Ketika Alara dan Akara sedang asik bercerita sembari memakan pop mie, seorang gadis kecil tiba-tiba sampai dihadapan Akara dengan napas yang masih tersengal-sengal. Anak itu sepertinya habis berlari dari tempat yang lumayan jauh dari taman.
"Dek, kamu kenapa...?" Tanya Akara sambil memegang pundak adek itu.
"Kak, tolong aku kak." Ucap adek itu sembari menangis dan merapatkan kedua tangannya.
"Iya ada apa dek." Jawab Akara sambil menghapus air mata gadis kecil itu.
"Jangan menangis, kita berdua pasti bantu semampu kita dek." Timpal Alara.
"Bantu bawa mama saya ke rumah sakit kak. Mama tadi masih bangun kak. Tapi sekarang udah ditutup matanya." Ucap gadis kecil yang kira-kira berusia delapan tahun.
Akara dan Alara kemudian langsung berlari mengikuti kemana arah gadis kecil itu berlari. Dia menuju rumah yang terbuat dari kardus dan kelihatan sudah tidak layak untuk ditempati lagi. Akara dan Alara kemudian langsung membawa ibu gadis kecil itu ke rumah sakit. Sewaktu ibu gadis itu diperiksa, Alara dan Akara bertanya pada gadis kecil itu.
"Nama kamu siapa dek...?" Tanya Alara pada gadis kecil itu sambil tersenyum.
"Syafa kak." Jawab gadis kecil yang manis itu dengan lembut.
"Papa kamu kemana dek...? Dari tadi kakak hanya lihat Syafa sama mama." Sambung Akara sambil tersenyum.
"Papa sudah lama pergi ninggalin kami kak. Waktu itu kata mama, Syafa masih terlalu kecil. Jadi Syafa nggak tahu seperti apa wajah ayah Syafa. Dan kata ibu, dulu kita nggak tinggal di rumah kardus itu kak, karena ditinggal papa, mama jadi kurang sehat. Dan nggak bisa kerja lagi. "
"Memang mama Syafa sakit apa...?" Tanya Alara.
"Kata mama nyeri perut aja kak. Syafa nggak tahu mama sakit apa. Dan selain mama nyeri perut, sikap mama kadang juga suka berubah-rubah kak. Kadang marah-marah aja, kadang menangis aja." Syafa bingung sama sakit mama kak. Jawab Syafa dengan wajah polosnya.
"Kalau mama nggak kerja, selama ini siapa yang biayain untuk kebutuhan Syafa dan mama...?" Timpal Akara.
"Syafa kerja di pasar kak." Jawab Syafa .
"Kerja apa di pasar dek...? Tanya Alara.
"Bantu kupas kulit bawang yang mau digiling kak. Kalau udah selesai nanti Syafa digaji 5000 kak dan tambah satu bungkus nasi kak." Jawab Syafa.
"Seperti itu di gajinya setiap hari dek...? Timpal Akara.
"Iya kak setiap hari. Itu udah cukup untuk Syafa dan mama kak. Syafa sangat bersyukur ada yang mau memperkerjakan Syafa kak." Jawab Syafa.
"Syafa dewasa bangat dek." Ucap Alara (Sambil memeluk Syafa).
Dokter keluar dari ruang UGD.
"Mohon maaf dek. Orang tua gadis kecil ini sudah tidak bisa kami bantu selamatkan. Karena penyakit gagal ginjal yang diderita beliau sudah sangat parah. Ditambah lagi dengan penyakit gangguan mental yang dideritanya."
Mendengar ucapan dokter itu, Syafa langsung berlari dekat mamanya. Syafa menangis dan berbicara pada mamanya. Kalau mama sudah tidak ada lagi, dia tinggal sama siapa dan nggak tahu harus bagaimana. Akara dan Alara berusaha menenangkan Syafa.
Kisah Syafa menyadarkan Alara dari lamunannya. Dia tidak jadi tidur siang. Alara tiba-tiba langsung berlari keluar kemudian mengendarai mobil menuju pemakaman. Alara menghampiri anak kecil yang sedang berdiri di makam mamanya, di temanin sama bibik Alara. Alara minta maaf pada Syafa karena terlambat datang ke pemakaman mamanya. Syafa tidak mempermasalahkan hal itu. Justru Syafa sangat berterima kasih pada Alara karena sudah mau menampung dirinya untuk tinggal bersamanya.
Alara mengajak Syafa untuk pulang, dan istirahat. Karena dari kemaren Syafa terus saja menangis sampai kurang tidur.
Malam itu waktu dinyatakan mama Syafa meninggal, Alara membawa Syafa ke rumah untuk tinggal bersamanya. Sampai di rumah Alara menyerahkan Syafa pada bibik untuk dijagain. Baru setelah itu Alara dapat kabar dari Alaisa tentang apa yang menimpa Alaisa. Dan Alara langsung menuju lokasi tempat Alaisa disekap.
...Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments