Bab 14: Teman Baru

Kotak susu yang dipegang Rai dengan cepat habis karena diminum oleh Rai. Dia menyesap satu kotak susu dalam sekali tenggak.

Melihat kotak susu yang telah kosong, Rai melemparkan kota susu itu ke lubang tempat pembuangan sampah pribadinya.

Menoleh ke samping kiri, Rai menatap anak kucing yang kecil nan imut ini, si kecil ini sedang sibuk meminum susunya.

Ukuran tubuh anak kucing ini sedikit lebih besar dari telapak tangannya, kira-kira seukuran dengan anak kucing berumur dua bulan.

Diperhatikan lagi, kedua mata kucing ini memiliki warna yang berbeda, mata kanan berwarna merah darah, dan mata kiri berwarna violet. Terlihat indah, mungkin ini kucing yang paling bagus yang pernah Rai lihat.

“Sepertinya dia menyukai susu itu.“

Rai memandangi anak kucing tanpa ingin mengganggunya.

Sembari menunggu anak kucing itu selesai menjilati air susu, Rai memasukkan kembali meja lipat ke dalam tas ransel.

'Miaw~'

Suara tangisan kecil anak kucing terdengar, seolah memanggil Rai.

Mendengar ini, Rai menoleh, melihat ke arah anak kucing.

“Apa kamu sudah selesai meminumnya? Atau ingin tambah lagi?“ tanya Rai dengan tatapan lembutnya.

'Miaw ….' Anak kucing itu menggelengkan kepalanya, isyarat tidak mau.

“Oke,” ucap Rai sambil mengelus kepala anak kucing dengan penuh kelembutan. Kali ini anak kucing itu tidak lagi marah saat ingin disentuh. Alih-alih marah dia malah mendengkur nyaman.

“Aku akan pergi sekarang, jaga dirimu baik-baik, teman kecil,” ujar Rai berpamitan kepada anak kucing ini.

Kenapa Rai tidak membawanya pergi, itu karena dia belum berniat untuk memeliharanya, dia takut ibu dari anak kucing ini datang, dia akan merasa bersalah jika membawa perginya.

Setelah mengatakan itu, Rai menyimpan mangkuk kecil yang telah bersih dari air susu ke dalam ranselnya. Dia tidak ingin meninggalkan jejak. Lalu dia berdiri dan bersiap untuk pergi.

“Selamat tinggal, teman kecil~”

Berpamitan kepada anak kucing, Rai melambaikan tangannya dengan wajahnya yang tersenyum tampak tulus.

Melangkah ke depan dan meninggalkan ruangan kamar tanpa melihat ke belakang.

Anak kucing itu hanya menatap Rai yang menghilang meninggalkan tempat ini, dengan tatapan matanya yang besar dan bulat.

'Miaw?'

Pada mata anak kucing itu terdapat keengganan yang dapat dilihat jelas.

Melihat ke bawah, dia bergerak turun ke lantai yang basah, anak kucing itu meloncat dan berlari mengikuti jejak kaki Rai.

Sementara itu, Rai sedang berjalan mengitari sisi lubang untuk pergi ke bagian hotel di seberangnya. Ia tidak tahu bahwa anak kucing itu mengikutinya dari belakang.

“Basah sekali tempat ini, tanah banyak digenangi air dan berubah menjadi seperti lumpur. Untungnya sepatuku anti-noda.“ Rai mengeluh sambil berjalan menghindari lantai bertanah yang basah.

Suara langkah kaki Rai terdengar ketika menginjak lantai yang berair, cukup mengganggu.

Gedung ini sangat nampak sulit untuk dieksplorasi, jikalau dijelajahi akan kecil peluangnya untuk menemukan informasi.

Rai cukup skeptis dan pesimis terhadap gedung ini. Karena itu Rai hanya ingin lewat saja dan langsung menuju ke bangunan berikutnya.

Berjalan di lorong yang lembab dan penuh tumbuhan di sisi kanan dan kirinya, Rai melihat jendela yang telah pecah di ujung lorong. Dari jendela itu Rai dapat melihat bangunan bertingkat.

Segera Rai berhenti berjalan, jarak jendela dengannya masih cukup jauh, lorong lurus ini bisa menjadi landasan pacu untuk dia berlari dan melompat.

Sambil menatap jendela, Rai mulai berancang-ancang melakukan gerakan untuk membuat tubuhnya tidak kaku dan tubuhnya siap untuk melakukan sebuah aksi.

Dengan tatapan mata yang tajam, Rai mengambil posisi untuk memulai berlari, dan mulai menghitung mundur waktu di dalam hatinya.

'Tiga ….'

'Dua ….'

Kaki Rai digoyangkan untuk merelaksasi ototnya. Rai sangat siap untuk berakselerasi dengan cepat, dan dia menyebutkan angka terakhir di hatinya.

'Sa ….'

'Miaw~'

Sebuah suara kecil seperti anak kucing memotong hitungan mundur Rai di saat terakhir.

Tubuh Rai tersentak, lalu segera menoleh melihat ke arah belakang.

Seekor anak kucing berwarna hitam yang ditemuinya tadi, tiba-tiba saja muncul di sini.

Wajah Rai nampak bingung, dia tidak berharap anak kucing ini mengikutinya sampai sini.

Terlebih lagi dia bingung dan merasa aneh, karena dia tidak menyadari sama sekali keberadaan anak kucing ini.

Semestinya Rai bisa merasakan makhluk hidup yang ada di jarak tertentu darinya. Kemampuan ini dia temui setelah sekian banyak ia bertarung melawan Huuzer Crawler, secara tidak sengaja kemampuan itu muncul dengan sendirinya.

Kejadian ini merupakan hal aneh bagi Rai.

Membalikkan badannya, Rai perlahan menghampiri, berjongkok di depan anak kucing, lalu dia berkata, “Kenapa kau mengikutiku?“

Mata Rai menatap kedua bola mata indah dan cantik itu.

'Miaw!' Anak kucing itu merespon pertanyaan Rai.

Sayangnya Rai tidak tahu arti suara itu.

“Ke mana orang tuamu? Apakah kamu tidak kembali kepada mereka? Di sini sangat berbahaya, sebaiknya kau pergi dan berlindung bersama orang tuamu.“ Rai bertanya beberapa pertanyaan dalam satu kali nafas dan memberi saran kepada anak kucing itu.

Tampak aneh, seseorang berbicara dengan anak kucing yang secara logika tidak akan bisa memunculkan percakapan dua arah yang berhubungan. Dua bahasa yang berbeda dan ras yang sangat berbeda.

'Miaw ….'

Mendadak kucing itu terlihat sayu, seolah sedang sedih akan sesuatu.

Rai terheran dengan perilaku anak kucing ini, mirip sekali dengan manusia.

Melihat wajah anak kucing yang lucu ini berubah menjadi sedih dan lesu, Rai peka dengan perasaan yang dirasakan anak kucing.

“Apa kau sendiri di sini?“ tanya Rai untuk memastikan dugaannya benar.

'Miaw!' Respon anak kucing kali ini berbeda, dia mendongak dan kembali menatap Rai dengan matanya yang mengungkapkan rasa kesedihan.

Perasaan kasihan muncul di hati Rai, tanpa sadar dia mengulurkan tangan kanannya untuk membelai kepala kecilnya.

“Pasti kamu merasa kesepian, kan?“ Rai tersenyum saat bertanya, lalu melanjutkan, “Tenang, kamu tidak sendirian lagi sekarang.“

Perlahan Rai mengangkat tubuh anak kucing itu, dan meletakkan di bahu kanannya.

“Kita ini sebenarnya sama. Kita bernasib hidup tanpa kedua orang tua dan satu pun orang yang peduli ….“

Senjatanya dia pegang di tangan kanan, dan Rai mengusap lembut kepala anak kucing ini dengan tangan kirinya.

“ Tapi … sekarang kita telah bertemu. Jangan sedih lagi, teman kecil.“ Rai berkata dengan nada yang lembut dan senyum yang tulus.

'Miaw~' Anak kucing itu membalas dengan suara yang lucu.

“Sekarang, kita akan mulai bertualang bersama. Apakah kamu siap?“ tanya Rai sambil sedikit menoleh ke kanan.

'Miaw …!' Anak kucing itu mengeong penuh semangat dengan kedua matanya yang terlihat membara, seakan dia sangat antusias dengan petualangannya.

“Ayo kita berangkat!“

'Miaw!'

Keduanya berseru hampir bersamaan terdengar penuh semangat.

“Kencangkan cakaranmu, teman. Aku akan mulai berlari sekarang.“ Rai memperingati anak kucing untuk berpegangan pada kain hoodienya.

Sebuah tusukan kecil menyentuh kulit Rai, dan dia langsung merasakannya. Sepertinya itu cakar kecil milik anak kucing.

Detik berikutnya…

Rai berlari cepat, dan dalam beberapa nafas, dia sampai di ujung lorong dan meloncat.

Seluruh tubuh Rai mengudara selama beberapa detik dan dia memecahkan kaca jendela sebelum mendarat di sebuah ruangan di gedung ini.

“Apakah kau baik-baik saja, teman?“ Rai mengambil anak kucing itu dan bertanya di depan wajahnya.

'Miaw' Anak kucing itu merespon sambil mengangguk.

“Oke, kita akan menjelajahi gedung ini.“

Rai menyimpan kembali anak kucing itu di bahunya, dan melangkahkan kaki mulai mengeksplorasi ke setiap ruangan di lantai gedung ini.

Tanpa Rai dan Anak kucing itu sadar, hari telah berganti malam, Rai mengaktifkan senternya untuk bisa melihat sekitarnya.

Waktu berjalan begitu cepat, Rai bersama anak kucing sedang duduk di pinggiran atap, lantai paling atas dari sebuah gedung yang telah dijelajahi.

Memandangi langit gelap berhias sinar redup dari bulan, Rai duduk bersantai bersama dengan anak kucing yang meringkuk di paha kakinya. Anak kucing ini juga memandangi langit yang sama dengan Rai.

Hasil penjelajahan tujuh gedung hanya membuahkan satu kertas yang berisikan sesuatu informasi. Tidak buruk, setidaknya masih ada sesuatu yang diperoleh.

Selembar kertas itu memberi dia informasi mengenai peristiwa yang melanda Kota Lhee pada suatu waktu.

Sebenarnya tidak terlalu penting, tapi tidak apa-apa, adanya kertas-kertas ini menunjukkan bahwa tempat yang dia tinggali ini benar-benar Kota Lhee Pusat.

“Aneh … tiga gedung terakhir yang sudah aku jelajahi tidak terdapat satu pun monster jelek yang merangkak itu. Ke mana mereka?“ gumam Rai tiba-tiba, setelah terbesit hal tersebut.

Tiga gedung dimulai dari gedung yang tempat bertemu anak kucing hingga dua gedung berikutnya, dia sama sekali tidak menemukan satu monster Huuzer Crawler di sana.

Tidak biasanya. Normalnya setiap gedung akan ada beberapa Huuzer Crawler yang tinggal.

Dari pengamatan Rai setelah seminggu menjelajahi puluhan gedung.

Tentu saja, ini hal yang aneh bagi Rai.

“Aku memiliki perasaan yang buruk untuk ini,” ucap Rai dengan wajahnya yang nampak khawatir.

Kemungkinan besar ini adalah pertanda buruk.

Rai memikirkan segala sebab dan alasan dari tidak adanya satu Huuzer Crawler yang tinggal di tiga gedung bertingkat itu.

Alasan yang masuk akal bagi Rai adalah adanya makhluk yang lebih kuat dari Huuzer Crawler, kemudian makhluk itu membunuhnya.

Alasan ini masih bisa dikaitkan dengan informasi yang telah dia dapatkan.

“Apakah makhluk besar yang di catatan itu yang membunuh mereka?“ Rai bergumam dengan kepala tertunduk dan tangannya yang memegang dagu, terlihat sedang memikirkan hipotesa atas perkiraannya.

“Kalau memang dia. Artinya sekarang aku tidak terlalu jauh dengan keberadaan makhluk itu ….“ Rai diam sesaat, dan dia menggelengkan kepalanya. “Sudahlah, aku memikirkannya nanti. Lebih baik aku makan malam sekarang. Sekaligus makan malam untuk merayakan kedatangan anak kucing ini.“

Rai betah mengelus bulu halus anak kucing ini, ketika dia sedang berpikir dan merenung tadi.

“Hei, teman kecil. Apa kamu lapar sekarang?“ Rai bertanya sambil menatap anak kucing di pangkuannya.

Mendengar suara Rai, anak kucing itu membalikkan badannya dan memperlihatkan perutnya, lalu mengangguk sambil menepuk perutnya.

“Hahaha oke-oke.“ Rai tertawa melihat tingkah anak kucing ini. “Kamu bangun dulu dari pahaku. Aku ingin mendirikan tenda untuk kita istirahat berdua.“

Setelah Rai mengatakan kalimat itu, anak kucing itu bangkit dan melompat ke sisi pinggiran atap.

Rai bangun dari duduk, berjalan ke tengah atap lantai, dan mulai menyiapkan tempat untuk tidur untuk dia sendiri seperti biasanya.

Namun, malam ini berbeda, karena ada seekor anak kucing yang mulai malam ini akan ikut tidur bersamanya di dalam tenda kemah.

Terpopuler

Comments

~Kepala Kampung~

~Kepala Kampung~

nih Thor kopi moga bisa crazy up

2022-10-29

0

~Kepala Kampung~

~Kepala Kampung~

temen baru hahaha

2022-10-29

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1: Mimpi yang Sama
2 Bab 2: Menunggak
3 Bab 3: Menyebrang Diam-Diam
4 Bab 4: Sistem?
5 Bab 5: Pembantaian Pertama
6 Bab 6: Huuzer Crawler Berbeda
7 Bab 7: Gedung Seberang
8 Bab 8: Luka Pertama
9 Bab 9: Satu Koran
10 Bab 10: Eksplorasi Cepat
11 Bab 11: Petunjuk Baru
12 Bab 12: Empat Informasi
13 Bab 13: Tujuh Hari di Dunia
14 Bab 14: Teman Baru
15 Bab 15: Memakan Daging Monster
16 Bab 16: Monster Baru
17 Bab 17: Duel Pertama
18 Bab 18: Corro Huzeer Crawler
19 Bab 19: Kuro yang Aneh
20 Bab 20: Kuro Resmi Menjadi Tim
21 Bab 21: Huuzer Crawler Jenis Aneh
22 Bab 22: Jejak Sepatu
23 Bab 23: Jalan Rahasia
24 Bab 24: Menemukan Beberapa Informasi
25 Bab 25: Ras Kuro?
26 Bab 26: Gerombolan Huuzer Crawler
27 Bab 27: Penyelesaian Kumpulan Monster
28 Bab 28: Perubahan Senjata
29 Bab 29: Kuro Tambah Besar
30 Bab 30: Salah Jalan
31 Bab 31: Monster Huuzer Berekor
32 Bab 32: Huuzer Crawler Hail
33 Bab 33: Informasi Tiga Pemuda
34 Bab 34: Jalan Besar
35 Bab 35: Dijadikan Mainan
36 Bab 36: Pembantaian Huszerdawg
37 Bab 37: Kembali Ke Jalan
38 Bab 38: Bertemu Orang Asing
39 Bab 39: Penjelasan Loret
40 Bab 40: Beristirahat
41 Bab 41: Begadang Semalam
42 Bab 42: Mulai Perjalanan bersama
43 Bab 43: Kembali Berjalan
44 Bab 44: Melewati Terowongan
45 Bab 45: Tidur di Pohon
46 Bab 46: Mengganggu Tidur
47 Bab 47: Boss Huuzer Crawler
48 Bab 48: Memberi Makan Kuro
49 Bab 49: Sampai di Lhee Utara
50 Bab 50: Menginap
51 Bab 51: Dua Pria Pengkhianat
52 Bab 52: Eksekusi Loret
53 Bab 53: Bertarung Santai Licker
54 Bab 54: Senjata Methuragon
55 Bab 55: Monster Kecoak
56 Bab 56: Membantai Roachzer
57 Bab 57: Methuragon Tipe 3
58 Bab 58: Penjilat Besar
59 Bab 59: Tiga Anggota the Bunmuri
60 Bab 60: Perjalanan Menuju Kota Talu Utara
61 Bab 61: Paling Dibenci Rai
62 Bab 62: Bertemu Seorang Wanita
63 Bab 63: Wanita Bernama Lara
64 Bab 64: Transaksi Informasi
65 Bab 65: Lara Lahir di Kota Talu
66 Bab 66: Sapi di Dunia
67 Bab 67: Lara Mentzer
68 Bab 68: Kuro yang Berbeda
69 Bab 69: Kehangatan Pelukan
70 Bab 70: Komandan-Komandan
71 Bab 71: Lara yang Malu
72 Bab 72: Duel Garol
73 Bab 73: Melawan Dua Musuh
74 Bab 74: Kesalahpahaman Memalukan
75 Bab 75: Rai Bingung
76 Bab 76: Tidak Boleh Rai Lihat
77 Bab 77: Tembok Kedua
78 Bab 78: Desa Kosong
79 Bab 79: Penjelasan Barang Rai
80 Bab 80: Koleksi Foto Lara
81 Bab 81: Tidur Satu Kasur
82 Bab 82: Jus Semangka
83 Bab 83: Huuzer Tanaman
84 Bab 84: Lara Seorang Petualang
85 Bab 85: Berlian Licker
86 Bab 86: Rai Terlihat Sedih
87 Bab 87: Tertidur
88 Bab 88: Monster Dua Ekor
89 Bab 89: Melawan Kera Besar
90 Bab 90: Kera Besar Berakhir
91 Bab 91: Ada Pengungsian?
92 Bab 92: Kemajuan Keduanya
93 Bab 93: Berenang di Sungai
94 Bab 94: Selesai Mencuci Tubuh
95 Bab 95: Beruang Raksasa
96 Bab 96: Markas Ratcrow Seven
97 Bab 97: Membantai Weak Lizeer
98 Bab 98: Mandi Darah
99 Bab 99: Orang yang Beruntung
100 Bab 100: Monster Ikan Hias
101 Bab 101: Monster Masalah Wallace
102 Bab 102: Berpesta Sore Hari
103 Bab 103: Menggendong Lara
104 Bab 104: Monster Tikus Tanah
105 Bab 105: Panas Kota Mopulu
106 Bab 106: Mopulu yang Gersang
107 Bab 107: Lara Menangis
108 Bab 108: Semuanya Tidak Menjadi Monster
109 Bab 109: Hasil yang Sudah Biasa
110 Bab 110: Santai Sebelum Pergi
111 Bab 111: Berjalan Konstan
Episodes

Updated 111 Episodes

1
Bab 1: Mimpi yang Sama
2
Bab 2: Menunggak
3
Bab 3: Menyebrang Diam-Diam
4
Bab 4: Sistem?
5
Bab 5: Pembantaian Pertama
6
Bab 6: Huuzer Crawler Berbeda
7
Bab 7: Gedung Seberang
8
Bab 8: Luka Pertama
9
Bab 9: Satu Koran
10
Bab 10: Eksplorasi Cepat
11
Bab 11: Petunjuk Baru
12
Bab 12: Empat Informasi
13
Bab 13: Tujuh Hari di Dunia
14
Bab 14: Teman Baru
15
Bab 15: Memakan Daging Monster
16
Bab 16: Monster Baru
17
Bab 17: Duel Pertama
18
Bab 18: Corro Huzeer Crawler
19
Bab 19: Kuro yang Aneh
20
Bab 20: Kuro Resmi Menjadi Tim
21
Bab 21: Huuzer Crawler Jenis Aneh
22
Bab 22: Jejak Sepatu
23
Bab 23: Jalan Rahasia
24
Bab 24: Menemukan Beberapa Informasi
25
Bab 25: Ras Kuro?
26
Bab 26: Gerombolan Huuzer Crawler
27
Bab 27: Penyelesaian Kumpulan Monster
28
Bab 28: Perubahan Senjata
29
Bab 29: Kuro Tambah Besar
30
Bab 30: Salah Jalan
31
Bab 31: Monster Huuzer Berekor
32
Bab 32: Huuzer Crawler Hail
33
Bab 33: Informasi Tiga Pemuda
34
Bab 34: Jalan Besar
35
Bab 35: Dijadikan Mainan
36
Bab 36: Pembantaian Huszerdawg
37
Bab 37: Kembali Ke Jalan
38
Bab 38: Bertemu Orang Asing
39
Bab 39: Penjelasan Loret
40
Bab 40: Beristirahat
41
Bab 41: Begadang Semalam
42
Bab 42: Mulai Perjalanan bersama
43
Bab 43: Kembali Berjalan
44
Bab 44: Melewati Terowongan
45
Bab 45: Tidur di Pohon
46
Bab 46: Mengganggu Tidur
47
Bab 47: Boss Huuzer Crawler
48
Bab 48: Memberi Makan Kuro
49
Bab 49: Sampai di Lhee Utara
50
Bab 50: Menginap
51
Bab 51: Dua Pria Pengkhianat
52
Bab 52: Eksekusi Loret
53
Bab 53: Bertarung Santai Licker
54
Bab 54: Senjata Methuragon
55
Bab 55: Monster Kecoak
56
Bab 56: Membantai Roachzer
57
Bab 57: Methuragon Tipe 3
58
Bab 58: Penjilat Besar
59
Bab 59: Tiga Anggota the Bunmuri
60
Bab 60: Perjalanan Menuju Kota Talu Utara
61
Bab 61: Paling Dibenci Rai
62
Bab 62: Bertemu Seorang Wanita
63
Bab 63: Wanita Bernama Lara
64
Bab 64: Transaksi Informasi
65
Bab 65: Lara Lahir di Kota Talu
66
Bab 66: Sapi di Dunia
67
Bab 67: Lara Mentzer
68
Bab 68: Kuro yang Berbeda
69
Bab 69: Kehangatan Pelukan
70
Bab 70: Komandan-Komandan
71
Bab 71: Lara yang Malu
72
Bab 72: Duel Garol
73
Bab 73: Melawan Dua Musuh
74
Bab 74: Kesalahpahaman Memalukan
75
Bab 75: Rai Bingung
76
Bab 76: Tidak Boleh Rai Lihat
77
Bab 77: Tembok Kedua
78
Bab 78: Desa Kosong
79
Bab 79: Penjelasan Barang Rai
80
Bab 80: Koleksi Foto Lara
81
Bab 81: Tidur Satu Kasur
82
Bab 82: Jus Semangka
83
Bab 83: Huuzer Tanaman
84
Bab 84: Lara Seorang Petualang
85
Bab 85: Berlian Licker
86
Bab 86: Rai Terlihat Sedih
87
Bab 87: Tertidur
88
Bab 88: Monster Dua Ekor
89
Bab 89: Melawan Kera Besar
90
Bab 90: Kera Besar Berakhir
91
Bab 91: Ada Pengungsian?
92
Bab 92: Kemajuan Keduanya
93
Bab 93: Berenang di Sungai
94
Bab 94: Selesai Mencuci Tubuh
95
Bab 95: Beruang Raksasa
96
Bab 96: Markas Ratcrow Seven
97
Bab 97: Membantai Weak Lizeer
98
Bab 98: Mandi Darah
99
Bab 99: Orang yang Beruntung
100
Bab 100: Monster Ikan Hias
101
Bab 101: Monster Masalah Wallace
102
Bab 102: Berpesta Sore Hari
103
Bab 103: Menggendong Lara
104
Bab 104: Monster Tikus Tanah
105
Bab 105: Panas Kota Mopulu
106
Bab 106: Mopulu yang Gersang
107
Bab 107: Lara Menangis
108
Bab 108: Semuanya Tidak Menjadi Monster
109
Bab 109: Hasil yang Sudah Biasa
110
Bab 110: Santai Sebelum Pergi
111
Bab 111: Berjalan Konstan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!