2. Satu Persatu

ANAKARALA

"Hi Ra." Teriak Alaisa Sambil menepuk pundak Alara.

"Yaa La." Jawab Alara dengan lembut namun tetap kaget dengan kedatangan Alaisa.

"Gimana kuliah dengan Pak Salman tadi Ra lancarkan?" Tanya Alaisa dengan ceria.

"Yaa... Alhamdulillah lancar La." Dengan pancaran matanya yang indah diteduhkan oleh Niqab yang menempel di wajah Alara. "Kamu gimana lancar juga kan La?" Timpal Alara lagi.

"Ya... gitu dee Ra." Dengan wajah Alaisa yang terpancar senyuman lebar di bibirnya.

"Si dia gimana kabarnya La?" Tanya Alara sambil menyenggol bahu Alaisa.

"Dii... diaa... siapa?" Alaisa kembali bertanya dengan wajah bingung. "Kamu kali Ra." Timpal Alaisa sambil memegang wajah Alara dengan gemas.

"Kok jadi aku si La." Jawab Alara. "Aku ma nggak ada, kan kamu yang waktu itu PDKT dengan dia La." Timpal Alara sambil tertawa kecil menjahili sahabatnya itu.

"Ii... kamu ii." Jawab Alaisa sedikit sebal disambung tertawa kecil dengan pipinya yang mulai merona. "Kalau dia kan masa lalu Ra." Menunjukan wajah murungnya. "Aaa... kamu aa (kesal), kan aku jadi kembali ingat dia Ra." Timpal Alaisa disertai gerakan tangannya yang mencubit pelan Alara karena kesal dan sedikit malu.

"Kan kamu yang mulai duluan La." Jawab Alara dengan tertawa puas tapi masih terkontrol.

"Ya uda deh... jangan dibahas lagi." Kata Alaisa. "Yuk..., pulang yok Ra." Timpal Alaisa sambil merangkul bahu sahabatnya itu, yang sekarang telah menggenakan Niqab.

"Yaa." Sahut Alara tanpa bantahan, dengan sedikit jahil menarik kerudung Alaisa sembari berlari pelan meninggalkan Alaisa.

Perbedaan yang jauh berbanding terbalik dengan Alara yang dulu. Tapi hanya dari segi berpakaiannya yang berbeda. Sifat Alara masih susah di tebak. Kadang lembut, kadang masih kasar, keras kapala, dan masih tetap memiliki karakter tomboi yang kental didalam diri Alara. Sepertinya karakter yang satu itu tidak akan pernah hilang dari diri seorang ANAKARALA walau seperti apa pun penampilan dan gaya berpakaiannya.

Alaisa sahabat Alara sekarang juga kepincut gaya berpakaian Alara karena saking seringnya bersama. Penampilan Alaisa yang anggun dengan gaya berpakaian hijabnya yang moderen dan kekinian, mampu meluluhkan hati para cowok-cowok di kampusnya. Yaa... walaupun Alaisa belum menggunakan Niqab. Karena menurut Alaisa memakai Niqab butuh mental dan keyakinan yang kuat dan tambah ragu untuk memakai Niqab karena Alaisa masih belum yakin dengan sahabatnya Alara, yang sifatnya bisa berubah kapan saja. Alaisa takut Alara akan tidak Istiqomah karena Alaisa tahu apa alasan Alara berubah drastis.

Ditengah perjalanan pulang Alara baru ingat kalau dia mau ke tokoh buku.

"La... putar balik La, aku mau ke tokoh buku bentar La." Sambil menepuk pundak Alaisa.

"Oo... (Masih belum fokus) yaa Ra..., tokoh buku ya..., ayok." Sambil memutar balik motor yang dikendarainya. "Emangnya kamu mau beli buku apa si Ra...?" Tanya Alaisa kemudian.

"Ada deh..., penting pokoknya sambil (tersenyum kecil, terlihat dari gerak matanya yang merona). Jawab Alara dengan nada datar tapi menyimpan sejuta makna didalamnya.

"Mm... ya udah kalau nggak mau kasih tahu." Sambung Alaisa dengan sedikit kesal tapi tetap bersemangat.

Akhirnya sampai di tokoh buku. Alara masuk untuk mencari buku yang dari Minggu lalu sudah di incar nya. Sedangkan Alaisa menunggu di tempat motor karena kata Alara bakalan sebentar, cuma tinggal ambil buku aja lalu pulang.

Alara menelusuri semua rak buku untuk mencari buku yang ingin dia beli. " Yes... ini dia..., akhirnya dapat." Dengan suara agak keras sampai membuat laki-laki pakai masker yang duduk di bangku dekat rak bukunya menoleh, dan kemudian tersenyum kecil melihat tingkah lucu Alara.

Alara menyadari suaranya terlalu keras dan marasa malu. Kemudian pergi berlari kecil ke tempat kasir.

"Ada-ada saja cewek zaman sekarang. Aneh..., bercadar tapi kelakuannya beda ya. Mungkin anak baru tobat kali yah." Ucap lelaki itu dengan tersenyum. "Tapi gue ngerasa kenal sama tu cewek. Tapi dimana." Timpal lelaki tu lagi.

Alara sudah selesai bayar bukunya. Kemudian lanjut pulang ke rumah.

Sampai di rumah Alara membuka buku yang habis dibeli bersama dengan Alaisa tadi. Bukunya berjudul Uhibbuka Fillah.

Ketika memulai membaca buku itu, Alara teringat akan perkataan seseorang dimasa lalu. Kata-katanya selama ini masih Alara ingat dan selalu kepikiran. Ada rasa terbebani dan penyesalan yang di tunjukan dari pancaran matanya yang bulat merona itu.

... Bersambung...

Terpopuler

Comments

Ndari ibu ne sekar embun

Ndari ibu ne sekar embun

aq mampir kak

2022-12-13

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!