Bab 12 - Pengakuan

Aku berlari, mencari Syifa kesana kemari. Tapi tak kunjung aku temukan. Syifa dimana kamu? batinku. Aku mulai memikirkan tempat dimana biasanya Syifa menyendiri.

Tebakan awal ku adalah kamar. Aku mencari di berbagai sudut kamar. Tapi, tetap hasilnya nihil, tak ada Syifa disana.

Yang kedua aku berpikir bahwa Syifa sedang berada dengan Kak Nisya. Karena semenjak Syifa mengenalku, dia juga mengenal Kak Nisya dengan baik. Kemungkinan bisa saja terjadi. Jika Syifa menghampiri Kak Nisya untuk sekedar curhat.

Selang beberapa menit, akhirnya aku bisa bertemu dengan Kak Nisya. Sayangnya, tak ada Syifa di dekat Kak Nisya. Aku mulai frustasi. Sepertinya aku harus menanyakan ini ke Kak Nisya.

"Kak, maaf mengganggu waktunya, aku mau tanya, apa kakak melihat Syifa beberapa menit yang lalu?" tanyaku pada Kak Nisya.

"Eum ..., aku tidak melihatnya. Bahkan seharian ini aku belum bertemu dengan dia. Ada apa Ira? Sepertinya kamu cemas sekali?" Kak Nisya mulai penasaran dengan sikap Ira.

"Jadi begini Kak ...." Ira menjelaskan dari awal hingga akhir permasalahan yang terjadi juga pertemuan dengan Kak Izam yang tidak disengaja. (Isi permasalahannya ada di part sebelumnya)

"Oh, begitu, Ra. Sepertinya kakak mulai paham, inti dari permasalahan ini. Sepertinya Syifa mulai menyukai Riza tanpa sadar. Sehingga saat Riza mengungkapkan ingin berta'aruf denganmu ia merasa hatinya sakit. Meski itu juga pertama kalinya dia bertemu Riza. Cinta itu datang tanpa diduga dan pergi pun tak diketahui," ujar Kak Nisya.

"Terus aku harus gimana Kak? Aku buntu sekarang." Aku meminta saran ke Kak Nisya.

"Coba kamu ingat-ingat lagi ke tempat mana biasanya Syifa menyendiri? Oh, ya kamu bilang tadi bertemu dengan Izam kan yah?" Kak Nisya memintaku untuk mengingat kembali dan menanyakan kak Nizam.

"Baik kak, akan aku ingat-ingat lagi. Iya kak. Semoga aja dia tidak melaporkan aku pada Abah karena udah bertemu dengan santri putra. Tapi sungguh, tadi aku bersama dengan Syifa, hanya saja saat Kak Izam berada disana, Syifa telah pergi," ucapku dengan nada sedikit pasrah.

"Iya kakak tahu, Ra. Izam nggak akan mungkin melaporkanmu, Ra." Ucapan Kak Nisya akhirnya membuat pikiranku menjadi lebih tenang.

"Kenapa kakak bisa berpikir seperti itu?" tanyaku penasaran.

"Karena ada satu hal, atau mungkin banyak hal, yang kamu belum tahu, hehe, " ucap Kak Nisya sambil terkekeh.

"Baiklah kak, aku akan mencari Syifa lagi. Nanti kalau kakak bertemu dengan dia. Tolong katakan aku mengkhawatirkan nya!"

"Oke, Ra," ujar kak Nisya pada ku.

Aku pergi menjauh dari Kak Nisya. Ada rasa penasaran dengan perkataan Kak Nisya tadi.

"Maksud kak Nisya apa yah? Aku merasa seperti ada yang disembunyikan?"

Namun, ku tepis jauh-jauh. Saat ini yang paling penting adalah keberadaan Syifa dan kondisi Syifa.

"Ya Allah, dimana kamu Syifa? Aku harus mencari kamu kemana lagi?"

Aku mulai menyerah. Tapi seketika aku melihat ke atap gedung, aku melihat seorang wanita berperawakan seperti Syifa. Jilbab yang dipakai pun sama dengan Syifa.

Aku melangkahkan kaki ke atap gedung, menaiki tangga. Semoga saja, wanita itu benar-benar Syifa.

Dari kejauhan aku mendengar tangisan wanita ini. Begitu sakit rasanya, karena aku dia menangis.

"Hiks ... Hiks ..., kenapa aku menangis seperti ini? Padahal kan, aku baru bertemu dengan Kak Riza. Ira pun sama baru bertemu dengan dia. Ta-pi ta-pi kenapa aku merasa sakit saat Kak Riza ingin berta'aruf dengan Ira?" Syifa menangis dengan sejadi-jadinya.

Aku yang sedari tadi sudah berada di belakang Syifa, ingin sekali memeluknya. Ingin menjelaskan bahwa aku menolak ajakan ta'aruf itu. Tapi, aku urungkan niat, biarlah Syifa tenang dulu. Aku akan menunggu sampai dia tidak menangis terisak lagi.

"Bodoh kamu Syifa! Kenapa pergi meninggalkan Ira? Bahkan, kamu belum tau jawaban apa yang Ira berikan." Syifa merutukki segala perbuatan yang telah terjadi.

"Hai." Aku menyapa sambil memberikan senyum manis pada Syifa. Kemudian  memeluk Syifa.

"Tolong katakan padaku, Syifa!! Apa yang kamu rasakan? Bukankah kita telah berjanji dahulu, akan berbagi suka maupun duka?" ucapku agar Syifa memberikan jawaban. Kemudian melepas pelukanku.

"Ke-kenapa kamu ada disini? Apa kamu juga mendengar semua perkataan ku tadi?" Syifa bukannya menjawab, ia bahkan bertanya balik kepadaku.

"Karena aku melihat sahabatku tengah menangis, dan tak akan pernah aku biarkan dia menangis lagi. Iya, aku mendengar semua perkataan mu tadi," ucapku seraya senyum.

"Maafkan aku Ra!" Syifa mulai terisak kembali.

"Tidak ada yang perlu dimaafkan disini, Syifa. Kamu hanya salah paham, aku dengan Kak Riza tidak ada hubungan apapun. Aku telah menolak ajakan dia untuk berta'aruf. Bahkan, tadi aku sempat bertemu dengan Kak Izam, dia menuduhku sedang berduaan." Ucapku ini mampu membuat Syifa bahagia sekaligus penasaran.

"Maaf, aku pergi meninggalkanmu tadi. Apakah kamu menyukai Kak Izam?" tanya Syifa.

"Sudahlah tak perlu kita bahas yang lalu, yang penting kamu sudah mendengar penjelasan ku. Dan kamu harus jujur dengar hatimu. Berbagilah denganku. Untuk Kak Izam, entahlah ini rasa suka atau kagum, aku pun belum mengerti," ujarku.

"Baiklah, sebenarnya aku menyukai Kak Riza. Bukan sekedar suka atau kagum. Mungkin telah berubah menjadi cinta. Aku juga nggak tau kenapa bisa begini. Sepertinya kamu juga menyukai Kak Izam, Ra. Aku bisa melihat dari raut wajahmu, saat kamu bilang dia menuduh mu," ujar Syifa.

"Akhirnya aku tau isi hatimu, Syifa. Jangan pernah kamu biarkan rasa itu di pendam sendiri. Aku tak ingin melihatmu menangis lagi. Ah, mungkin saja begitu, hehe," ucapku pada Syifa.

"Terimakasih, sudah mau menjadi sahabatku." Syifa memelukku dengan erat.

"Terimakasih juga telah mempercayai ku menjadi sahabatmu." Aku membalas pelukan Syifa.

Hatiku lega sekarang, akhirnya Syifa berkata jujur padaku. Bukankah jika kita ingin persahabatan yang indah harus dilandaskan kejujuran? Itulah yang saat ini aku lakukan pada persahabatan ku dengan Syifa.

Kami berdua menuruni tangga, bersikap seperti biasa kembali. Seolah-olah tidak ada yang terjadi. Aku menyukai ini.

Sesampainya di kamar, kami bercerita kembali. Hingga waktu dhuhur tiba. Kami bergegas pergi ke masjid.

****

Semoga suka dengan part ini. Part - part selanjutnya akan ada berbagai konflik, hehe.

Bisa tentang Kak Izam dengan Kak Nisya, ataupun Helen kembali.

****

Terimakasih sudah membaca ceritaku.

Mohon kritik dan sarannya.

Terpopuler

Comments

Tari Gan

Tari Gan

konfliknya jangan berat', thooor kasian anak nya orang 😁

2022-10-09

0

Rosmaliza Malik

Rosmaliza Malik

terima kasih author...
makin seru...

2022-10-09

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Bab 1 - Teman Sekamar
3 Bab 2 - Mengisi Hadroh
4 Bab 3 - Perayaan
5 Bab 4 - Siapa laki-laki di balik dinding itu?
6 Bab 5 - Kebencian Helen
7 Bab 6 - Awal Mengaji Bersama
8 Bab 7 - Jilbab Putih
9 Bab 8 - Izam Namanya
10 Bab 9 - Menulis di Buku Harian
11 Bab 10 - Sebuah Surat
12 Bab 11 - Pertemuan
13 Bab 12 - Pengakuan
14 Bab 13 - Ghibah
15 Bab 14 - Maafkan Saya Ukhti
16 Bab 15 - Firasat
17 Bab 16 - Hadiah
18 Bab 17 - Biarkan Aku Menemanimu
19 Bab 18 - Suara ini?
20 Bab 19 - Mencurigakan
21 Bab 20 - Malam Terakhir
22 Bab 21 - Fitnah
23 Bab 22 - Jangan Mengedepankan Amarah
24 Bab 23 - Pencarian Bukti (1)
25 Bab 24 - Pencarian Bukti (2)
26 Bab 25 - Sidang (1)
27 Bab 26 - Sidang (2)
28 Bab 27 - Kepergian Helen
29 Bab 28 - Perpisahan
30 Bab 29 - Sepupu
31 Bab 30 - Tahun Keempat
32 Bab 31 - Mengikuti Perlombaan
33 Bab 32 - Latihan
34 Bab 33 - Pemenang Lomba
35 Bab 34 - Cinta dalam Diam
36 Bab 35 - Memaknai Kata Cinta
37 Bab 36 - Perpisahan
38 Bab 37 - Pulang ke rumah
39 Bab 38 - Bertemu Kembali
40 Bab 39 - Diterima Kerja
41 Bab 40 - Ajakan
42 Bab 41 - Mawar
43 Bab 42 - Tak Pernah Hilang
44 Bab 43 - Laki-laki di Balik Dinding
45 Bab 44 - Surat Balasan
46 Bab 45 - Jawaban
47 Bab 46 - Pengirim Mawar
48 Bab 47 - Bukan Halusinasi
49 Bab 48 - Cerita dengan Syifa
50 Bab 49 - Tentang Malaikat
51 Bab 50 - Yang Datang?
52 Bab 51 - Bukan Keduanya
53 Bab 52 - Maaf dan Terima Kasih
54 Bab 53 - Pernikahan
55 Bab 54 - Suamiku adalah ....
56 Bab 55 - Takdir Allah Itu Indah
57 Bab 56 - Malam Pertama Yang Tak Biasa
58 Bab 57 - Malam Pertama Yang Tak Biasa (2)
59 Bab 58 - Aku Mencintaimu
60 Bab 59 - Malam Pertama Sesungguhnya
61 Epilog
62 Pengumuman
63 Pemenang
64 Sentuhan Cinta Aura by Yoyota
65 Terjebak Cinta Jorell by Yoyota
66 Cinta Sang Aktor by Yoyota
67 Dibuang Setelah Melahirkan by Yoyota
Episodes

Updated 67 Episodes

1
Prolog
2
Bab 1 - Teman Sekamar
3
Bab 2 - Mengisi Hadroh
4
Bab 3 - Perayaan
5
Bab 4 - Siapa laki-laki di balik dinding itu?
6
Bab 5 - Kebencian Helen
7
Bab 6 - Awal Mengaji Bersama
8
Bab 7 - Jilbab Putih
9
Bab 8 - Izam Namanya
10
Bab 9 - Menulis di Buku Harian
11
Bab 10 - Sebuah Surat
12
Bab 11 - Pertemuan
13
Bab 12 - Pengakuan
14
Bab 13 - Ghibah
15
Bab 14 - Maafkan Saya Ukhti
16
Bab 15 - Firasat
17
Bab 16 - Hadiah
18
Bab 17 - Biarkan Aku Menemanimu
19
Bab 18 - Suara ini?
20
Bab 19 - Mencurigakan
21
Bab 20 - Malam Terakhir
22
Bab 21 - Fitnah
23
Bab 22 - Jangan Mengedepankan Amarah
24
Bab 23 - Pencarian Bukti (1)
25
Bab 24 - Pencarian Bukti (2)
26
Bab 25 - Sidang (1)
27
Bab 26 - Sidang (2)
28
Bab 27 - Kepergian Helen
29
Bab 28 - Perpisahan
30
Bab 29 - Sepupu
31
Bab 30 - Tahun Keempat
32
Bab 31 - Mengikuti Perlombaan
33
Bab 32 - Latihan
34
Bab 33 - Pemenang Lomba
35
Bab 34 - Cinta dalam Diam
36
Bab 35 - Memaknai Kata Cinta
37
Bab 36 - Perpisahan
38
Bab 37 - Pulang ke rumah
39
Bab 38 - Bertemu Kembali
40
Bab 39 - Diterima Kerja
41
Bab 40 - Ajakan
42
Bab 41 - Mawar
43
Bab 42 - Tak Pernah Hilang
44
Bab 43 - Laki-laki di Balik Dinding
45
Bab 44 - Surat Balasan
46
Bab 45 - Jawaban
47
Bab 46 - Pengirim Mawar
48
Bab 47 - Bukan Halusinasi
49
Bab 48 - Cerita dengan Syifa
50
Bab 49 - Tentang Malaikat
51
Bab 50 - Yang Datang?
52
Bab 51 - Bukan Keduanya
53
Bab 52 - Maaf dan Terima Kasih
54
Bab 53 - Pernikahan
55
Bab 54 - Suamiku adalah ....
56
Bab 55 - Takdir Allah Itu Indah
57
Bab 56 - Malam Pertama Yang Tak Biasa
58
Bab 57 - Malam Pertama Yang Tak Biasa (2)
59
Bab 58 - Aku Mencintaimu
60
Bab 59 - Malam Pertama Sesungguhnya
61
Epilog
62
Pengumuman
63
Pemenang
64
Sentuhan Cinta Aura by Yoyota
65
Terjebak Cinta Jorell by Yoyota
66
Cinta Sang Aktor by Yoyota
67
Dibuang Setelah Melahirkan by Yoyota

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!