Abah melanjutkan perkataannya setelah salah seorang santri mengambilkan mikrofon baru.
"Sebentar lagi pesantren kita sudah genap berusia 25 tahun, untuk itu saya akan memberitahukan kepada semua santriwan dan santriwati bahwa kita akan mengadakan pentas seni islami. Di antaranya nasyid, hadroh/marawis, puisi bertema islami, dan tausiyah. Setiap kelas wajib mengirimkan perwakilan. Pentas akan diadakan satu minggu dari sekarang. Untuk itu, kalian semua harus mempersiapkan semua ini dengan baik. Bagi yang bersedia menjadi pembawa acara harap hubungi pengasuh asrama masing-masing. Nanti setelah itu akan di seleksi siapa yang pantas jadi pembawa acara. Sekian dari saya, apabila kurang jelas kalian bisa menanyakan ulang kepada pengasuh asrama. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh."
"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh," ucap kami semuanya.
Semua yang berada di masjid berhamburan keluar menuju asramanya masing-masing. Sedangkan aku yang baru hari ini menjadi santri belum tahu siapa saja teman-teman yang sekelas denganku.
"Ira ... " panggil Kak Nisya menggerakkan tangannya di depan wajahku.
"Eh, iya Kak, ada apa?" jawabku kemudian.
"Jangan bengong aja, pasti kamu bingung ya kamu sekelas sama siapa?" tanya Kak Nisya.
"Hehe, iya nih Kak," jawabku lagi.
"Kamu tenang saja, nanti malam ada kelas tarikh kok," ucap kak Nisya memberitahuku.
"Ayo, kita ke asrama!" ajak Kak Nisya sambil menggenggam tanganku. Baru kali ini aku merasakan hangatnya genggaman seorang kakak walaupun ia hanya kakak tingkat ku di pesantren. Ia begitu baik padaku.
Dari jauh ternyata ada yang mengamati ku sedari tadi dengan tatapan tidak suka. Entah siapa wanita itu, aku pun tak mengenalnya.
Mungkin saja sebenarnya dia bukan menatap ke arahku. Tetapi ke arah yang lain. Aku tidak boleh suudzon sama orang.
"Ira, kamu mau ikut kakak ke dapur tidak?" Kak Nisya mengajakku.
"Boleh Kak, aku juga bingung mau ngapain. Tunggu sebentar iya Kak. Aku mau mengganti jilbabku," jawabku mengiyakan dan memasuki kamarku.
Beberapa menit kemudian, aku keluar kamar dan bertemu Kak Nisya di depan kamarnya. Kami berjalan menuju ke dapur. Ternyata di dapur sudah ada sekitar 5 orang santriwati yang akan memasak.
"Ra, tolong ambilkan cabai dan bawang sebelah sana," ucap kak Nisya sambil menunjukkan tempat cabe dan bawang ditaruh.
Tanpa menunggu lama aku langsung mengambilkannya saja.
"Ini Kak, cabe dan bawangnya. Ada lagi yang bisa aku bantu Kak?"
"Kamu potongin aja buncis sama tahunya, Ra." Kak Nisya menyuruhku sambil memotong cabai dan bawang.
"Disini ada jadwal masaknya juga iya Kak?" tanyaku pada Kak Nisya.
"Iya, Ra. Sepekan sekali pergantian jadwal memasaknya. Untuk santi putri masak bagian sayur, dan lauk pauk nya sedangkan santri putra bagian memasak nasinya. Jadi, kita disini bukan hanya belajar tentang agama saja, banyak ilmu lain yang nantinya akan kamu dapatkan disini, Ra. Kakak dulunya juga nggak bisa memasak. Tapi, karena terbiasa dan mau belajar jadi kakak bisa memasak sekarang," jelas Kak Nisya.
Terdengar suara laki-laki dari pintu dapur.
"Assalamualaikum, nasinya sudah matang." Laki-laki itu berjalan masuk ke dapur dan meletakan nya di meja.
"Waalaikumsalam, terima kasih Zam. Sayurnya nanti menyusul sekitar pukul 17.30 bisa diambil," ucap kak Nisya.
Laki-laki itu hanya menganggukkan kepalanya dan beranjak pergi keluar dari dapur. Laki-laki tersebut juga adalah orang yang sama yang bertemu denganku di toilet pria. Kak Nisya memanggilnya Zam. Apakah namanya itu Azam, Fazam, atau Bahkan Lazam? Aku pun belum mengetahuinya.
Dua jam kemudian semua masakan sudah selesai dan sudah diambil oleh santri putra. "Ira, ayo bersih-bersih badan dulu, sebentar lagi sholat maghrib." Aku hanya menganggukkan kepalaku.
Waktu sholat maghrib telah tiba. Semua santri berbondong-bondong pergi ke masjid. Selesai sholat maghrib para santri bebas melakukan apapun. Ada yang tadarus Al quran dan menghafal surat-surat di masjid. Ada yang kembali ke asrama untuk makan. Adapula yang hanya duduk sambil menunggu waktu sholat isya tiba.
Pelajaran akan dimulai sesudah isya. Waktu sudah menunjukkan pukul 19.30 saatnya aku memasuki kelasku. Syifa dan Maryam ternyata sekelas denganku dan juga wanita yang aku kira menatapku tidak suka. Bersyukurnya aku bisa sekelas dengan mereka.
"Ra, sini duduk sebelahku!" ajak Syifa padaku.
Lima menit kemudian ada seseorang yang masuk. Ia adalah Ustadzah Lulu.
"Humaira, silahkan perkenalkan diri kamu. Cukup berdiri disitu saja!" perintah ustadzah padaku.
"Perkenalkan nama saya Humaira Azzahra, kalian bisa panggil saya Ira. Saya berasal dari Bogor. Semoga kalian semua berkenan menjadi teman saya dan mau membimbing saya serta mau menasehati saya ketika saya salah."
"Terimakasih, Ira. Malam ini kita tidak akan membahas tentang tarikh dulu karena saya akan memilih di antara kalian untuk mewakilkan kelas kita mengikuti pensi pekan depan. Yang bersedia mengikuti pensi silahkan angkat tangan."
Ada empat orang yang mengangkat tangannya.
Tiba-tiba Syifa berbicara padaku. "Ra, itu ada apa di lengan bajumu." Otomatis aku langsung mengangkat kan tanganku.
"Oke, kita sudah mempunyai 5 kandidat disini, ada Syifa, Maryam, Hanun, Gia dan Ira."
Aku terkejut ketika namaku disebut. Sementara Syifa tersenyum senang ketika namaku disebut.
"Baiklah, kalian boleh memilih apa yang akan kalian pentaskan nanti."
"Hadroh Ustadzah, Maryam kan pintar memainkan kendang, terus Saya, Hanun dan Gia bisa memainkan Rebana, nanti Ira yang nyanyi, bagaimana ustadzah?" ucap Syifa memberikan usul.
"Coba Ira, kamu bernyanyi sedikit sholawat yang kamu tahu."
Abtahiyyah wabsalam
Ansyaru ahlal kalam zainuddin yahtiro
Amahabbah wabtisam
Ansyaru bainil anam hadahu deen assalam
"Bagus sekali suaramu, Ira. Dengan begitu pemilihan selesai. Kalian boleh memasuki kamar masing-masing. Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh."
"Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh," ucap semuanya.
Kami semua keluar dari kelas dan menuju kamar masing-masing. Merebahkan seluruh tubuh untuk menghilangkan kantuk yang dirasakan.
*****
Keesokan paginya, semua santri membersihkan pondok pesantren. Selama seminggu ke depan kami tidak ada pelajaran di kelas hanya ada latihan-latihan untuk mengisi pensi dan juga tugas menghapal surat-suratan.
Di ruang latihan, aku mulai menyelaraskan suaraku dengan alunan musik rebana dan kendang. Aku memilih menyanyikan sholawat Ya Nabi Salam 'Alaika.
Ya Nabi Salam 'Alaika
Ya Rasul Salam 'Alaika
Ya Habib Salam 'Alaika
Sholawatullah 'Alaika
Asyroqol Badru 'Alaina
Fakhtafat Minhul Buduruu
Mitsla Husnik Maa Ro'aina
Khottu Ya Wajha Sururii
Ketika bernyanyi, aku melihat dari jendela ruangan, ada santri putra yang tak sengaja bertemu denganku sedang mengobrol dengan kak Nisya. Entah apa yang mereka obrolkan aku pun tak tahu. Mereka terlihat begitu dekat. Astaghfirullahaladzim, apa yang aku pikiran. Aku segera menghapus pikiran aneh ku.
****
Kira-kira siapa wanita yang tadi menatap Ira dengan tidak suka?
Mengapa sampai saat ini Ira belum mengetahui nama lelaki itu?
Ada hubungan apa kak Nisya dengan lelaki itu?
Tunggu part selanjutnya ...
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Sari Sari
suara ira bagus ya
2022-12-12
2
Saripah Iva
Nisa n Azam saudaraan kali ya😁😁
2022-10-14
0
✍️⃞⃟𝑹𝑨🤎ᴹᴿˢ᭄мαмι.Ɱυɳιαɾ HIAT
nisya baik ya sapa ya
2022-10-08
0