4. Sekeping Percikan Masa Lalu

Alara tersadar dari lamunannya dan kembali melanjutkan membaca buku yang berjudul Uhibbuka Fillah. Buku edisi kedua, dari sambungan buku dia sebelumnya. Buku yang selama ini ingin dia baca namun belum ada waktu luang untuk membelinya. Buku yang menyimpan sekeping kenangan dimasa lalu Alara. Buku yang bukan sekedar buku bagi Alara karena menyimpan sejuta rahasia besar disebagian hidupnya.

Disela membaca buku, Alara ketiduran dan paginya telat sholat subuh. Jangan heran kalau Alara sikapnya masih belum berubah, karena dia lagi proses belajar dan belum sepenuhnya hijrah. Ada alasan dimasa lalu kenapa Alara satu tahun belakangan ini memutuskan untuk mengenakan Niqab. 

Semuanya masih penuh dengan Teka-Teki, apa alasan dan tujuan Alara memutuskan untuk mengenakan Niqab kita belum tahu. Apakah karena ia putus asa dengan kejadian masa lalu, atau karena dia hanya ingin mencoba hal baru, atau karena hal lain. Semua teka-teki ini akan terungkap seiring berjalannya waktu.

"Duh... aku telat lagi. Bisa di marahin lagi nanti sama Pak Salman." (Grutu Alara sambil bersiap-siap untuk berangkat ke kampus).

"Pak Kedi...!" Panggil Alara dengan lembut. "Tolong bukain pagarnya pak." Timpal Alara lagi sambil menghidupkan mobilnya.

"Ya non Alara." Sahut Pak Kedi bergegas membuka gerbangnya. "Udah non (Timpal Pak Kedi lagi)."

"Shukran Lak Sayidi (Terima Kasih Pak)." Ucap Alara dan berlalu pergi.

"Ya non." Jawab Pak Kedi. "Non Alara udah mulai berubah ya. Sekarang lebih lembut dan sekarang ada bahasa arab-arabnya lagi. Sudah satu tahun non Alara bercadar, baru sekarang non Alara bicara dengan bahasa arab dan tambah ramah. Biasanya walaupun bercadar tingkah non Alara tetap seperti biasa. Semoga non Alara tetap istiqomah dan tambah diberi hidayah. Amin." (Pak Kedi berbicara sendiri dengan raut wajah heran dan senang dengan sikap Alara hari ini).

Sampai di kampus, Alara berlari menuju kelas, namun masih terkontrol. Karena dia pakai gamis dan serba tertutup, jadi tidak bisa berlari terlalu kencang.

Pas sampai di depan kelas, dan buru-buru duduk ternyata Pak Salman nggak bisa datang hari ini. Seketika Alara berusaha menahan amarahnya, berusaha meredamnya dengan istighfar.

"Astagfirullahal adzim, Astagfirullahal adzim, Astagfirullahal adzim" Ucap Alara dengan mengusap-usap dadanya untuk bersabar.

"Lala...! Kenapa kamu nggak kasih tahu aku si La...?" Tanya Alara ke Alaisa.

"Udah aku kasih tahu kok Ra. Kamu aja mungkin yang nggak lihat Handphone." Tukas Alaisa melakukan pembelaan.

"Masa sii...?" Dengan ekspresi tidak percaya.

"Iya coba kamu cek aja, kalau nggak percaya." Tukas Alaisa.

"Kok bisa sih aku nggak lihat handphone...!" Grutu Alara (Menahan amarah).

"Makanya jangan telat bangun lagi dong." Ucap Alaisa. "Kamu semalam begadang ya Ra...?" Ucap Alaisa lagi.

"Nggak begadang juga sih... cuman kelelahan aja baca buku." Jawab Alara dengan datar dan santai.

"Baca buku sampai ketiduran...?" Ucap Alaisa nggak percaya. Bukan Alara bangat. "Sejak kapan kamu baca buku sampai segitunya Ra...?" Tanya Alaisa. "Buku apa yang kamu baca sih... jadi kepo juga aku Ra."Sambung Alaisa lagi sambil mencoba memeriksa tas Alara.

"Emang kenapa kalau aku sekarang suka baca buku La...?" Tukas Alara sedikit kesal. "Kan nggak ada salahnya tambah pengetahuan aku La." Sambung Alara lagi.

"Pengetahuan tentang cinta-cintaan...?" Ucap Alaisa sambil mengangkat buku Alara dari dalam tasnya.

"Kamu apa-apaan si La. Masukin lagi dong La...!" Kata Alara sambil mengambil kembali buku dari tangan Alaisa.

"Mencintai mu karena Allah"

Lo lagi jatuh cinta Ra...? Sama siapa...? Apa Lo udah bisa move on Ra...?" Ucap Alaisa dengan melontarkan banyak pertanyaan.

"Iii Lo kenapa sih... nyerocos aja kerjaannya." Timpal Alara sedikit kesal dan menyembunyikan rasa yang kembali bergejolak dalam dadanya.

"Cerita dong sama aku Ra." Pinta Alaisa. "Masa aku sahabat kamu satu-satunya nggak kamu kasih tahu si Ra." Sambung Alaisa dengan wajah berharap Alara mau menceritakannya.

"Nanti kamu juga bakalan tahu La. Tunggu aja." Jawab Alara. "Tunggu..., kamu ngapain masuk kelas Pak Salman La...?" Sambung Alara baru sadar kalau mereka belajar mata kuliah yang sama.

"Ya aku baru ambil mata kuliah ini juga Ra." Ucap Alaisa santai.

"Tapi kenapa...? Ini kan mata kuliah bahasa Arab La...!" Ucap Alara setengah syok. "Apa..., kamu pindah ke jurusan aku La...?" Sambung Alara.

"Ya nggak pindah juga kali Ra. Aku kan jurusan bahasa. Otomatis belajar banyak bahasa dong, ya walaupun hanya dasarnya aja. Jadi semester ini ada mata kuliah bahasa Arab. Makanya aku ambil jadwal yang sama dengan kamu Ra, biar kita satu kelas lagi." Jawab Alaisa sambil tersenyum.

"Oo... gitu La. Aku pikir kamu benar pindah ke jurusan ilmu hadis." Ucap Alara.

"Ya kali Ra. Jurusan bahasa aja udah pusing aku Ra. Gimana mau masuk jurusan ilmu hadis. Tambah pecah otak aku Ra. Kamu kan tahu sendiri, otak aku nggak sehebat otak kamu." Kata Alaisa.

"Iya juga sih." Ucap Alaisa sembari tertawa kecil, meledek alaisa. "Aku pulang dulu ya la, kalau kamu mau di kampus terserah kamu si La." Sambung Alara sambil berlalu meninggalkan ruangan.

"Tapi..., soal buku tadi itu gimana Ra, kapan Ra... (Panggil Alaisa sambil berteriak) Aku penasarannya sekarang Ra." Ucap Alaisa lagi.

Percuma Alaisa berteriak, karena Alara sudah pergi jauh dari ruangan tempat iya belajar.

Beberapa menit perjalanan menuju rumah, sampai di rumah Alara dikagetkan dengan kejutan yang bikin Alara Syok seketika. Karena melihat mamanya sudah kembali ke Indonesia selama dua tahun tinggal di Amerika dan meninggalkan Alara sendiri di Indonesia, di rumah yang besar tetapi tidak ada kehangatan sedikit pun yang terasa jika berada didalamnya.

"Mama." Dengan wajah bingung dan kurang senang dengan kedatangan mamanya.

"Al..., ya ampun ini beneran kamu Alara...?" Ucap mama Alara sembari meraba-raba Niqab yang di kenakan Alara, dengan wajah bahagia dan masih tidak percaya sekarang anaknya sudah memakai Niqab. "Mama ikut bahagia untuk kamu sayang." Sambung mama Alara lagi sambil memeluk Alara dengan erat.

Alara tidak merespon pelukan dari mamanya. "Kenapa pulang ma. Dia kemana, bukan ka dia alasan mama memilih hidup di Amerika biar bebas dari aturan di Indonesia." Ucap Alara sembari melepas pelukan mamanya, lalu berjalan menaiki tangga menuju kamarnya.

"Al... Al... Alara...!!" Terdengar suara teriakan mama Alara dari ruang tengah. "Al... kita bicara dulu nak, mama ingin bicara banyak dengan kamu Al." Sambung mama Alara lagi.

Alara sampai di kamarnya, dia lepas Niqab yang dia kenakan, lalu menghempaskan tubuhnya ke tempat tidur. Alara menangis sejadi-jadinya karena tidak bisa lagi membendung air matanya. Rasa marah, kesal dan sedih berpadu menjadi tidak karuan. Terasa sesak di dada Alara. Sekeping percikan masa lalu mulai menghampirinya. Perlahan dan perlahan. Luka masa lalu yang tidak mau diingat-ingat Alara dan merupakan salah satu ketakutan terbesar Alara sepanjang hidupnya.

...Bersambung...

Terpopuler

Comments

anggita

anggita

👍👌 like aja.

2022-10-22

2

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!