Terlihat dari jauh ada Mobil Sport yang siap parkir di parkiran sekolah. Tidak lama keluar sosok pria yang pakai baju rapih, dengan kacamata hitam yang menempel di matanya. Pria tampan dan berkarisma menjadi idola setiap wanita di SMA TUNAS BANGSA dengan tinggi sekitar 178 cm. Siapa yang tidak kenal Akara Lakasmana, yang merupakan anak pengusaha terkaya di Indonesia.
AKARA LAKASMANA identik dengan sifat dinginnya kepada setiap orang, berpendirian, cuek dan paling sensitif jika menyangkut masalah keluarganya.
"Ka... Ka... Akara...!!" Suara seseorang membangunkan Akara dari lamunannya. "Hi... bro... melamun aja." Ucap Shafan sembari mendekap leher Akara dari belakang.
"Hi... bro" Sahut Akara dengan langsung menyodorkan tangannya ke Shafan kemudian mendekapnya sebentar. "Tumben lo rajin ke sekolah, biasanya sibuk dengan urusan bokap lo." Timpal Akara.
"Iya si... tapi gue kan mau refreshing juga Ka." Jawab Shafan sambil mengamati sekelilingnya.
"Refreshing..., di sekolah...!" Timpal Akara dengan ekspresi tidak percaya dengan kegilaan sahabatnya itu. "Gila lo ya..., disekolah itu untuk belajar bukan untuk senang-senang."
"Nggak papa la Ka... selagi masih muda gue Ka." Jawab Shafan dengan tertawa kecil di ikuti senyuman. Senyuman yang bisa membuat para ledis di SMA TUNAS BANGSA melayang seketika.
SHAFAN SANTAKALA. Sosok pria tampan dan bermata agak sipit disertai lesung pipit di pipinya, tingginya sekitar 173 cm. Anak seorang pengusaha batu bara yang terkaya kedua setelah keluarga Akara. Sahabat Akara dari SMP, paling Akara percaya melebihi percaya dia kepada kedua orang tuanya. Shafan identik dengan laki-laki romantis tapi puitis yang punya beribu gombalan di kepalanya.
Akara dan Shafan sedang menikmati duduk di taman dekat pohon rindang yang menyejukkan. Tiba-tiba... Jreeng..., terdengar bunyi seseorang yang terjatuh tepat di belakang bangku Akara dan Shafan.
"Aduu... sial gue." Terdengar suara seseorang yang merintih kesakitan sambil nyoce.
"Ngapain lo di atas pohon...?" Tanya Shafan ke Pakara. "Kayak nggak ada kerjaan aja lo." Sambung Akara.
"Gue... (sedikit bingung) lo bicara sama gue...?" Pakara balik bertanya sambil menunjuk kearahnya.
"Iya lo... do dol...! siapa lagi coba." Kata Shafan.
"Emang masih ada mahluk lain selain kita disini?" Timpal Akara sambil memukul Pakara yang masih kesakitan.
"Hahha... siapa tahu bukan gue kan." Jawab Pakara. "Siapa tahu ada dedemit di dekat sini." Sambil tertawa cekikikkan disambung dengan menepuk-nepuk dada karena ketawa yang susah di hentikan.
"Garing lo." Timpal Akara dan Shafan bersamaan diikuti dengan tertawa kecil. Karena melihat tingkah konyol sahabat dia yang satu itu.
PAKARA ANTARSONO. Sosok pria kocak dan humoris dengan paras yang hitam manis, tinggi kisaran 169 cm. Suka melucu tapi selalu garing. Lengkap sudah persahabatan mereka dengan adanya kehadiran Pakara. Anak seorang pengusaha kerajinan tangan kecil-kecilan. Sahabat Akara dari SMP, paling bisa sedikit menghibur Akara dengan kekonyolan yang di buatnya.
Tiga sifat yang sangat berbeda disatukan karena landasan persahabatan. Paket komplit yang satu dingin sedingin es di kutub utara, yang satu tebar pesona dengan ketampanan dan gombalan mematikan. Dan yang satu pecicilan. Jika dijadikan menjadi satu orang maka akan menjadi orang yang mendekati sempurna untuk di jadikan pasangan hidup. Karena semuanya ada pada dirinya.
Tringgg
"Udah bel tu." Kata Pakara. Masuk kelas yuk...!" Ajak Pakara sambil memain-mainkan jarinya ke dalam lobang hidungnya untuk menggeluarkan si upil yang bersarang lumayan banyak di rongga hidung Pakara.
"Iiii... benar-benar aneh ya lo Par." Kata Shafan sambil agak menjauh dari Pakara.
"Sekarang jadi masuk nggak, nanti dihukum lagi lo." Timpal Pakara setelahnya, sembari melihat disekelilingnya.
"Lo masuk aja duluan sama Shafan. Gue disini dulu." Sahut Akara.
"Ya udah. Gue duluan ya Kar." Timpal Shafan. "Jangan lama-lama ngelamunnya, nanti ke sambat penghuni pohon lo...!" Sambung Pakara.
Selepas kepergian mereka, Akara melihat dua wanita cantik yang tengah menangis secara bersamaan di tempat duduk taman di depan kirinya Akara.
Itu Alaisa dan Alara yang habis menangis karena masalah keluarga Alara. Akara melihat mereka pergi meninggalkan taman dan menuju kelas XI IPA 1. A. Setelah melihat Alara dan Alaisa pergi, Akara pun ikut pergi dengan mata yang masih memandang kearah Alaisa dan Alara, sampai mereka masuk kelas, baru Akara menuju kelasnya XI IPS 1.A, dengan wajah Akara yang menunjukan masih penasaran dengan wanita yang dilihatnya tadi.
Akara sampai dikelas. Dalam kelas Akara tidak menghiraukan siapa pun, yang terlintas dipikirannya masih sama. Akara penasaran dengan wanita cantik yang dilihatnya tadi di taman.
Sepertinya Akara jatuh cinta pada pandangan pertama tetapi tidak tahu dia sukanya ke siapa, ke Alaisa atau ke Alara.
Tringgg
Suara bel tanda pulang berbunyi. Shafan dan Pakara menghampiri Akara.
"Woii... lamun aja." Suara Shafan membuat Akara kaget.
"Pulang yuk." Ajak Pakara. "Habis itu kita lanjut main basket tempat biasa." Timpal Pakara lagi.
"Lo berdua pergi aja dulu. Gue ada urusan." Jawab Akara
"Gitu aja terus lo Ka..., galau mulu. Nggak asik lo Ka." Ucap Shafan
"Jangan-jangan lo benar ke sambat Ka." Sambung Pakara sambil periksa jidat Akara.
"Apaan si lo berdua." Jawab Akara. "Udah pulang aja dulu, nanti gue nyusul ke lapangan basket." Timpal Akara sambil berlari lebih dulu keluar kelas.
"Woii mau kemana lo Kar..., gila ya tu anak." Ucap Pakara
"Udah pulang." Kata Shafan sambil mendorong Pakara untuk berjalan. "Mungkin dia lagi jatuh cinta." Timpal Shafan setelahnya.
"Akara...!! jatuh cinta...!! kalau benar berarti benar-benar udah mau kiamat ni dunia Fan." Ucap Pakara sambil geleng-geleng nggak percaya.
Shafan dan Pakara sudah pulang. Sementara Akara masih lihat ke kiri ke kanan dan ke kiri lagi dan ke kanan lagi. Udah kayak tukang parkir aja, lihat kiri kanan agar mobil orang yang parkir nggak nabrak.
Cukup lama Akara menoleh ke kiri dan ke kanan. Akhirnya yang dia cari terlihat juga. Akara melihat Alaisa, Alara dan Kaisa sedang membersihkan kolam renang.
Akara terus mengamati mereka sampai satu tragedi terjadi. Alara hampir jatuh ke kolam renang tapi untuknya seorang pemuda tampan berhasil mendekapnya.
Pria tampan itu Akara, dia dengan gercep menangkap Alara. Terucap kata sorry dengan spontan oleh Akara. Karena iya tidak bermaksud memeluk Alara. Tujuannya hanya membantu agar Alara tidak tercebur ke kolam.
Alara sontak kaget dan terpesona dengan ketampanan Akara. Sampai lupa mengucapkan terima kasih pada Akara.
Akara langsung pergi dengan lagak cool nya sembari memakai kacamatanya.
...Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments