa setiap lantai dalam gedung ini, namun ia tidak menemukan satu pun petunjuk atau informasi.
Selain tidak menemukan informasi, Rai juga tidak menemukan satu monster di lantai berikutnya.
“Apa kau ingin makan sesuatu, Kuro?“ Rai duduk di sebuah anak tangga yang menuju lantai teratas dari gedung ini, dan menawarkan makanan kepada Kuro.
Kebetulan hari sudah siang, waktu yang tepat untuk makan siang. Sekali lagi Rai makan siang bukan untuk mengisi kelaparan, tetapi untuk merasakan kenikmatan pada makanan. Dia sebenarnya tidak butuh makan.
'Miaw!' Kuro mengangguk cepat, menatap Rai yang ada di sampingnya.
“Mau makan apa? Ikan atau daging sapi?“ Rai bertanya dengan senyum.
Wajah Kuro terlihat bingung, dia tidak mengerti apa yang dikatakan Rai.
“Sebentar, aku akan memberimu gambar ikan dan daging ayam.“ Rai menyalakan ponsel pintarnya, dan membuka game simulasi kehidupan yang terdapat beberapa makanan.
Hanya beberapa detik, Rai telah menemukan gambar ikan dan daging sapi di dalam sebuah game, lalu menunjukkannya kepada Kuro.
“Kau ingin yang mana, Kuro?“ Rai bertanya dengan memiringkan kepalanya.
Kuro terdiam sambil menatap gambar yang ada di dalam ponsel Rai, dia sedang masuk ke dalam keadaan kontlempasi.
'Miaw!'
Setelah puluhan detik terdiam, Kuro mengangkat tangan kanannya dan menunjuk pada gambar ikan yang ada di ponsel.
Rai tersenyum melihat ini, lalu memasukkan ponselnya ke dalam saku hoodie.
“Oke. Hari ini kita akan makan siang dengan menu utamanya ikan.“
Kemudian Rai membuka Mall System dan membeli satu menu makanan ikan yang enak, yaitu Ikan bakar bumbu pedas.
Dalam seminggu biasanya Rai bisa menghabiskan sepuluh koin untuk membeli makanan dan minuman di Mall System.
Memang sudah seharusnya atau ditentukan untuk Rai membeli makanan di waktu sekarang ini.
Dua cahaya tiba-tiba muncul, dan mewujudkan dua piring yang di atasnya terdapat ikan bakar dengan bumbu pedas.
Mengambil dua piring itu, Rai meletakkan salah satu piring di samping anak tangga yang dia duduki.
Kuro peka terhadap ini, dan dia segera melangkah dengan empat kaki kecilnya, mendekati ikan bakarnya.
“Ini untukmu, Kuro. Selamat menikmati ….“ Rai berkata kepada Kuro.
'Miaw!' Kuro menyahut ucapan Rai, kemudian dia menundukkan kepalanya mulai memakan ikan bakarnya.
Mereka berdua menyantap hidangan dengan wajah yang terlihat menikmati.
Rai lebih dahulu menyelesaikan makanannya dan segera membuang piring yang terbuat dari bahan plastik itu ke lubang hitam untuk membuang sampah.
Setiap melihat lubang berwarna hitam itu, membuat timbul rasa penasaran pada diri Rai dengan apa sebenarnya lubang hitam ini
Apakah lubang hitam yang memiliki gravitasi yang kuat atau hanya lubang untuk menguraikan sampah.
Tidak lama setelah Rai menghabiskan makanannya, Kuro juga sudah menghabiskan ikan bakarnya hingga piring itu kosong, termasuk tulang ikan dia makan tanpa ada sisa.
Kuro bersandar pada anak tangga, sepertinya dia kekenyangan telah makan ikan bakar bumbu pedas itu.
Anak kucing itu nampak seperti manusia. Mungkin Kuro mempelajari apa yang Rai lakukan, sebab Rai suka melakukan hal seperti itu setelah makan, yaitu bersandar pada dinding.
Rai tidak menahan untuk tidak tertawa melihat tingkah laku anak kucing ini. Tampak aneh dan lucu di saat bersamaan.
“Sudah kenyang sekarang? Apa ingin meminum susu?“ Rai bertanya sambil mengambil satu kotak susu dan mangkuk kecil dari tas ranselnya.
'Miaw!'
Kuro langsung bangun dan melompat ke paha Rai, dan menatap Rai penuh minat.
“Oke-oke. Jangan terlalu antusias seperti itu,” ucap Rai sambil mengelus kepala kecil Kuro.
Mengambil mangkuk kecil dan menaruhnya di samping tubuh Kuro, setelah itu menuangkan susu di dalamnya.
Tanpa basa basi, Kuro segera menjilati atau meminum susu dari mangkuk kecilnya.
Rai juga ikut meminum satu kotak susunya dalam sekali tegukan.
“Sudah puas sekarang?“ Rai menatap Kuro di sampingnya yang sedang menjilati tangannya.
'Miaw ….' Kuro dengan cepat menjawab.
“Kalau begitu, ayo kita bergegas ke lantai paling atas, Kuro.“
'Miaw!'
Rai mengambil Kuro dan meletakkannya di tempat biasa, dan mulai menaiki tangga menuju lantai teratas.
Ternyata di ujung tangga terdapat pintu besi yang berkarat, tampaknya ini adalah pintu untuk pergi ke atap gedung.
Rai mencoba membukanya dengan pelan, tetapi pintu itu tidak bergerak sedikitpun.
“Ya? Kenapa tidak bisa dibuka?“ Rai terheran kenapa pintu ini sulit untuk membukanya.
“Apa boleh buat, aku harus membukanya secara paksa.“
Mengangkat Kuro, dia segera meletakkannya di anak tangga yang jauh pintu, lalu Rai kembali lagi ke depan pintu.
Rai mengangkat tangan kanannya dan mengumpulkan sebagian kekuatannya pada kepalan tangan.
Selanjutnya dia meluncurkan pukulan untuk menghancurkan pintu.
Bam!
Pintu itu masih belum terbuka, hanya bergetar keras.
Melihat efek satu pukulannya tidak cukup untuk membuka pintu, Rai segera mengirim beberapa pukulan lagi.
Bam!
Bam!
Bam!
Setelah dipukul beberapa kali oleh Rai, pintu itu akhirnya terbuka. Bukan terbuka tetapi terlepas hingga engselnya.
Segera setelah pintu itu terbuka, Rai melihat beberapa makhluk aneh yang merangkak sambil menatap ke arahnya.
Kuro berlari menaiki tangga dan berdiri di samping Rai, dia juga memandangi makhluk aneh ini.
“Kuro, sepertinya kau akan makan daging monster lagi.“ Rai menunduk dan berbicara pada Kuro.
'Miaw.' Kuro mengangkat kepalanya dan mengeong pada Rai.
“Oke, aku akan membawa sepotong daging untukmu, Kuro.“
Rai memisahkan pedangnya menjadi dua bagian, dan dia telah bersiap untuk mengambil poin pengalamannya.
“Saatnya memotong daging.“ Rai tersenyum jahat sambil memandangi monster dengan matanya yang tajam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
~Kepala Kampung~
btw ini novel udh lu promosiin di novel yg satu lagi Thor ?
2022-10-31
1
Berserk
lah apa beda nya :v
2022-10-30
0