Sore itu, Anja dan baby Radha jalan-jalan mengitari kompleks perumahan bersama Mbak Tini. Mbak Tini yang bertugas mendorong stroller baby Radha, sedangkan Anja jalan santai di samping kereta dorong anaknya.
Baby Radha yang saat ini usianya menginjak sepuluh bulan sedang aktif-aktifnya merangkak berpegang pada apapun yang ditemuinya sebagai tumpuan. Biasanya jika di ajak bermain di ruang tengah, baby Radha akan langsung merangkak mendekati meja dan kursi. Kemudian dengan berpegang pada pinggiran meja atau kursi tersebut, baby Radha berdiri lalu berturut-turut mengitarinya. Bahkan pernah pula kepala baby Radha terpentok pinggiran meja hingga membuatnya menangis.
Sesampainya di taman kompleks, Anja memilih duduk di salah satu bangku yang ada di taman tersebut. Diangkatnya baby Radha ke dalam pangkuannya. Mbak Tini pun segera ikut duduk di samping Anja. Baby Radha yang merasa senang karena melihat banyaknya anak kecil yang berlari-larian kesana kemari tertawa seraya menepuk-nepuk kedua tangannya.
"Mbak Tini nggak pengen nikah lagi?" Tanya Anja tiba-tiba. Mbak Tini menoleh kemudian menggeleng.
"Kenapa?" Anja yang sudah tahu cerita kehidupan Mbak Tini merasa iba. Ia merasa lebih beruntung daripada Mbak Tini. Setidaknya meskipun suaminya pergi, masih ada anaknya yang menjadi kekuatannya. Sedangkan Mbak Tini sudah tidak punya siapa-siapa lagi kecuali mbok Parni.
"Saya ingin bekerja di sini saja non, merawat baby Radha."
"Sudah saya bilang berkali-kali kan Mbak, jangan panggil saya non. Panggil Anja saja, saya kan bukan majikannya Mbak Tini."
"Saya nggak berani non, takut mas Nara marah."
"Ya sudah, terserah mbak Tini saja!"
"Kalau non Anja bagaimana?" Tanya mbak Tini balik yang membuat Anja mengernyit.
"Bagaimana apanya mbak?"
"Apa non Anja gak ingin nikah lagi?" Anja menggeleng.
"Entahlah mbak, rasanya berdua saja dengan Radha udah cukup. Banyak yang menyayangi kami berdua. Terus apalagi yang kami cari? Kami sudah bahagia dengan hidup kami."
"Iya, non Anja beruntung. Bu Rosi sayang banget sama non Anja dan baby Radha. Bapak juga sayang banget sama baby Radha, udah kayak cucunya sendiri. Apalagi mas Nara, sudah tidak bisa diragukan lagi betapa sayangnya Mas Nara sama baby Radha. Sudah kayak anaknya sendiri." Anja mengangguk membenarkan ucapan Mbak Tini. Memang benar, dia adalah orang beruntung karena dikelilingi oleh orang-orang baik.
"Anja!" Terdengar suara seseorang memanggil namanya, Anja pun menoleh dan mendapati Sarah yang berjalan mendekatinya.
"Lagi apa?" Tanya Sarah saat sudah di dekat mereka.
"Lagi main mbak!" Anja mengulas senyum.
"Oh ya, selama ini kamu kemana saja, kok nggak pernah kelihatan di rumah Mas Nara? Aku pikir Mas Nara belum menikah? Eh tau-taunya udah punya anak?"
"Saya koma setelah melahirkan baby Radha Mbak." Sarah manggut-manggut.
"Pantesan kamu nggak pernah kelihatan, padahal saya sering loh ke rumah Mas Nara. Saya itu nggak betah kalau lihat Mas Nara di rumah, bawaannya pengen nyamperin mulu. Mas Nara itu bagi saya kayak magnet, bikin saya pengen nempel terus. Hehe..." Ucap Sarah diakhiri kekehan. Anja dan Mbak Tini sama sekali tidak menanggapi ucapan Sarah. Mereka hanya menganggapnya angin lalu yang menyapa di sore hari.
"Udah sore non, ayo kita pulang. Nanti mas Nara nyariin istri dan anaknya." Ucap Mbak Tini sengaja memanas-manasi Sarah. Semua itu ia lakukan atas permintaan majikannya. Mama Rosi sudah cerita kepada Anja dan Mbak Tini serta Mbok Parni kalau Sarah berusaha mendekati Nara. Mama Rosi yang tidak menyukai Sarah pun akhirnya menggunakan Anja sebagai tameng, dengan cara mengatakan Anja dan baby Radha adalah istri dan anak Nara.
"Semoga saja perkataan itu menjadi doa." Harap mama Rosi, mbok Parni dan mbak Tini kala itu.
*****
*****
*****
*****
*****
Lope-lope sekebun Pare 😘😘🤪🤪
Jangan lupa Like Komen dan Votenya, kopi juga boleh ☕☕😂😂
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 164 Episodes
Comments
💝GULOJOWO💝
Magnet udelmu kono 🤭😂😂😂😂
2022-11-26
1
💝GULOJOWO💝
🤗🤗🤗🤗🤗
2022-11-26
1