Melihat kakek yang sudah tua dan rapuh, hati nurani Rai muncul dan datanglah keinginan untuk membantu kakek. Meskipun dia sedang dalam keadaan ekonomi yang krisis tetapi itu bukanlah masalah untuk membantu orang yang kesusahan.
Berbicara mengenai bantal yang dibeli dari kakek itu, Rai merasa aneh dengan bantal yang telah ia gunakan dari awal hari ketika saat membeli.
“Entah itu hanya perasaanku saja atau bukan. Sejak aku membeli bantal itu, kenapa aku selalu mendapatkan mimpi seperti itu selama tujuh hari berturut-turut. Semoga saja tidak ada yang aneh dengan bantal yang aku beli dari kakek itu.“ Rai berkata kepada dirinya sendiri, sambil memandangi sosoknya di dalam cermin.
Rai memiliki sedikit prasangka buruk terhadap bantal yang dia beli. Takut bahwa bantal ini memiliki kutukan atau roh jahat yang membuat dirinya bisa bermimpi hal yang dalam satu minggu terakhir ini.
Tapi dia selalu berpikir positif dan menjauhkan prasangka buruk itu. Mungkin saja itu adalah tanda bahwa dirinya terlalu kelelahan dalam berkerja yang pada akhirnya berefek pada mimpinya.
“Lebih baik aku mandi sekarang… Omong-omong janggut dan kumisku sudah lebat, sudah saatnya untuk dicukur,“ kata Rai sambil melihat janggut dan kumisnya yang sudah menutupi bagian bawah wajahnya seperti yang terlihat dalam cermin di depannya.
Rai segera membuka pembalut kain putih yang melilit tangan kirinya, di balik balutan itu terdapat sebuah bekas luka yang panjang hampir mencapai pundaknya. Karena bekas luka itu terlihat jelas sekali dan membuat dirinya terlihat jelek juga tidak sedap dipandang mata, jadi dia memutuskan untuk menutupi bekas lukanya dengan balutan kain putih.
Luka yang panjang ini dia dapatkan dari seseorang yang sangat benci kepadanya.
Melepas bajunya, kita bisa melihat banyak sekali luka gores pada punggung pemuda ini. Ini adalah hasil dari penindasan orang yang tidak menyukainya, Rai terima tanpa adanya perlawanan, dengan fisik yang sangat lemah tentu Rai tidak bisa melawan mereka.
Pemuda itu segera mandi, membasuh bekas luka gores yang ada di punggungnya, dan selama beberapa menit dia mandi dengan bersih.
Setelah itu dia memotong kumis serta janggutnya dengan menggunakan alat cukur untuk kumis dan janggut yang sudah lama dia beli dari beberapa bulan yang lalu.
“Ini terlihat lebih baik dari sebelumnya.“ Rai menatap sosok dirinya sendiri di cermin, seorang pemuda yang tampan dengan rambut hitam pendek acak-acakan sedikit basah dan pupil mata abu-abu yang dalam seakan bisa menghisap jiwa seseorang dengan satu tatapan.
Sebetulnya wajah Rai itu sangat tampan tapi karena dirinya tidak begitu memperhatikan penampilannya dan jarang merawat wajahnya, ketampanannya tertutupi dan tidak memancar keluar dari wajahnya.
Bagian sekitar mulut dan dagu telah bersih dari banyaknya bulu yang tumbuh, terlihat bersih cemerlang. Sekarang dia merasa wajahnya lebih cerah dan segar, meski mata kantung panda masih terlihat jelas.
Mengambil kembali barang-barangnya untuk mandi, dan sudah memakai pakaian yang bersih serta membalut kembali tangan kirinya, dia berjalan kembali ke kosannya.
Di perjalanan menuju kosan, dia menyempatkan diri untuk melihat keadaan sekitar kosan, tampak sepi jarang sekali orang yang melewati jalan yang yang ada di depan kosannya.
Tempat kosannya itu memiliki posisi yang cukup strategis karena letaknya berada di pinggir jalan yang lumayan lebar untuk sanggup dilewati oleh dua mobil sekaligus, tetapi melihat lingkungan yang sepi dan sunyi seperti ini, niatan untuk membuka usaha berdagang langsung pupus bahkan sebelum dirinya memulai.
Klik!
Rai masuk ke dalam kosan dan meletakkan peralatan mandi dan baju kotornya pada tempat yang sudah ia sediakan.
Sesuai dengan rencana dan niatnya, Rai membersihkan kamarnya atau ruangannya, hanya memakan waktu setengah jam lebih dan sekarang ruangannya menjadi bersih dan rapih.
“Kasur, meja kerja telah rapih, lantai pun sudah bersih mengkilap, sekarang bebas debu dan kotor.“
Rai berdiri sambil memandangi ruangannya yang telah bersih dan enak dipandang, sangat berbeda dari sebelumnya yang kotor dan berantakan seperti pesawat yang pecah.
“Sudah saatnya menyelesaikan pekerjaan!“ Rai bersemangat untuk bekerja sekarang. “Tunggu, sebelum bekerja aku harus menyiapkan sesuatu yang penting.“
Rai berjalan bufet kecil yang ada di samping kasurnya, lalu membukanya dan mengambil sesuatu seperti bungkusan kecil di tangannya.
“Meminum kopi di pagi hari sambil bekerja, sungguh kenikmatan tiada tara,” ucap Rai sambil menatap bungkusan kopi instan di tangannya.
Kemudian dia mengambil satu buah cangkir kecil khusus kopi dan menyeduhnya menggunakan air panas yang ada di termos kecil miliknya.
“Aku bisa mencium aroma kelancaran bekerja dari kopi ini.“
Duduk di kursi tanpa senderan dan meletakkan secangkir kopi panas di samping laptop yang dia beli setahun yang lalu, sekarang dia siap untuk memulai pekerjaannya.
Tik-tik-tik-tik-tik!
Tik-tik-tik-tik-tik!
Suara ketikan saat jari-jari menyentuk keyboard laptop terdengar, bunyi ini mengisi kesunyian di dalam kosannya.
Tidak tahu berapa lama Rai masuk ke dalam kontlempasinya saat bekerja. Pemuda ini sangat berkonsentrasi sambil sesekali menyeruput kopinya.
Saking fokusnya Rai dalam mengerjakan pekerjaan yang belum selesai, dia tidak menyadari bahwa ada sesuatu yang aneh dari bantal yang ditempatkan dengan rapih di kasur.
Cahaya kecil berwarna ungu gelap keluar dari bantal yang dia beli dari kakek itu. Itu terus melayang keluar dari bantal dan cahaya yang bersinar semakin terang.
Tapi saat ini Rai tidak memperhatikan ini sama sekali, dia benar-benar sibuk dan sangat fokus mengetik.
Sinar ungu itu semakin terang menyilaukan, melayang semakin tinggi hampir menyentuh plafon rumah.
Tiba-tiba…
Suatu cahaya berwarna ungu itu melesat sangat cepat menuju Rai tanpa memberi kesempatan bagi Rai untuk sadar dan menghindarinya.
Swoosshhh….
Saat mengenai tubuh Rai, cahaya ungu itu seakan menyatu dan tidak melukai apa pun pada tubuh Rai. Sinar ungu terserap ke dalam tubuh Rai dan menghilang seperti tidak pernah muncul sebelumnya.
“Uhuk! Uhuk! Uhuk!“ Rai terbatuk secara tiba-tiba, lalu dia meminum kopinya untuk meredakan batuknya.
“Apa itu?!“
Rai menoleh ke kanan dan ke kiri, dia merasa bahwa ada siluet cahaya terang dari belakang punggungnya tadi, tapi dia baru menyadarinya setelah batuk melanda tubuhnya.
Setelah melihat ruangannya dan tidak menemukan hal aneh, Rai kembali melanjutkan pekerjaannya lagi.
Sesuatu hal aneh perlahan menyelimuti tubuhnya. Perasaan kantuknya secara mendadak menguasai tubuhnya. Dia sering menggelengkan kepalanya ketika dirinya tersadar bahwa dia telah mengantuk, rasa kantuk ini semakin menjadi-jadi membuat kelopak matanya menjadi berat.
“Ke-kenapa aku merasa lelah dan mengantuk?“ gumam Rai sedikit kecil, tubuhnya menjadi lemas tidak berenergi, dan dia menelungkupkan kepalanya di atas meja.
Kesadarannya mulai menipis seiring detik berjalan, dan dia mulai mengoceh tidak karuan.
'Ada apa dengan tubuhku?' batin Rai saat kesadarannya masih tersisa.
'Kenapa seperti ini?'
'Apakah ini proses akan kematian?' Rai tidak bisa melihat apapun, hanya ada kegelapan di sekelilingnya tanpa ada setitik pun cahaya.
'Sial! Pekerjaanku sedikit lagi akan selesai, hanya satu paragraf lagi!'
'Semoga saja aku dilahirkan lagi dan memiliki sebuah keluarga di dunia yang baru!'
'Aku harap seperti itu…'
'Aku harap...'
'Seperti itu.'
Kesadarannya menghilang sepenuhnya tepat saat kalimat yang ingin dia ucapkan selesai dalam batinnya.
————
Srek… Srek… Srekk…
“Mmm~…!“
Sebuah wajah pemuda yang sedang tertidur lelap kini berubah kesal karena tidurnya diganggu oleh sesuatu yang menyentuh tubuhnya.
“Huh?"
Tidak lama kemudian pemuda itu bangun dan duduk di atas kasur yang bukan miliknya.
“Di mana ini?!“
Pemuda ini adalah Rai. Sekarang dia sedang duduk dan melihat ruangan di depannya yang telah bobrok penuh dengan lumut hijau seperti bangunan yang tidak pernah diurus dan dirawat selama beberapa tahun. Dengan cahaya yang remang-remang dia masih bisa melihat keseluruhan ruangan.
Dilihat lebih jelas lagi, ini seperti ruangan yang sedikit mewah tetapi sudah ditinggali oleh sang pemilik atau pun penyewa.
“Apartemen? Hotel? Kenapa rusak seperti ini? Sebenarnya di mana tempat ini?!“
Setelah mengatakan ini, pandangan mata pemuda itu berpindah ke samping kasurnya yang dia duduki, sesuatu pemandangan yang tidak terduga terlihat saat ini.
“Aaaaaa!“
Teriakan yang keras keluar dari pemuda itu, refleks tubuhnya aktif tiba-tiba dia dengan cepat meloncat dari kasur, menjauh dari sesuatu yang ada di kasur tersebut.
Sebuah tulang kerangka manusia yang utuh dan masih mempertahankan posturnya yang terlihat sedang meringkuk, itu terlihat dengan jelas di atas kasur. Sepertinya tulang dari tangan kerangka itu sedikit menyentuh tubuhnya dan membuat Rai terbangun.
“Ma-mayat?!“
Rai berkata sedikit gagap, berdiri jauh dari kasur yang kotor itu sambil menggosokkan matanya beberapa kali untuk memastikan bahwa apa yang dia lihat di atas kasur adalah hal yang nyata atau bukan.
Jantungnya berdetak cepat, dia benar-benar panik saat ini. Pertama kali dalam hidup Rai melihat tulang manusia secara langsung.
Dia tanpa sadar terus berjalan mundur tanpa melihat ada apa di belakangnya.
*Bugh…!
Punggungnya menabrak dinding ruangan ini, dan dia berbalik melihat ke belakangnya.
Tembok yang sedikit berlumut dan sedikit retak terlihat sangat jelas dari dekat. Di sampingnya ada sebuah jendela yang menampilkan kondisi di luar apartemen ini.
Melihat ada jendela di ruangan ini, Rai menghampiri jendela dengan hati-hati karena dia takut ada sesuatu yang muncul membahayakannya. Kewaspadaan harus ada di situasi seperti ini, karena dia benar-benar tidak tahu di mana dan bagaimana tempat yang dia injak sekarang.
“Sebenarnya tempat apa ini?!“
Di luar apartemen ini, banyak gedung-gedung yang menjulang tinggi, namun terlihat sepi dan berantakan. Semua kendaraan yang ada di jalan besar di depan apartemen ini terjungkal terbalik, juga gedung-gedung belasan lantai bahkan puluhan lantai terlihat telah menjadi tempat bagi tumbuhan hidup. Gedung di sini telah diselimuti oleh tanaman hijau seperti lumut, tanaman rambat dolar, dan english ivy. Banyak sekali bangunan yang rusak dan bongkahan bangunan jatuh ke jalan.
Seperti tempat ini telah ditinggalkan dan tidak ditempati lagi oleh manusia beberapa tahun lamanya. Sangat hening dan sepi, tanpa terdengar ada satu makhluk yang hidup dan bergerak di daerah ini selain dirinya.
“Apa-apaan ini!“
Tubuh Rai jatuh di lantai dan dia merangkak dengan panik menjauh dari jendela.
Matanya melebar, tatapannya tertuju pada jendela ini, jantungnya kali ini kembali berdetak lebih cepat.
“Apakah aku sendirian di sini?“
“Siapa yang memindahkanku ke sini? Apa salahku? Kenapa hidupku seperti ini?“
Rai duduk di lantai sambil menatap kosong ke lantai yang kotor ini. Dia sungguh tidak mengerti kenapa hal yang aneh seperti ini terjadi kepadanya.
“Apakah hidupku kurang menyedihkan? Apakah semua hinaan dan penyiksaan yang telah aku terima itu masih kurang?“
“Apa kesalahanku? Kenapa seseorang mengirimku ke tempat ini? Apakah DIA ingin melihat hidupku menjadi semakin suram?“
“Aku sama sekali tidak mengerti dengan semua ini…”
Keluhan tentang hidupnya sedikit dikeluarkan oleh Rai, dia benar-benar muak dengan kehidupan ini. Rai mengira dia akan terlahir kembali jika benar dia akan mati, ternyata bukan sama sekali, sekarang dia dipindahkan secara paksa dengan tubuh yang sama dari dunia sebelumnya.
Dia melakukan kesalahan karena telah berharap.
Bangun perlahan dengan gerakan yang lemah, dia berdiri dengan kepala tertunduk ke bawah.
“Persetan dengan semuanya! Aku sudah lelah hidup di dalam kesedihan dan kesepian…”
“…Aku pastikan hidupku di dunia ini akan menjadi menyenangkan!“
Rai mengangkat kepalanya berkata penuh semangat, kilatan semangat terlintas di matanya.
Dipikir lagi olehnya, kesedihan itu benar-benar tidak berguna, dia merasa bahwa terlalu sering menikmati kesedihan membuat dirinya semakin nyaman dan betah hidup penuh akan kesedihan, itu bukanlah sesuatu yang ia inginkan.
Dia menginginkan sebuah kehidupan yang penuh kebahagiaan. Rai berambisi untuk membuat kebahagiaanya sediri, sekarang dia tersadar jika dia menginginkan suatu hal dia harus berusaha dan jangan meminta.
Jangan menunggu kebahagiaan itu datang dengan sendirinya dan kamu diam tanpa berusaha, harapanmu pasti akan sia-sia.
Menyesuaikan mentalnya dan psikologisnya, dia berbalik kembali melihat kerangka yang ada di atas kasur di depannya.
Saat ini rasa penasarannya telah mengalahkan ketakutannya. Rai memberanikan diri untuk mendekati kasur itu, kakinya melangkah perlahan sambil memfokuskan pandangannya pada tulang manusia itu.
“Apa itu?“ Rai melihat sesuatu benda di bawah salah satu tulang lengan kerangka manusia.
“Sebuah kertas?“
Melihat lebih dekat, Rai dapat melihat selembar kertas yang terlipat dan sedikit kotor.
“Haruskah aku mengambilnya?“ Rai bingung harus bagaimana, apakah dia harus mengambil kertas itu atau tidak.
Melihat tempat kertas itu berada di bawah tulang lengan, Rai berasumsi bahwa kertas ini dilindungi oleh orang ini saat masih hidup, karena letaknya sama seperti melindungi hal yang berharga. Bisa saja itu berisi informasi penting mengenai tempat dirinya berada sekarang.
Percaya akan dugaannya, Rai memutuskan untuk mengambil selembar kertas itu.
Mencondongkan tubuhnya, letak selembar kertas itu ada di tengah kasur, jadi dia harus mengedepankan tubuhnya untuk bisa meraih kertas ini.
Tangannya tanpa sadar bergetar saat mengangkat tulang tangan mayat orang ini, dan dia mengambil kertas itu dengan cepat.
Setelah mendapat kertas itu, Rai segera mundur dan berdiri jauh dari kasur.
Melihat selembar kertas yang kotor dan berdebu di tangannya, dia bersiap untuk membuka lipatan kertas ini dan membacanya.
Sejumlah karakter tulisan yang bisa dia baca, ternyata tulisan di kertas ini adalah Bahasa Indonesia.
Minggu, 24 Januari 2022
Sudah tiga minggu lebih aku terjebak di apartemen ini. Aku telah menghabiskan makanan yang aku simpan di kulkas.
Aku benar-benar tidak tahu harus berbuat apa. Pergi keluar dan mencari makanan, tetapi sepertinya hal itu mustahil untuk dilakukan. luar apartemen sana banyak sekali sesuatu makhluk yang mengerikan sedang berkeliaran.
Haruskan aku di sini bertahan dan menunggu pertolongan dari pemerintah pusat?
Sampai berapa lama aku harus menunggu? Listrik telah padam satu minggu yang lalu, pasti semua akan berjalan begitu membosankan tanpa adanya listrik.
Tapi itu tidak terlalu buruk untuk menunggu bantuan pemerintah pusat datang daripada menjadi seperti MEREKA yang menyeramkan itu.
Jika seseorang menemukan catatan ini, dan aku telah berubah menjadi seperti MEREKA di sini tolong bunuh aku secepatnya!
Terima kasih, teman.
-Rehan Faizul
Sebuah catatan dari seseorang, kemungkinan besar ini adalah catatan dari kerangka tulang belulang yang ada di atas kasur ini
Membaca catatan ini membuat Rai sedikit merasa sedih, ternyata orang ini bertahan di apartemen hingga dirinya mati, tetapi dari catatan ini Rai menemukan informasi yang sangat penting.
Sepertinya dunia ini tidak begitu aman seperti yang Rai kira. Jelas sekali catatan ini menggambarkan betapa rawan dan bahayanya di luar sana.
“Apakah dunia ini telah terjadi kiamat atau semacamnya?“
“Lalu apa yang dimaksud dengan kata 'MEREKA' ini?“
“Aku masih kurang mengerti, tapi untuk saat ini aku akan berpegang pada catatan ini.“
“Aku harus berhati-hati jika memang sebegitu berbahayanya dunia ini, seperti apa yang disebutkan pada catatan ini.“
Rai bergumam setelah membaca catatan ini. Dia memutuskan untuk menyimpan catatan ini di kantung celananya.
Omong-omong tentang pakaian, Rai masih mengenakan pakaian saat dia bekerja, yaitu kaos pendek hitam dan celana boxer hitam, terdapat satu saku di celananya.
Mengangkat kepalanya lagi dan menatap kerangka manusia di atas kasur ini, Rai menghela napas berat.
“Ternyata dirimu tidak berubah menjadi seperti MEREKA yang kamu maksudkan, Kawan.“ Rai berkata sambil memandangi kerangka ini.
“Jadi aku tidak perlu membunuhmu. Semoga kamu tenang di alam sana.“ Tambah Rai dengan ekspresi sedikit sedih.
*Bum!
Suara keras terdengar dari salah satu pintu di ruangan ini.
“Suara apa itu?“ Rai mencari-cari sumber suara itu.
*Bum!
Suara itu muncul sekali lagi.
Sontak Rai menoleh ke salah satu pintu, Rai dapat melihat bahwa pintu yang penuh debu di dekat gantungan topi dan pakaian bergetar seperti telah ditabrak oleh sesuatu.
*Bum!
*Bum!
Suara teredam itu semakin keras dan lebih sering muncul, pintu itu bergetar semakin jelas.
“Apa ini! Apa yang harus aku lakukan?!“ Rai mundur beberapa langkah menjauhi pintu itu.
“Apakah itu MEREKA?!“
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Wong kam fung
baimana bentuknya kak tanaman rambat dollar? Aku baru dengar
2022-10-31
1
Rianoir⏳⃟⃝㉉
salah nama thor😂
masih belum move on dari agler kayaknya😁
2022-10-20
1