Lelaki tersebut mengantarku ke asrama putri. Ia berjalan di depanku tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Sungguh salihnya dia, saat tadi berbicara pun dia tidak memandangku.
Suaranya membuyarkan pikiranku. "Nisya, ini ada santriwati baru, tadi dia salah masuk, dan memasuki kawasan santri laki-laki."
Ah, rupanya aku sudah sampai di asrama putri.
"Terimakasih Zam, telah mengantarkannya kepadaku," jawab si wanita yang tak aku kenal. Kemudian si lelaki pergi meninggalkan kami berdua.
"Hai, aku Nisya, kamu Humaira Azahra, santri baru, kan?" tanya wanita yang mengaku bernama Nisya.
"Iya Kak, aku Humaira Azahra, panggil saja Ira."
Ternyata santri laki-laki itu belum sepenuhnya pergi menjauh, aku bisa melihat gerakan tubuh kak Nisya yang melihat ke arah si santri laki-laki itu. Ia seperti tengah memberikan isyarat pada kak Nisya.
"Ira, ini kunci kamarmu, tadi Abah memberikannya saat kamu menghilang," ucap kak Nisya.
"Astaghfirullah, aku lupa. Aku juga sudah meninggalkan kedua orangtuaku Kak, apa mereka masih berada disini?" tanyaku pada kak Nisya.
"Masih, orang tua kamu masih berada di ruangan Abah," jawab Kak Nisya.
Tiba-tiba kedua orang tua aku datang dan berbicara padaku, "Darimana saja kamu sayang? Bunda tadi mencari mu. Untung saja ada Nak Nisya yang mau dititipkan kunci kamarmu," ujar Bunda
"Maaf Bunda, tadi aku penasaran makanya aku mengelilingi pesantren ini sendirian dan ternyata aku salah masuk tempat Bunda," jawabku.
"Oh, begitu. Nak Nisya kami titip anak kami, Ira. Bimbing dia ya Nisya," pinta bundaku pada Kak Nisya.
" Pasti Bu, akan saya bimbing semampu saya," kata Kak Nisya.
"Panggil Bunda aja iya, Nis," pinta bundaku lagi.
"Baik, Bunda," kata Kak Nisya mengiyakan.
"Sayang Bunda sama Ayah pamit dulu iya, jaga diri kamu baik-baik, jangan banyak bertingkah. Kalau butuh apa-apa bilang ke Kak Nisya atau kamu bisa cari sendiri," ucap bunda ketika akan pergi.
"Baik Bunda," ucapku sambil mencium tangan kedua orangtuaku bergantian.
Bayangan orangtuaku sudah tak terlihat lagi. Aku pun mengikuti kemana Kak Nisya membawaku.
"Ira, ini kamarmu disini kamu tidur bertiga dengan temanmu yang lainnya," jelas Kak Nisya memberitahuku.
"Baik Kak, terimakasih telah mengantarku," kataku pada Kak Nisya.
"Sama-sama, kalo butuh apapun temui aku saja, kamarku ada disebelah kamar kamu," ucap Kak Nisya memberitahukan letak kamarnya.
"Baik kak, kalo boleh tau Kak Nisya udah berapa lama disini?" tanyaku yang penasaran.
"Ya aku disini udah 2 tahun lebih, sebentar lagi usai sudah masa pesantren ku lalu aku akan mengabdi pada pesantren ini selama yang aku inginkan," jawab Kak Nisya.
"Bukannya masa pengabdian hanya satu tahun iya, Kak?" tanyaku heran.
"Iya, memang, akan tetapi aku sudah terlanjur mencintai pesantren ini," ucap Kak Nisya.
Aku kagum dengan jawaban yang dilontarkan oleh Kak Nisya. Tapi, memang benar sih, aku saja yang baru menjejakkan kakiku disini terasa amat sangat nyaman berada disini. Begitu mendamaikan suasana hati.
"Ira, kamu masuk ke kamarmu dulu, bereskan semua barang mu, kemudian istirahatlah, nanti waktu ashar kamu ke masjid iya kita sholat berjamaah," ucap Kak Nisya.
"Baik Kak, sekali lagi terimakasih Kak," ucapku seraya berterimakasih kembali.
Kak Nisya masuk ke kamarnya dan aku pun begitu. Di dalam kamar ternyata ada 2 orang perempuan. Mereka tersenyum dan menyapaku.
"Hai, aku Syifa, aku dari Cilacap," ucap Syifa sambil menjulurkan tangannya.
"Hai, aku Maryam aku dari Cirebon," ucap wanita yang satunya.
"Hai, aku Humaira biasa dipanggil Ira, aku dari Bogor," ucapku seraya membalas uluran tangan mereka bergantian.
Aku membereskan semua barang ku memasukannya ke lemari yang sudah disediakan. Kemudian aku beristirahat menghilangkan penat waktu perjalanan. Tapi, sebelum aku tertidur Syifa mengingatkanku.
"Nanti pas ashar jangan lupa ke masjid iya, ada hal penting yang akan disampaikan oleh Abah," ucap Syifa mengingatkanku.
"Baiklah, terimakasih sudah mengingatkanku, Syifa," jawabku padanya.
Aku mulai memejamkan mataku dan terlelap dalam tidurku. Satu jam setengah kemudian aku terbangun dan membersihkan badanku. Bersiap-siap menuju ke masjid. Untungnya tadi aku sudah mengelilingi pesantren ini jadi aku tau dimana masjid itu berada. Aku berjalan ke masjid sendirian karena yang lainnya mungkin sudah berada di masjid sekarang.
Tiba-tiba aku merasakan ingin buang air kecil kemudian aku berlari menuju toilet di masjid. Tanpa kusadari aku salah memasuki toilet, toilet yang kini ku masuki adalah toilet pria.
"Sedang apa kamu disini? Toilet wanita berada disebelah kanannya!" ucap seorang lelaki memberitahuku.
"Maaf kak, saya salah masuk toilet," ucapku kemudian masuk ke toilet perempuan.
Lagi-lagi aku melakukan hal ceroboh. Ampun deh!
Ketika kuingat-ingat ternyata lelaki yang memberitahuku barusan adalah lelaki yang sama yang sudah membawaku ke asrama putri.
Selesai dari toilet, aku berwudhu kembali dan menaiki tangga menuju ke dalam masjid. Disana sudah ada Kak Nisya, Syifa, Maryam dan santriwati yang lainnya beserta para ustadzah di pesantren ini. Aku menghampiri mereka dan duduk di samping Kak Nisya.
"Allahu Akbar, Allahu Akbar." Terdengar suara kumandang adzan. Suaranya begitu merdu, aku pun melirik ke arah dimana muadzin itu, ternyata itu lelaki yang sama yang bertemu di toilet tadi. Disela-sela adzan dan iqamah aku berdoa.
Allaahumma robba haadzihid da'watit taammah, washsholaatil qoo-imah, aati muhammadanil washiilata wal fadhiilah, wasysyarofa, wad darajatal, 'aaliyatar rofii'ah, wab'atshu maqoomam mahmuudanil ladzii wa'adtah, innaka laa tukhliful mii'aadz, ucapku dalam hati.
Berdoa diantara adzan dan iqamah itu termasuk waktu mustajab dimana semua doa hambanya akan cepat terkabulkan.
Iqamah sudah terdengar, kami semua berdiri dan menunaikan sholat.
Setelah sholat, Abah menaiki mimbar dan berkata, "Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, santriwan dan santriwati beserta para ustadz dan ustadzah."
"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh," ucap semuanya.
"Ada berita penting yang akan saya sampaikan pada kalian semua," ucap Abah melanjutkan.
"Sebentar lagi pesantren kita sudah genap berusia 25 tahun, untuk itu saya akan .... "
Ucapan Abah terhenti saat mikrofon yang Abah gunakan tidak bersuara.
****
Tunggu part selanjutnya..
Kira-kira apa iya yang akan Abah bicarakan?
Terus laki-laki itu siapa?
Mengapa selalu tanpa sengaja bertemu dengan Ira?
Sabar menunggu kelanjutannya iya..😁😁
****
Terimakasih sudah membaca ceritaku.
Semoga kalian suka.
Mohon kritik dan sarannya agar aku bisa memperbaiki karya ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Saripah Iva
lanjutt
2022-10-14
1
✍️⃞⃟𝑹𝑨🤎ᴹᴿˢ᭄мαмι.Ɱυɳιαɾ HIAT
masih lanjut baca thor
2022-10-08
0
Ernadina 86
kukira panggilannya Zahra
2022-10-07
0