19. Rencana Gila Keisa

Alara dan Alaisa bersiap-siap ke sekolah. Syafa juga bersiap-siap untuk pergi ke sekolah.

"Pagi sayang." Ucap Alara sembari mencubit pipi Syafa yang sedang duduk di kursi meja makan.

"Pagi juga kak Ara." Jawab Syafa sembari tersenyum.

"Bibik udah siapin sarapan non. Makan dulu sebelum pergi sekolah ya non." Ucap bibik ke Alara.

"Iya bik." Jawab Alara sembari duduk kemudian disusul Alaisa.

"Pak Kedi...?" Panggil Alara.

"Ya non." Jawab pak Kedi sembari datang menghampiri Alara.

"Hari ini, Syafa biar aku aja yang antar ke sekolah ya pak." Pinta Alara.

"Baik non." Jawab pak Kedi. Kemudian berlalu pergi.

Syafa sangat senang. Karena sekarang Alara ada waktu untuk mengantar dirinya ke sekolah. Mereka sudah selesai sarapan. Alara mengantar Syafa ke sekolah. Ditengah perjalanan Syafa berkenalan dengan Alaisa dan bercerita banyak tentang hal lucu. Pagi ini, kehidupan Alara sangat menyenangkan. Mereka tidak henti-hentinya tertawa karena kelucuan yang dibuat Syafa. Karena Syafa anaknya memang periang dan suka bercanda.

Syafa sampai di sekolah. "Hati-hati ya sayang." Ucap Alara sambil mencium pipi Syafa.

"Ya kak Ara. Kakak juga ya." Jawab Syafa sambil memeluk Alara.

"Dada Syafa." Alaisa melambaikan tangannya ke arah Syafa.

"Dada kak Lala. Syafa titip kak Ara ya kak." Teriak Syafa dari jauh sembari juga melambaikan tangan dan mengedipkan satu matanya.

"Gemas." Ucap Alara dan Alaisa bersamaan. Kemudian lanjut mengendari mobilnya menuju sekolah.

Masih ada waktu 10 menit sebelum bel masuk kelas untuk ujian berbunyi. Alara dan Alaisa, mengajak Akara untuk bertemu sebentar.

Mereka minta keterangan tentang siapa teman yang dimaksud Akara lanjut sekolah keluar negeri waktu itu. Akara menjelaskan, kalau itu kakaknya dan sudah seperti sahabat bagi dirinya. Kalau soal Shafan dia juga nggak tahu. Alaisa merasa kecewa, karena ternyata itu bukan Shafan.

Tringgg

Bel masuk telah berbunyi. Mereka lanjut ujian. Dan selesai ujian, Alara tidak pulang bareng sama alaisa. Alara ada urusan dengan Akara.

Alara pergi duluan meninggalkan Alaisa sendiri. Kaisa mendekat ketempat duduk Alaisa.

"Apa maksud lo..., tarok surat ini di tas gue...! Lo ngancam gue...? Lo berani laporin gue ke kepala sekolah...? Emang lo punya bukti...?" Banyak lontaran pertanyaan dari Kaisa.

"Gue nggak tulis itu. Mungkin orang yang lo bully lainnya, kirim surat itu buat lo." Tegas Alaisa.

"Lo jangan ngelak. Jelas-jelas di sini ada tulisan nama lo." Bentak Kaisa.

Kaisa memberi kode kepada mauli dan Katra. Mereka kembali membawa Kaisa ke beskem nya. Tapi bedanya sekarang, Alaisa didudukan di kursi. Tangan dan kaki Alaisa di ikat dan mulutnya di kasih perban. Kaisa mencoret-coret wajah Alaisa dengan spidol hitam.

"Lo tambah cantik seperti itu." Ucap Kaisa sambil tertawa.

Kaisa menyuruh Katra untuk foto wajah Alaisa yang cemong. Dan membuka perban mulutnya.

"Lo benar-benar uda nggak waras!" Teriak Alaisa.

"Apa lo bilang...? Nggak waras." Tanya Kaisa sambil menarik rambut Alaisa.

"Oke!!" Sambung Kaisa, sambil mengambil sesuatu di dalam lemari tempat beskemnya.

Kaisa memegang pisau di tangannya. Kemudian mendekatkannya perlahan ke leher Alaisa.

"Lo bilang gue nggak waras kan....? Ayok kita lihat seberapa nggak waras nya gue dimata lo." Ucap Kaisa sambil kembali memainkan pisau di tangannya.

Alaisa mulai tegang. Katra dan mauli juga ikutan tegang. Mereka berusaha untuk membujuk Kaisa agar jangan sampai melakukan hal yang nekat.

"Lo berdua tenang aja. Gue, nggak segila itu. Gue cuman gertak ni babu satu." Jawab Kaisa.

"Sekarang kita pergi aja yok kai!" Pinta Katra dan mauli bersamaan.

Kaisa kali ini menuruti permintaan kedua temannya itu. Dia pergi meninggalkan Alaisa dalam keadaan terikat.

Tak lama setelah Kaisa pergi, Alara dan Akara datang secara bersamaan.

"Lo nggak papa kan la...?" Tanya Alara sambil membantu Akara melepas ikatan Alaisa.

"Ya gue nggak papa." Jawab Alaisa berusaha tenang.

"Leher lo berdarah la!" Alara mulai panik dan mencari sapu tangan di tasnya.

"Oo..., mungkin tergores dikit waktu Kaisa deketin pisau ke leher gue Ra." Jawab Alaisa dengan tenang.

"Untung nggak dalam. Kan udah gue bilang, rencana ini berisiko. Kaisa itu benar-benar sadis." Tukas Alara kesal.

"Harusnya nama gue aja tadi yang ditulis di kertas itu." Sambung Alara lagi dengan menyalakan dirinya.

"Udah. Kamu jangan salain diri kamu sendiri dong Ra." Timpal Akara.

"Ya Ra, udah. Kan gue juga nggak kenapa-kenapa Ra." Ucap Alaisa sambil memeluk Alara dan tersenyum.

...Bersambung...

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!