7. Gila

*HARI PAPA ALARA DIMAKAMKAN*

Setelah jenazah papa alah selesai di mandikan dan disholatkan. Alara dan rombongan mengantarkan papa Alara ketempat peristirahatan terakhirnya.

Proses pemakaman papa Alara berlangsung dengan lancar. Orang-orang yang datang untuk bela sungkawa sudah mulai meninggalkan pemakaman. Alara masih duduk bersimpuh di makam papanya, air mata Alara tidak berhenti mengalir membasahi pipinya.

"Ra...? Kita pulang yok Ra!" Ucap Alaisa sembari berusaha membuat Alara bergerak dari tempatnya.

Alara masih tetap tidak mau meninggalkan makam papanya.

"Pa" Kata Alara dengan suara tertagun-tagun. "Kenapa si pa, kenapa papa ninggalin Ara sendirian pa. Papa udah janji bakal ada terus sama Ara pa. Papa belum boleh pergi pa. Kata papa weekend kita bakal liburan ke tempat favorit Ara pa." Sambung Alara dengan tersedu-sedu.

Alaisa berusaha terus membujuk Alara sampai Alara mau ikut pulang dengannya.

Akhirnya Alara mau ikut pulang tapi sampai di rumah Alara langsung mengunci pintu kamarnya, dan menyuruh Alaisa untuk pulang aja. Karena Alara butuh waktu untuk sendiri.

Alara membayangkan momen demi momen bersama papanya. Ada satu momen yang membuat Alara semakin merindukan papanya. Momen dimana Alara kalah dalam satu permainan sebagai hukumannya Alara harus bertingkah seperti anak bayi yang ingin minta mainan kodok.😂

Handphone Alara bersenandung menandakan ada panggilan masuk dan cukup lama. Bunyi alunan musik telpon Alara membangunkan Alara dari lamunannya. Ternyata yang baru saja menelpon adalah Akara. Akara bermaksud menagih janji Alara untuk mengikuti permintaannya sesuai yang telah disepakati waktu itu. Alara mengabaikan begitu saja deringan benda kecil ajaib itu dan berlalu meninggalkan rumah menuju suatu tempat untuk menenangkan pikirannya.

Alara sampai di suatu tempat yang indah, tenang, damai dan yang terdengar hanya suara burung-burung dan angin yang saling sahut menyahut. Pemandangan yang indah jika dilihat dari tempat ketinggian. Alara berteriak dari atas, dan melupakan semua rasa kecewa marah, kesal, sedih dan penyesalannya.

Terdengar langkah kaki perlahan mendekati Alara.

"Pemandangannya indah ya." Ucap seseorang dari belakang Alara.

Alara menoleh kebelakang dengan wajah kaget.

"Lo...?" Ucap alara dengan nada datar sembari membalikan tubuhnya ke arah pemandangan lagi seolah tidak begitu peduli.

"Lo ngapain disini landak...?" Kata Akara dengan tetap cool. "Sendirian, cewek lagi." Sambung Akara.

"Landak? Landak pala lo. Nama gue ANAKARALA biasa dipanggil A-L-A-R-A" Ucap Alara dengan mengeja namanya. "Emang kenapa kalau cewek sendirian? Bakalan ada orang yang keganggu gitu?" Sambung Alara dengan kesal.

"Biasa aja kali. Nggak usah ngegas gitu. Gue nggak tuli kok." Jawab Akara dengan nada tetap santai.

"Nama panggilan lo nggak nyambung bangat." Ejek Akara sembari tertawa kecil. "Anakarala (sambil berpikir) dari mana datang Alara nya? Seharusnya Arala baru ngambung." Sambung Akara lagi.

"Tahu apa lo sama hidup gue. Nggak usah sok tahu deh lo." Ucap Alara dengan marah tiba-tiba.

Alara belum bisa mengontrol emosinya karena hatinya masih sangat sensitif. Soal panggilan nama Alara, nama itu papa Alara sendiri yang mau anaknya dipanggil dengan sebutan Alara. Makanya Alara sangat marah saat Akara mempermasalahkan soal panggilan namanya yang tidak sesuai.

"Santai dong landak." Ucap Akara sembari menempelkan tangannya di kepala Alara.

"Ii apaan si lo." Timpal Alara melepas tangan Akara dari kepalanya. "Dasar kodok. Jijik tahu nggak." Sambung Alara melangkah pergi.

Langkah Alara terhenti karena ada yang menahan Alara.

"Lo lepasin nggak baju gue! Ucap Alara.

"Lepasin apa?" Jawab Akara berusaha menahan tawa. "Dari pada marah-marah mending lo lihat sendiri deh..., siapa yang pegang baju lo."

Alara menoleh kebelakang. "Sial" mendesis kesal. Kemudian berlalu pergi meninggalkan Akara.

Akara tertawa melihat tingkah Alara. Alara salah duga, dia pikir Akara yang menghentikan langkahnya ternyata ranting pohon bunga yang menghentikan Alara.

Alara sampai dirumahnya. Ada beberapa orang dari kepolisian mengantar mama Alara pulang. Kemudian pergi berlalu meninggalkan rumah Alara.

"Mama" Ucap Alara dengan bingung dan berjalan memasuki rumah.

Mama Alara terlihat sangat pucat dan tak berdaya. Bibik membawa mama Alara ke kamarnya.

"Bik, mama kenapa bik...?" Tanya Alara pada bibik.

"Pulang-pulang dari kantor polisi nyonya uda seperti itu non." Jawab bibik.

"Mama udah bebas bik?" Tanya Alara lagi.

"Udah non. Pengacara nyonya berhasil membuktikan kalau nyonya tidak bersalah non." Jawab bibik.

"Ya udah bik." Kata Alara berlalu meninggalkan bibik dan berjalan menaiki tangga.

Alara memasuki kamar mamanya sembari duduk disampingnya dan mama Alara terbaring di kasur dengan mata tertutup.

"Ma..., kenapa mama jadi seperti ini sekarang ma. Banyak hal yang ingin Alara tanyakan sama mama ma! Kenapa waktu itu mama marah-marah ke papa ma? Apa alasannya ma? Ucap Alara dalam hati." Air dari mata yang indah itu terus saja mengalir jatuh membasahi pipi mama Alara.

Mama Alara bangun dan melihat Alara yang sedang menangis.

"Al...?" Ucap mama Alara.

"Mama." Ucap Alara dengan terkejut. Karena mamanya sudah bangun.

Mama Alara memeluk Alara dan meminta maaf pada Alara.

"Maafin mama Al! Mama tahu mama banyak salah dan tidak begitu sering menghabiskan waktu selama ini sama kamu Al." Ucap mama Alara dengan penuh penyesalan.

"Soal itu Alara udah maafin mama." Jawab Alara dengan masih ada rasa kesal dihatinya sembari melepaskan pelukan mamanya.

"Makasih sayang." Ucap mama Alara kembali memeluk Alara.

"Tapi ada hal yang harus mama jawab ma dan Alara butuh jawaban itu dengan jujur dari mulut mama langsung ma!" Kata Alara dengan tegas, dengan wajah menunggu jawaban mamanya.

"Kamu mau tanya soal apa Al?" Jawab mama Alara sedikit khawatir.

"Hal apa yang membuat mama dan papa sampai bertengkar sehebat itu ma?" Kata Alara.

Mama Alara hanya diam tanpa bergeming sedikitpun.

"Ma...! Jangan diam aja ma...? Alara butuh jawaban ma. Jangan diam aja ma!" Tukas Alara sudah mulai kesal.

"Kamu nggak perlu tahu apa yang terjadi waktu itu Al." Jawab mama Alara dengan lembut berusaha meredam amarah Alara.

"Tapi kenapa ma? Kenapa Alara tidak perlu tahu. Alara udah besar ma! Alara berhak tahu ma! Mama nggak berhak menutupi itu dari Alara ma." Timpal Alara dengan berusaha mengontrol amarahnya.

Mama Alara tidak menangkapi lagi ucapan Alara sembari kembali berbaring membelakangi Alara.

"Alara benci sama mama! Dari dulu sampai sekarang mama tetap sama. Mama egois dan mama nggak pernah sayang Alara." Alara benci mama! Teriak Alara dan berlari meninggalkan kamar mamanya.

Mama Alara hanya bisa menangis dan menanggung semua beban dipundaknya. Semua ini dilakukan mama Alara juga demi kebaikan Alara.

Alara masuk kamar dan melampiaskan amarahnya pada benda-benda tak bernyawa yang ada dikamar. Kamar Alara seperti Ikan Hiu yang baru saja memuntahkan isi perutnya. Semuanya berantakan. Alara duduk di sudut kamar menangis histeris semalaman.

Mentari sudah terlihat dengan kilauan cahayanya yang indah namun membuat mata tidak sanggup menatapnya.

Alaisa datang ke rumah Alara dan langsung ke kamar Alara.

"Ya ampun Ra!" Teriak Alaisa syok melihat bentukan kamar Alara.

"Ra... (membangunkan Alara dengan lembut). Lo nggak papa kan Ra?" Ucap Alaisa berusaha membangunkan Alara.

Alara bangun dan heran melihat Alaisa sudah ada di kamarnya.

"Dari kapan lo ada disini La...?" Tanya Alara bingung.

"Dari tahun lalu (jawab Alaisa kesal), ya dari barusan la Ra." Timpal Alaisa.

"Ngapain lo kesini gue nggak ngerasa telepon lo." Tukas Alara dengan wajah datar dan menyembunyikan sejuta masalah dari sahabatnya.

"Nggak usah tanya ke gue, apa alasan gue ke sini. Sekarang lo mandi dan buruan siap-siap untuk sekolah."

Sambil mendorong Alara perlahan menuju kamar mandi. Alara menolak untuk pergi ke sekolah.

"Lo mau gue mandi in Ra! (Tertawa kecil meledek Alara). Kalau nggak mau, buruan mandi! Sebelum gue berubah pikiran ini." Timpal Alaisa dengan puas tertawa.

"Iya... iya gue mandi! Bawel lo!" Tukas Alara kesal.

"Cepat ya..., 5 menit harus udah selesai kalau nggak nanti telat Ra!" Teriak Alaisa.

"Hm." Jawab Alaisa dengan malas.

Alara sudah selesai dan bergegas ke sekolah bersama Alaisa. Alara berjalan menuju Mobil sembari melihat kiri kanan, tetapi tidak juga melihat mamanya. Alara dan Alaisa masuk Mobil dan Mobil berlalu meninggalkan rumah Alara menuju sekolah.

Alara sampai disekolah dan menuju kelasnya.

"Gue turut berduka cita ya Ra atas apa yang menimpa Lo." Ucap Kaisa dengan wajah sedih.

"Ya." Tukas Alara dengan wajah cuek.

"Lo mau kemana Ra...? Bentar-bentar gue ada sesuatu buat lo." Ucap Kaisa sambil memberikan kode kepada kedua temannya untuk memberikan kotak pada Alara.

"Apa ni...? Kata Alara sembari mengamati dan mengangkat kotaknya.

"Buka aja, itu hadiah tanda permintaan maaf dari gue." Tukas Kaisa.

Dengan polos dan tampah curiga Alara perlahan membuka kotaknya.

"Aaw." Desis Alara. Sebuah benda dari kotak itu memukul tepat dimata Alara. (Kotak berisi mainan tinju 👊 yang dilengkapi per perekat di dalamnya. Jadi pas kotak dibuka benda itu akan langsung meninju otomatis ).

😂 Kaisa dan teman-temannya tertawa puas. Rencananya berhasil.

"Gimana rasanya enak nggak...?" Ucap Kaisa sambil melihat mata Alara dan kembali tertawa. "Itu balasan untuk lo yang udah berani melawan gue." Sambung Kaisa sembari mendorong Alara.

"Sialan lo!" Bentak Alara dengan memegang kra baju Kaisa kemudian mendorong Kaisa sampai jatuh ke lantai.

"Kali ini lo gue maafkan karena gue tidak ada waktu untuk urus tikus menjijikan seperti lo!" Sambung Alara dan meninggalkan kelas tanpa memperdulikan suara bel masuk telah berbunyi. Alaisa juga ingin mengikuti Alara namun Alara melarangnya, dia ingin sendiri.

Kaisa membuang semua benda yang ada di atas mejanya. Dia tidak terima dengan apa yang telah Alara lakukan padanya. Alara telah mempermalukannya didepan semua orang. Kaisa juga pergi meninggalkan kelas di ikuti kedua temannya.

"Lihat aja, gue bakal balas perbuatan Alara lebih parah dari ini!" Ucap Kaisa dengan marah sembari merapikan bajunya di Toilet.

"Benar kai! Lo nggak boleh diam aja." Timpal Katra teman geng Kaisa.

"Tapi gimana cara lo bakal balas perbuatan Alara kai?" Tanya mauli teman geng Kaisa satu lagi.

"Lo tenang aja, gue udah ada rencana yang pastinya bakal buat Alara makin hancur". Ucap Kaisa dengan wajah liciknya.

"Kemon girls." Sambung Kaisa sembari meninggalkan Toilet di ikuti Katra dan Mauli.

'KKM KECew' (Killer Kejam Manja Kece). Ya itu la nama geng mereka. Nama geng yang menggambarkan sifat ketua gengnya kece dan manja tapi sadis. Katra dan Mauli teman Kaisa yang selalu menuruti apa kata Kaisa. Bukan seperti teman tapi sudah seperti babu saja, mau disuruh-suruh Kaisa. Tapi mereka berdua tidak pernah menolak seolah-olah sudah terhipnotis dengan Kaisa.

Kisah Alara dimasa itu. Hari tergila dalam hidup ANAKARALA karena masalah datang bertubi-tubi dalam waktu yang berdekatan.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!