'UTS HARI PERTAMA'
Buk siska meminta Alaisa untuk membagikan soal ujian biologi pada teman-temannya. Alaisa membagikan ke masing-masing murid dan tiba giliran soal untuk Alara. Alara dan Alaisa hanya saling pandang. Seperti ada yang ingin mereka sampaikan satu sama lain dan rasa rindu. Suara Kaisa menyadarkan lamunan mereka.
"Woii babu!" Teriak Kaisa. "Lo ngapain bengong di situ." Sambung Kaisa lagi.
"Keburu habis waktu ini." Timpal Katra.
"Nanti aja pandang-pandangnya." Ucap mauli.
Alaisa langsung bergerak lagi, dan kembali duduk, setelah selesai membagikan soalnya.
Ujian untuk hari ini sudah berakhir.
Alaisa langsung pulang setelah selesai ujian. Tapi waktu mengambil motornya diparkiran, seseorang menghentikan langkahnya. Akara minta waktu untuk bicara empat mata dengan Alaisa.
"Sa...." Panggil Akara.
"Gue perlu bicara sama lo bentar." Ucap Akara.
"Mau bicara apa. Setahu gue, gue nggak pernah ada urusan sama lo." Tegas Alaisa.
"Ini tentang Alara." Jawab Akara.
"Gue nggak ada urusan apa-apa lagi sama Alara." Tukas Alaisa.
"Lo berdua udah di perbodoh tahu nggak!" Teriak Akara berusaha menahan amarahnya.
"Maksud lo...?" Tanya Alaisa bingung.
Akara langsung menarik Alaisa ke taman belakang sekolah.
"Lo nyadar nggak si! Ucap Akara.
"Lo itu, udah bikin rencana Kaisa berhasil! dengan rusaknya hubungan persahabatan kalian ini." Sambung Akara geram.
"Ini nggak ada urusannya sama lo." Lo nggak perlu repot-repot buat perbaiki hubungan gue sama Alara. Tukas Alaisa.
"Alara itu pacar gue sekarang! Tegas Akara. "Jadi gue nggak mau lihat Alara selalu terlilit banyak masalah. Udah cukup banyak yang dipikirkan Alara. Belum masalah ibunya yang ninggalin dia begitu aja. Dan Masalah salah paham sama lo yang nggak selesai-selesai. Sekarang bisa nggak, lo kurangin beban dia yang satu ini." Ucap Akara.
"Ibu Alara pergi ninggalin Alara....?" Tanya Alaisa dengan banyak pikiran yang terlintas di otaknya.
"Iya." Ucap Akara. "Makanya lo, harus dengerin gue mau bilang apa sama lo. Gue bakal cerita semua yang terjadi, selama lo nggak bersama Alara."
Alaisa mendengarkan apa yang diceritakan Akara. Akara menceritakan semuanya. Apa yang terjadi pada Alara belakangan ini. Kenapa Alara terlambat datang untuk tolong Alaisa waktu itu, dan juga kejadian dimalam Alara di ikat geng Kaisa. Semua itu hanya untuk membalas perbuatan Kaisa pada Alaisa waktu di sekolah itu.
"Kalau Alara nggak peduli sama lo, nggak sayang sama lo, dan nggak pernah anggap lo sebagai sahabatnya...! dia nggak mungkin se marah itu waktu tahu lo di bully habis-habisan sama Kaisa. Alara sayang bangat samo lo sa! Seharusnya lo tahu itu sa! Karena lo udah kenal Alara dari kecil. Tapi lo malah ke hasut omongan Kaisa dan teman-temannya itu." Ucap Akara dengan tegas. Berusaha membuka mata dan pikiran Alaisa kembali.
Mendengar apa yang di sampaikan oleh Akara, Alaisa bertekuk lutut di tanah, berteriak dan memukul dirinya sendiri sembari menangis.
"Benar kata lo. Gue memang bodoh! Gue bilang, gue sayang bangat sama dia. Tapi tindakan yang gue lakuin mala sebaliknya. Gue nggak pantas disebut sahabat Alara!! Gue benar-benar merasa bersalah bangat sama Alara." Ucap Alaisa di selah tangisnya.
"Sekarang lo harus temuin Alara. Alara butuh bangat sahabatnya di keadaan sekarang." Ucap Akara sembari membantu Alaisa berdiri.
Alaisa mengucapkan terima kasih sama Akara, karena sudah menjelaskan dan meluruskan kesalahpahaman antara dia dan Alara. Alaisa menuju parkiran dan buru-buru menuju rumah Alara.
Alaisa sampai di rumah Alara, dan langsung berlari menaiki tangga menuju kamar Alara. Alara terkejut dengan kedatangan Alaisa. Mereka saling pandang selama beberapa detik. Kedua mata mereka berkaca-kaca menahan tangis dan rindu yang teramat dalam. Alaisa kemudian langsung memeluk Alara dan meminta maaf. Alara juga minta maaf. Alara bingung dari mana Alaisa tahu semuanya. Alaisa bilang kalau Akara sudah menjelaskan semua yang terjadi.
"Gue senang bangat kita bisa baikan lagi." Ucap Alaisa tersenyum lega.
"Enam bulan belakangan, gue merasa sepi bangat nggak ada lo di samping gue Ra." Ucap Alaisa dengan raut wajah sedih.
"Udah. Jangan sedih-sedih. Sekarang kita kan udah baikan." Jawab Alara.
"Gue pengen cerita banyak sama lo Ra. Selama ini gue simpan aja sendiri. Karena nggak ada teman untuk ngobrol selain lo." Tukas Alaisa.
Alara menjawab "kenapa lo nggak cerita aja sama cowok lo la. Kan lo udah punya pacar!"
"Itu masalahnya Ra. Gue mau cerita tentang dia sama lo." Ucap Alaisa.
"Emangnya dia kenapa la....?" Tanya Alara penasaran.
"Waktu gue di bully sama Kaisa, besoknya dia ajak gue dinner. Dia siapin semuanya dengan sangat romantis." Kata Alaisa.
"Ya bagus dong." Timpal Alara.
"Belum selesai Ra." Jawab Alaisa kesal.
"Setelah malam itu, dia hilang. Seperti sudah pindah ke planet lain. Nggak bisa dihubungi dan nggak tahu ada dimana. Keberadaannya susah dilacak. Gue udah tanya Pakara juga, tapi dia nggak tahu dimana Shafan."
Curhat Alaisa.
"Bentar-bentar!. Lo sebut siapa tadi...?" Tanya Alara mencoba meyakinkan pendengarannya.
"Shafan...? (Alara menggeleng) Pakara...?" (Alara mengiyakan jawaban Alaisa).
"Pakara, Shafan dan Akara. Mereka teman dekat. Gue sering dengar cerita Akara, tentang persahabatan mereka." Tukas Alara.
"Akara sempat bilang, kalau ada temannya yang dikirim bokapnya untuk lanjut sekolah diluar negeri. Tapi waktu itu gue nggak tanya balik siapa orang yang dimaksud Akara." Kata Alara.
"Jangan-jangan!" Ucap Alara dan Alaisa serempak.
"Besok kita tanya aja Akara. Minta dia untuk jelasin semuanya." Sambung Alara kemudian.
Alaisa setuju dengan usulan Alara. Karena udah curhat dari tadi, sampai nggak sadar kalau udah malam. Alara tidak mengizinkan lagi Alaisa untuk pulang. Alara khawatir. Akhirnya Alaisa nginap di rumah Alara dan kasih kabar ke ayahnya. Mereka bersih-bersih, belajar sebentar untuk ujian besok. Setelah itu baru tidur.
"Bagus hiasan kamar lo." Puji Alaisa sembari terbaring menatap keatas loteng kamar Alara.
"Iya. Itu adek gue yang kasih kejutan sama gue." Jawab Alara sembari tersenyum.
"Adek...? Sejak kapan lo punya adek Ra...?" Tanya Alaisa heran.
Alara bertanya balik. "Akara belum cerita soal ini sama lo ya la."
"Nggak. Dia cuman jelasin tentang lo jadian, ibu lo pergi, lo di sekap sama Kaisa dan sempat di vidio in, dan alasan kenapa lo menghindar dari gue selama ini. Itu aja." Jawab Alaisa.
Alara menceritakan awal mula dia bertemu Syafa sampai sekarang udah Syah menjadi adek Alara secara hukum.
"Oo gitu. Jadi sekarang lo nggak sendirian lagi dong Ra. Lo punya teman di rumah. Ya walaupun masih kecil Syafa nya." Timpal Alaisa dengan ikut senang.
"Ya. Gue punya tanggung jawab sekarang. Bukan untuk diri gue aja tapi juga Syafa. Kehadiran Syafa membuat hidup gue menjadi lebih ada artinya sekarang. Gue punya tujuan sekarang. Gue harus jagain Syafa. Karena dia udah nggak punya siapa-siapa lagi selain gue dan begitu juga sebaliknya. Syafa dia memang masih kecil, tapi telah di dewasakan oleh keadaan. Cara pandang dan berpikir dia udah seperti orang dewasa. Gue banyak belajar dari dia. Syafa anaknya sabar dan kuat bangat. Mala dia yang sering nguatin gue." Ucapan Alara sambil membayangkan kebersamaannya dengan Syafa.
"Sekarang Syafa dimana Ra...? Gue nggak lihat dia dari tadi." Tanya Alaisa.
"Jam segini biasanya dia udah di alam mimpi. Udah tidur dia." Jawab Alara.
"Udah, jangan banyak tanya lagi. Kalau masih ada, simpan aja untuk besok. Gue ngantuk." Sambung Alara sembari memiringkan badannya ke Kenan dan menutup mata.
"Iya Ra." Jawab Alaisa sembari menghadap ke kiri dan menutup matanya.
Kaisa lah orang ketiga yang merupakan penyebab rusaknya persahabatan Alara dan Alaisa selama enam bulan lamanya mereka tidak saling berkomunikasi. Rencana Kaisa buat memisahkan dua sahabat itu berhasil juga dengan menciptakan kesalahpahaman di antara Alara dan Alaisa.
...Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments