Dengan menggunakan supir kantor, Nara dan Anja serta baby Radha selepas sarapan berangkat menuju ke desa tempat asal Anja untuk mengunjungi Riani sahabatnya sekaligus mengunjungi makam kedua orang tuanya. Sengaja Nara meminta sopir kantor untuk mengantarkan mereka, karena sudah dipastikan bahwa baby Radha akan rewel bila merasa diabaikan oleh daddy-nya. Dan benar saja, baby Radha terlihat anteng dalam pangkuan sang Daddy.
Selama perjalanan, baby Radha tidak mau lepas dari pangkuan sang Daddy. Hanya saat tertidur saja Anja bisa memangku anaknya. Selain karena anaknya yang tidak mau dipangkunya saat terjaga, iya juga takut Nara merasa kelelahan. Rasa sungkan itu pasti ada, apalagi Nara bukan ayah kandung anaknya.
Lima jam lebih perjalanan akhirnya mobil yang di kendarai oleh supir kantor itu tiba di depan rumah Riani. Tepatnya di halaman depan mebel yang terdapat banyak kursi dan meja yang di jemur sehabis di pelitur.
Nampak Riani, Seno, Bu Tutik dan juga pak Lukman sudah menyambut kedatangan mereka di teras rumah. Bu Tutik langsung berlari menghampiri Anja yang menggendong baby Radha yang ternyata sudah terbangun. Bu Tutik segera meraih baby Radha ke dalam gendongannya lalu menghujaninya dengan ciuman bertubi-tubi. Namun karena merasa belum mengenal, baby Radha langsung menangis memanggil-manggil daddy-nya.
"Di di di." Nara langsung mengambil alih baby Radha ke dalam gendongannya.
"Hey sayang, ini Daddy, jangan nangis oke! Maaf Bu, baby memang begitu kalau belum kenal." Ucap Nara sopan.
"Iya gak papa, memang anak kecil suka begitu."
"Kamu udah sehat Nja?" Bu Tutik beralih menatap Anja.
"Udah Bu, Alhamdulillah." Anja langsung berhambur memeluk Bu Tutik.
Setelah mengurai pelukannya, Anja dan Bu Tutik segera menyusul Nara dan baby rada yang sudah terlebih dahulu menghampiri Riani dan Seno yang ada di teras rumah. Nara duduk di amben yang ada di depan rumah Riani dengan memangku baby rada yang masih terlihat sesenggukan.
Anja dan Riani langsung berhambur saling berpelukan erat dan menangis sesenggukan meluapkan kerinduan diantara mereka berdua. Sepuluh bulan lamanya mereka tak bertemu, dan sekarang mereka dipertemukan dengan keadaan yang sudah berbeda.
"Ayo masuk dulu, jangan pada nangis di depan rumah. Itu jadi tontonan orang-orang di mebel." Ucap pak Lukman. Mereka pun akhirnya masuk ke dalam rumah.
"Udah berapa bulan Ri?" Anja mengelus perut bulat Riani yang duduk di sampingnya.
"Udah tujuh ini." Riani ikut mengelus perutnya sendiri.
"Kakimu sedikit bengkak Ri."
"Iya, tapi udah mendingan daripada kemarin-kemarin bengkaknya lebih parah, aku sampai nggak bisa jalan."
"Masih pusing?"
"Kadang-kadang saja, aku merasa sudah sehat kok. Badan ku juga rasanya udah enteng, udah bisa jalan. Bahkan kalau boleh berlari juga bisa, hehe...." Semua orang yang ada di sana ikut terkekeh mendengar candaan Riani.
"Awas aja kalau sampai lari-larian, aku ikat di atas tempat tidur biar nggak bisa kemana-mana." Sahut Seno menanggapi candaan istrinya dengan candaan pula, membuat orang-orang yang ada di sana kembali terkekeh.
Anja dan Nara terlebih dahulu beristirahat sebelum nanti sore mereka pergi mengunjungi makam kedua orang tuanya. Esok ia harus segera kembali ke Surabaya karena Nara juga harus segera menyelesaikan pekerjaannya di kantor cabang yang ada di Surabaya, sebelum lusa mereka kembali terbang ke Jakarta.
*****
*****
*****
*****
*****
Sambungan dari novel "Candamu Canduku" Bab Riani & Seno 12 🤗
Lope-lope sekebun Pare 😘😘🤪🤪
Jangan lupa Like Komen dan Votenya, kopi juga boleh ☕☕😂😂
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 164 Episodes
Comments
💝GULOJOWO💝
Kejam amat kang 🤭😂😂😂
2022-11-28
1
💝GULOJOWO💝
Sok atuh lari maraton neng 🤭😂😂😂
2022-11-28
1
💝GULOJOWO💝
Tontonan gratis ya pak 🤭😂😂😂😂
2022-11-28
1