Kaisa Atmalia Admaja adalah seorang anak tunggal dari keluarga berdarah keturunan kerajaan. Kakek Kaisa atau ayah dari mama Kaisa itu keturunan dari kerajaan. Meskipun sekarang tidak ada lagi yang namanya sistem kerajaan di Indonesia tetapi nilai-nilai atau norma-norma kerajaan masih tetap diberlakukan di keluarga Kaisa.
Dari mulai Kaisa lahir sampai dia tumbuh remaja, Kaisa wajib mengikuti aturan yang dibuat kakek di rumahnya. Kaisa dari kecil memang diperlakukan layaknya seorang tuan putri. Namun karena dia merasa terkekang akan aturan kerajaan di rumahnya, membuat dia tumbuh menjadi anak yang arogan dan pemberontak. Kaisa dapat kasih sayang penuh dari ibunya tapi tidak dengan ayahnya. Ayah Kaisa sibuk dengan bisnis dan mendalami ilmu atau norma-norma kerajaan. Agar nanti bisa melanjutkan ajaran leluhur kakek nya yang terdahulu.
Untuk alasan kenapa Kaisa diberikan izin oleh kakeknya, belajar di sekolah biasa bukan sekolah para keturunan kerajaan atau keluarga bangsawan, itu karena ibu Kaisa memohon pengertian pada ayahnya, agar Kaisa jangan terlalu dikekang. Setidaknya beri dia merasakan kehidupan di zaman modern sekarang layaknya anak seumurnya.
Sekolah adalah tempat untuk melepaskan segala kekesalannya di rumah. Kaisa menjadi sangat bebas untuk melakukan apa yang diinginkannya. Misalnya yang tidak bisa dia lakukan di rumah akan dia coba terapkan disekolah.
Karena Kaisa keturunan bangsawan makanya Katra dan mauli tidak bisa menolak atau membantah apa yang di pinta Kaisa. Mereka tumbuh dari kecil bersama namun dengan status sosial yang berbeda. Katra lahir dari seorang ibu yang bekerja sebagai pelayan di rumah Kaisa yang khusus merawat Kaisa dari lahir sampai sekarang dan mauli lahir dari ibu yang juga merupakan seorang pelayan di rumah Kaisa, yaitu khusus menjadi pelayan ibu suri/pelayan khusus ibunya Kaisa.
Mungkin kalian heran, jika Katra dan mauli merupakan anak seorang pelayan kerajaan, Kenapa mereka juga diizinkan sekolah diluar dan dibiayai uang sekolahnya oleh keluarga Kaisa, itu karena Kaisa hanya punya teman mereka. Dan mereka diizinkan agar tetap mengawasi Kaisa diluar rumah, apa yang dilakukan Kaisa disekolah semua harus mereka laporkan.
Sejauh ini Kaisa masih bertahan di sekolah itu, semuanya bisa dibilang atas bantuan dari Katra dan Mauli. Setiap mereka melapor ke kakeknya mereka selalu menceritakan hal baik tentang Kaisa. Dan setiap bullying yg Kaisa lalukan memang belum terlalu besar dan belum pernah Kaisa menimbulkan masalah sampai harus dihubungi keluarganya untuk menyelesaikan masalah tersebut. Karena semua korban bullying Kaisa tidak berani buka suara atau melaporkan ke guru.
Tringgg
Bel berbunyi pertanda waktunya pulang sekolah. Kaisa and the geng perlahan mendekati Alaisa.
"Sendirian aja...?" Tanya Kaisa sembari tangannya memainkan rambut Alaisa dengan lembut.
"Tuan putri mana...?" Sambung Kaisa lagi.
"Katanya Bast friend! Tapi ditinggal-tinggal mulu." Timpal Katra.
"Babu kali...!" Sambung Mauli dengan serentak tertawa.
"Lo nggak merasa capek ya sa...! Selalu didalam bayang-bayang Alara." Ledek Kaisa.
"Lo kan juga cantik bahkan menurut gue lebih cantik dari Alara. Seharusnya lo yang jadi tuan putrinya dan Alara babu lo..., itu baru cocok."
"Seharusnya lo mikir, apa selama ini Alara benar-benar sayang sama lo... Atau dia cuman nggak ada teman aja!
Makanya mau jadi teman lo." Sambung Kaisa.
"Lo lagi curhat ya...? Bukannya yang lo bilang barusan itu tentang lo sendiri! Lo kan nggak punya teman, kecuali pelayan-pelayan lo ini!" Tegas Alaisa sambil berdiri dan menunjuk ke arah kedua teman Kaisa.
"Sial lo!" Teriak Kaisa sembari menampar Alaisa. "Lo udah berani sama gue...?" Sambung Kaisa lagi.
"Guyss... Bawa ni anak ke beskem kita." Pinta Kaisa dengan tegas.
Alaisa sampai di ruagan yang merupakan beskem rahasia KKM KECew. Alaisa disuruh duduk dekat lantai yang ada genangan air warna merah agak kekentalan dengan mata tertutup. Jika mencium baunya serasa isi perut ingin keluar karena tidak sanggup akan baunya yang amis dan menyengat.
Kaisa and the geng memakai masker yang fungsinya memang untuk menghindari bau itu.
Alaisa kaget dengan apa yang dipegangnya. Alaisa mencium bau dari air itu. Seketika Alaisa muntah ditempat karena tidak sanggup.
"Lo mau ngapain...? Ini apa...? Gue mohon lepasin gue!" Tegas Alaisa
"Itu bukan apa-apa." Jawab Kaisa dengan santai.
"Lo tenang aja..., yang jelas itu bukan darah manusia kok!, cuman darah tikus yang berkeliaran menyebalkan disekolah kita ini." Tegas Kaisa dengan tertawa puas melihat raut kecemasan di wajah Alaisa dan sambil mengkode dua temannya membuka penutup mata Alaisa.
Alaisa terkejut disertai aliran air mata membasahi pipinya.
"lo udah gila ya kai...!" Teriak Alaisa.
"Itu hukuman buat lo karena terus aja membela tuan putri lo yg menyebalkan itu. Gue lakuin ini untuk membuka mata lo..., kalau tuan putri yg lo anggap sahabat itu, tidak akan pernah muncul sebagai orang pertama yang nolong lo!" Ucap Kaisa.
"Gue rasa dia nggak bakalan sadar dengan kejadian yang menimpa Lo sekarang. Mungkin juga dia nggak pernah mikirin Lo!" Sambung Kaisa lagi.
"Kasihan... Kasihan...!" Timpal Katra dan Mauli serempak.
"Gue nggak bakalan terpengaruh dengan ucapan lo! Gue yakin Alara bukan sahabat yang seperti lo bilang!" Jawab Alaisa sembari melirik ke pintu berharap Alara segera datang.
Mulai ada sedikit keraguan di dalam hati Alaisa. Kenapa Alara belum datang. Padahal dia sudah meninggalkan jejak untuk Alara, dengan meninggalkan tas Alara. Karena Alaisa tidak pernah meninggalkan tas Alara sampai Alara datang.
"Lihat kan lo..., udah dari tadi lo disini...? Tapi Alara lo itu nggak datang-datang buat tolong lo." Ucap Kaisa lagi.
"Gue rasa hukuman ini udah cukup bisa menyadarkan lo bagaiman sifat sahabat lo itu. Gue pergi dulu. Lo bisa kan berdiri sendiri dan pulang sendiri?" Ucap Kaisa.
"Bye... Babu... Kita pulang duluan ya...!" Sambung Kaisa tertawa puas sambil berlalu meninggalkan beskemnya.
Alaisa menangis cegukan sambil berdiri dari lumuran darah itu kemudian berlari menuju toilet untuk membersikan nodanya. Sambil membersikan noda di roknya, Alaisa tidak berhenti menangis dan berpikir kenapa Alara tidak datang untuk menolongnya. Hal itu yang membuat Alaisa sangat sedih.
Alaisa melangkah keluar dari toilet dan berjalan perlahan untuk menuju parkiran sembari melamun.
'Piiip....'
Terdengar bunyi klakson mobil yang hampir menabrak Alaisa. Alaisa terkejut. Kemudian pemilik mobil keluar menghampiri Alaisa. Sebenarnya dia ingin memarahi Alaisa karena melamun dan membuat mobilnya terhenti mendadak. Tapi tidak jadi karena dia kenal dengan Alaisa.
"Alaisa...? Rok kamu kenapa basa gini sayang...?" Tanya Shafan sembari membuka jaketnya kemudian memakaikannya pada Alaisa dengan wajah khawatir dan sedikit mencium bau amis darah.
"Kamu habis dari mana sa...?" Tanya Shafan lagi.
"Ak... Akuu... Nggak papa Sha!" Jawab Alaisa pelan dan terbata-bata kemudian kembali berjalan menuju parkir motornya.
"Kamu mau kemana...?" Aku kira kamu udah pulang..., soalnya aku telpon nggak kamu angkat dan aku ke kelas, kamu udah nggak ada. Kamu pulang sama aku aja ya!" Pinta Shafan sambil menarik Alaisa.
Alaisa tidak bisa berbicara banyak. Karena dia masih syok dan kepikiran dengan kejadian tadi.
Shafan mengantarkan Alaisa sampai rumahnya tanpa bertanya lagi apa yang terjadi pada Alaisa. Dia seolah memahami apa yang dirasakan oleh belahan jiwanya itu.
Sebelum kejadian ini Shafan dan Alaisa sudah saling kenal, sudah sering keluar bareng, jalan-jalan bareng, udah punya tempat favorit untuk menghabiskan waktu mereka berdua dan bahkan mereka sudah jadian beberapa bulan lalu. Pertemuan pertama mereka pas ayah Alaisa kecelakaan kecil waktu sedang bekerja di pabrik semen milik keluarga Shafan dan cowok dengan lesung pipi itu mengantarkan ayah Alaisa pulang. Kebetulan waktu itu Shafan disuruh papanya untuk cek langsung bagaimana kondisi pabrik semen yang ada di Jakarta. Di samping pabrik batu bara yang ada di Kalimantan, keluarga Shafan juga memiliki 50 cabang pabrik semen di Indonesia yang salah satunya di Jakarta tempat ayah Alaisa bekerja.
Alara telah sampai di rumah, dan udah selesai juga mandi. Setelah itu Alara kembali menelpon Alaisa untuk bertanya kemana dia pas pulang sekolah tadi. Soalnya Alara juga udah cek Alaisa ke rumahnya tapi Alaisa belum pulang.
Telpon Alaisa berdering. Sementara Alaisa masih dikamar mandi dan menangis. Air mata Alaisa seolah berpacu dengan derasnya air mandi yang juga ikut mengaliri tubuhnya.
Alaisa sudah selesai beres-beres dan duduk melamun di kasur. Telpon Alaisa berbunyi terus menerus pertanda banyak pesan masuk dari Alara. Dan 20 panggilan tak terjawab dari Alara. Alaisa tidak mengangkat telpon maupun membalas chat dari Alara. Dia butuh untuk menenangkan diri. Alara bingung, kenapa Alaisa tidak mengangkat telpon maupun chat darinya. Apa yang sebenarnya terjadi. Alara tidak bisa ke rumah Alaisa sekarang, jadi besok dia akan bertanya pada Alaisa.
Sementara Kaisa terlambat pulang ke rumahnya karena gara-gara dia habis bully Alaisa tadi. Untuknya kakek Kaisa tidak mengetahuinya, yang tahu ibu Kaisa. Ibu Kaisa menyuruh Kaisa segera mandi dan menganti bajunya karena akan ada acara makan malam bersama antar dua keluarga keturunan kerajaan.
Cara berpakaian Kaisa di rumah dan diluar rumah sangat berbanding terbalik. Di rumah sesuai aturan Kaisa harus selalu mengunakan baju princess, yg elegan, layaknya baju seorang tuan putri pada kerajaan. Bukan dari segi baju saja yang berbeda semua sikap Kaisa berbeda kalau di rumah dengan di luar rumah.
Di rumah Kaisa harus berjalan perlahan dan anggun dengan kepala tegap dan harus dengan senyuman.
Dan sebelum duduk harus hormat terlebih dahulu dengan badan sedikit membungkuk disertai tangan yang sejajar di dada. Ketika duduk di meja makan tangan belum boleh di tarok di atas meja tapi tangan harus tetap rapih di atas paha sampai acara makan dimulai.
Ketika acara makan sudah dimulai sendok dan garpu yang digunakan tidak boleh mengeluarkan bunyi sedikitpun jika bersentuhan dengan piring serta jangan lupa memberi alas pada paha kita jika makan telah dimulai. Tujuan diberi alas di paha, agar tidak mengotori baju yg dikenakan. Pada saat makan juga tidak boleh terburu-buru harus perlahan dan elegan.
Acara makan malam lumayan lama. Karena kakek Kaisa silaturahmi sama sahabatnya, yang sudah lama tidak bertemu. Setelah selesai Kaisa langsung masuk kamarnya dan mengunci kamarnya. Karena dia takut jika tiba-tiba kakek datang menemuinya. Peraturan di rumah semua anggota rumah harus sudah tidur jam 21.00 malam kecuali ada acara, baru bisa tidur agak lama. Dan harus sudah bangun jam 04.30 siap-siap untuk sholat subuh kemudian dilanjutkan belajar sastra kerajaan atau filosofi kerajaan.
Semua hal itu membuat Kaisa kesal dan tidak sanggup lagi untuk menjalankannya. Diusianya yang masih terbilang muda, hal itu sulit buat dia lalukan pada zaman modern sekarang.
Karena itu Kaisa berbeda jauh terbalik jika diluar rumah. Dia memanfaatkan kebebasannya dengan melakukan hal yang tidak pernah dia lakukan di rumah. Sampai dia tidak bisa lagi membedakan mana yang buruk dan yg baik baginya. Bisa dikatakan mental Kaisa sudah tidak stabil lagi karena terlalu banyak yang dia pikirkan. Tekanan demi tekanan yang harus dia hadapi dan tuntutan dari kakeknya untuk bisa mendalami norma-norma kerajaan karena setelah ayahnya dia yg sebagai anak tunggal kelak yang akan menjadi penerus keluarganya, untuk itu dia harus paham betul tentang kerajaan.
...Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
anggita
👍jempol mnancap..
2022-10-22
2