13. Dengan Dia 1

Alara sampai di rumah setelah selesai menghadiri acara pemakaman ibu Alaisa.

Mama Alara kalau siang hari tidak pernah terlihat di rumah. Semenjak papa Alara meninggal mama Alara selalu pulang malam dan terkadang bisa pulang subuh. Kalau tidak ada kegiatan diluar, Alara sendirian di rumah, walaupun masih ada bibik dan satpam Alara di rumah tidak bisa mengantikan sosok orang tua bagi Alara. Alara seperti hidup sebatangkara. Tidak ada tempat untuk berkeluh kesah. Hal itu terkadang membuat Alara malas berlama-lama di rumah.

Alara berjalan menaiki tangga menuju kamarnya. Alara beres-beres, setelah itu bersiap untuk tidur siang.

Alara membayangkan kembali hari dimana dia terlambat menolong sahabatnya. Rasa penyesalan masih terus membayanginya. Andai waktu itu dia tidak pergi menemui Akara mungkin dia masih sempat menghentikan penculikan Alaisa.

'Kilas balik'

Malam itu Alara sudah menelpon dan chat Alaisa kalau dia mau ke rumah Alaisa untuk bertanya kenapa dia kemarin pulang sekolah duluan. Kenapa tidak tunggu Alara seperti biasa. Padahal kenyataannya Alaisa tidak pulang duluan, dia di bully 'KKM KECew'. Tapi Alara tidak mengetahui hal tersebut.

Siangnya Alara langsung ke rumah Alaisa, tapi rumah Alaisa sudah terkunci dan sudah tidak ada orang. Alara menelpon dan chat Alaisa tapi tetap tidak dibalas karena Alaisa masih kesal dengan Alara karena Alara tidak peka dengan bukti yang telah dia tinggalkan untuk membantunya kemaren.

Karena udah agak lama Alara menunggu di rumah Alaisa, akhirnya Alara pulang kembali ke rumahnya. Alara sebenarnya sudah terlambat datang ke rumah Alaisa karena Alaisa udah lebih dulu pergi dengan Shafan untuk dinner.

Alara baru sampai di rumah, tapi ketika baru ingin melangkah memasuki rumah, telpon Alara berdering dan dengan cepat Alara langsung mengangkat telponnya. Alara pikir itu Alaisa ternyata Akara.

"Hello La..., lo kemana aja gue nunggu telpon lo dari tadi!" Ucap Alara dengan lega dan kesal.

"Ini gue Landak...." Jawab Akara (dengan nada meledek).

Spontan Alara melihat layar hpnya "kodok...!" (Berucap dalam hati). "Ngapain L... lo.. nelpon gue...?" Sambung Alara mulai terbata-bata.

"Lo lupa...? Tapi sekarang kita bakal ketemuan, kita bahas yang disekolah kemarin. Gue butuh jawaban lo Ra. Apapun jawaban lo gue terima, ya walaupun gue tetap berharap lo jawab iya Ra." Jawab Akara dengan lembut dan tetap berusaha santai.

Alara lagi berpikir bagaimana cara dia menjawab pertanyaan dari Akara. Dia bimbang. Akhirnya memutuskan untuk pergi menemui Akara.

"Ya... udah gue bentar lagi ke sana. Lo tunggu aja." Tukas Alara.

"Oke... gue selalu sabar menunggu lo Ra!" Jawab Akara.

Alara memutuskan telpon Akara dan kemudian bergegas ke kamar untuk ganti baju. Kemudian pergi ke tempat favorit Alara yaitu di puncak.

Alara sampai di puncak, tapi waktu mau turun dari mobil, Alara ragu-ragu mau bertemu dengan Akara. Jantung Alara berpacu dengan sangat cepat. Alara mengatur napasnya kemudian meyakinkan diri untuk menemui Akara.

"Ra...." (Teriak Akara ketika melihat Alara berjalan menghampirinya sembari tersenyum).

Alara sampai di dekat Akara tapi Alara hanya melihat pemandangan yang indah. Dan berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Gue suka bangat tempat ini, pemandangannya bagus." Kata Alara sembari menutup mata dan tersenyum.

"Iya... indah sekali ciptaan Allah." Timpal Akara tersenyum sembari melirik kearah Alara.

Alara jadi salting di tatap akara.

"Jadi gimana Ra... ?" Tanya Akara sambil melihat ke arah Alara.

"Ya gitu... Alaisa masih belum jawab telpon gue." Jawab Alara santai.

"Alaisa...?" Ucap Akara bingung.

"Iya... kayaknya Alaisa lagi marah sama gue, soalnya waktu pulang kemaren dia nggak nunggu gue. Nggak balas pesan gue dan bahkan nggak jawab telpon gue. Nggak bisanya dia seperti itu." Crocos Alara melenceng dari topik pembicaraan.

Akara berusaha mengerti situasi Alara. Dan berusaha memberikan masukan untuk Alara, agar dia tidak terlalu khawatir.

"Gue yakin Alaisa pasti baik-baik aja Ra. Mungkin waktu itu dia lagi ada perlu. Makanya nggak nunggu lo pas pulang sekolah. Lo tenang aja, kalau nanti dia udah ada waktu pasti ngabarin lo Ra." Kata Akara.

"Iya sih..., tapi tetap aja sikap Alaisa itu aneh dari biasanya. Gue tahu gimana Alaisa, bagaimanapun sibuknya dia, dia selalu kabarin gue. Kita itu udah kayak saudara. Gue maupun Alaisa nggak bisa dipisahkan. Kita itu satu paket. Gue butuh Alaisa dan Alaisa juga butuh gue untuk menghadapi semua masalah dalam hidup kami yang datang bertubi-tubi. Gue memang kelihatan cuek kalau bersama Alaisa. Tapi dibalik sikap cuek gue itu, gue sayang bangat sama dia. Makanya Alaisa nggak balas chat gue aja gue udah sedih, apalagi kalau sampai ribut, nggak tahu gue harus apa." Curhat Alara mengalir begitu saja.

Akara kagum dengan Alara. Dia semakin yakin tidak salah jatuh cinta sama Alara. Karena sifat seseorang itu tidak bisa dilihat dari penampilan luarnya saja. Contohnya Alara berbeda dengan sikapnya yang cuek dan terkesan tidak perduli dengan sekitar. Padahal di dalamnya, hati Alara sangat lembut dan penuh kasih sayang.

"Ya udah...." Ucap Akara (Sambil mencubit lembut hidung alara). "Sekarang ikut aku yuk...! Kita isi perut dulu habis itu baru lanjut cerita lagi. Oke...." sambung Akara sembari mengacungkan jempol.

Akara memegang tangan Alara untuk mengikutinya menuju suatu tempat.

"Kita makan disini aja ya Ra." Pinta Akara sambil melirik ke Alara.

"Umm... ya udah. Terserah lo aja." Jawab Alara berusaha tetap santai. Padahal didalam hati, jantung Alara sudah serasa berdisko. Karena menahan perasaannya pada Akara, dan Akara masih terus saja menggandeng tangan Alara. Membuat perasaan Alara semakin nggak karuan.

Mereka sudah duduk dimeja yang dipilih Akara. Alara masih melamun.

"Udah boleh pesan kok Ra." Ucap Akara sambil memukul lembut pundak Alara dan tersenyum.

"Umm... ya...." Jawab Alara spontan.

Akara tertawa kecil dengan tingkah Alara. Dan Alara jadi makin grogi.

"Gue pesan apa yang lo pesan aja." Ucap Alara sambil melirik ke Akara.

"Jadi ceritanya sekarang kita udah sehati ni...?" Ucap Akara menggoda.

"Ii apaan si lo... Gue lagi bingung aja mau makan apa." Tukas Alara dengan wajah menyembunyikan senyum bahagianya.

Akara terus tersenyum dengan tingkah Alara. Ya... walau marah sekalipun itu tetap kelihatan lucu bagi Akara.

Makanan sudah datang. Mereka berdua makan tanpa ada yang bersuara. Sepertinya terlalu lapar atau mungkin memang bingung aja mau ngomong apa lagi.

"Ka...." Panggil Alara lembut.

"Ya Ra." Jawab Akara dengan senyuman.

"Lo benar-benar suka sama gue...?" Tanya Alara.

"Iya." Tegas Akara.

"Apa yang lo suka dari gue...?" Tanya Alara lagi. "Lebih banyak yg cantik dan sempurna dari pada gue!" Tegas Alara lagi.

"Lo udah lebih dari sempurna bagi gue Ra. Nggak perlu gue jelaskan panjang lebar. Intinya gue benar-benar cinta sama lo Ra." Tegas Akara sembari memegang tangan Alara.

"Jadi gue tanya sekali lagi sama lo Ra. ANAKARALA apa lo juga cinta sama gue...?" Sambung Akara.

"Gu... Gu... Gue." Ucapan Alara terputus-putus.

"Gue nggak mau..., (Tersenyum) Kalau nggak mencoba untuk menjalani hubungan samo lo Ka."

"Itu artinya, lo mau jadi pacar gue Ra...?" Tanya Akara untuk meyakinkan diri.

"Ya..., Gue mau." Jawab Alara dengan tersenyum lega.

Spontan Akara memutar tempat duduknya membelakangi Alara. Dan mentos kan dua tangannya sendiri karena kesenangan.

Alara tertawa melihat tingkah Akara.

Mereka sudah selesai makan. Dan waktu sudah menunjukan masuknya sholat ashar. Suara azan berkumandang.

"Udah ashar Ra. Sholat dulu ya Ra." Pinta Akara

"Umm...,ya udah, ayok." Jawab Alara sambil berdiri dan menuju mushollah cafe.

Mereka berdua melangsungkan sholat ashar dan setelah selesai mereka lanjut pergi menghabiskan waktu berdua, sebelum masuk waktu magrib.

Mereka mengunjungi banyak tempat wisata. Mereka pergi ke danau sebentar, naik perahu, dan foto-foto. Pergi ke mall beli baju couple, gelang caople, sapatu warnanya juga caople dan main diwahana lantai atas yang ada di mall. Hampir semua permainan mereka mainkan. Waktu magrib masuk, mereka sholat di mushollah mall.

Selesai ke mall Alara dan Akara memutuskan untuk menghabiskan waktu di taman.

Alara naik ayunan kayu yang sudah lumayan tua umurnya. Dan Akara juga duduk di ayunan sebelah Alara.

Mereka saling bercanda satu sama lain. Alara memesan pop mie di pedagang kaki lima yang ada di taman, sambil bercerita kejadian lucu dimasa kecil mereka. Walaupun alara berasal dari keluarga berada, dia sangat bersosialisasi baik dengan lingkungan sekitarnya. Dia tidak pernah memandang rendah seseorang.

Bagi Akara makan dipinggir jalan itu pengalaman pertama baginya. Tapi kalau soal bersosialisasi dengan masyarakat kalangan bawah, Akara sudah lumayan sering membantu mereka yang butuh bantuan. Walaupun disekolah dia terkenal dengan sikap dinginnya tapi kalau sudah bersosialisasi dengan masyarakat kalangan bawah, esnya mencair. Akara menjadi sangat rama dan lembut sekali. Seketika tampang dinginnya hilang. Seperti bukan Akara. Hal ini yang belum banyak diketahui orang tentang Akara.

...Bersambung...

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!