Bab 2 - Mengisi Hadroh

Abah melanjutkan perkataannya setelah salah seorang santri mengambilkan mikrofon baru.

"Sebentar lagi pesantren kita sudah genap berusia 25 tahun, untuk itu saya akan memberitahukan kepada semua santriwan dan santriwati bahwa kita akan mengadakan pentas seni islami. Di antaranya nasyid, hadroh/marawis, puisi bertema islami, dan tausiyah. Setiap kelas wajib mengirimkan perwakilan. Pentas akan diadakan satu minggu dari sekarang. Untuk itu, kalian semua harus mempersiapkan semua ini dengan baik. Bagi yang bersedia menjadi pembawa acara harap hubungi pengasuh asrama masing-masing. Nanti setelah itu akan di seleksi siapa yang pantas jadi pembawa acara. Sekian dari saya, apabila kurang jelas kalian bisa menanyakan ulang kepada pengasuh asrama. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh."

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh," ucap kami semuanya.

Semua yang berada di masjid berhamburan keluar menuju asramanya masing-masing. Sedangkan aku yang baru hari ini menjadi santri belum tahu siapa saja teman-teman yang sekelas denganku.

"Ira ... " panggil Kak Nisya menggerakkan tangannya di depan wajahku.

"Eh, iya Kak, ada apa?" jawabku kemudian.

"Jangan bengong aja, pasti kamu bingung ya kamu sekelas sama siapa?" tanya Kak Nisya.

"Hehe, iya nih Kak," jawabku lagi.

"Kamu tenang saja, nanti malam ada kelas tarikh kok," ucap kak Nisya memberitahuku.

"Ayo, kita ke asrama!" ajak Kak Nisya sambil menggenggam tanganku. Baru kali ini aku merasakan hangatnya genggaman seorang kakak walaupun ia hanya kakak tingkat ku di pesantren. Ia begitu baik padaku.

Dari jauh ternyata ada yang mengamati ku sedari tadi dengan tatapan tidak suka. Entah siapa wanita itu, aku pun tak mengenalnya.

Mungkin saja sebenarnya dia bukan menatap ke arahku. Tetapi ke arah yang lain. Aku tidak boleh suudzon sama orang.

"Ira, kamu mau ikut kakak ke dapur tidak?" Kak Nisya mengajakku.

"Boleh Kak, aku juga bingung mau ngapain. Tunggu sebentar iya Kak. Aku mau mengganti jilbabku," jawabku mengiyakan dan memasuki kamarku.

Beberapa menit kemudian, aku keluar kamar dan bertemu Kak Nisya di depan kamarnya. Kami berjalan menuju ke dapur. Ternyata di dapur sudah ada sekitar 5 orang santriwati yang akan memasak.

"Ra, tolong ambilkan cabai dan bawang sebelah sana," ucap kak Nisya sambil menunjukkan tempat cabe dan bawang ditaruh.

Tanpa menunggu lama aku langsung mengambilkannya saja.

"Ini Kak, cabe dan bawangnya. Ada lagi yang bisa aku bantu Kak?"

"Kamu potongin aja buncis sama tahunya, Ra." Kak Nisya menyuruhku sambil memotong cabai dan bawang.

"Disini ada jadwal masaknya juga iya Kak?" tanyaku pada Kak Nisya.

"Iya, Ra. Sepekan sekali pergantian jadwal memasaknya. Untuk santi putri masak bagian sayur, dan lauk pauk nya sedangkan santri putra bagian memasak nasinya. Jadi, kita disini bukan hanya belajar tentang agama saja, banyak ilmu lain yang nantinya akan kamu dapatkan disini, Ra. Kakak dulunya juga nggak bisa memasak. Tapi, karena terbiasa dan mau belajar jadi kakak bisa memasak sekarang," jelas Kak Nisya.

Terdengar suara laki-laki dari pintu dapur.

"Assalamualaikum, nasinya sudah matang." Laki-laki itu berjalan masuk ke dapur dan meletakan nya di meja.

"Waalaikumsalam, terima kasih Zam. Sayurnya nanti menyusul sekitar pukul 17.30 bisa diambil," ucap kak Nisya.

Laki-laki itu hanya menganggukkan kepalanya dan beranjak pergi keluar dari dapur. Laki-laki tersebut juga adalah orang yang sama yang bertemu denganku di toilet pria. Kak Nisya memanggilnya Zam. Apakah namanya itu Azam, Fazam, atau Bahkan Lazam? Aku pun belum mengetahuinya.

Dua jam kemudian semua masakan sudah selesai dan sudah diambil oleh santri putra. "Ira, ayo bersih-bersih badan dulu, sebentar lagi sholat maghrib." Aku hanya menganggukkan kepalaku.

Waktu sholat maghrib telah tiba. Semua santri berbondong-bondong pergi ke masjid. Selesai sholat maghrib para santri bebas melakukan apapun. Ada yang tadarus Al quran dan menghafal surat-surat di masjid. Ada yang kembali ke asrama untuk makan. Adapula yang hanya duduk sambil menunggu waktu sholat isya tiba.

Pelajaran akan dimulai sesudah isya. Waktu sudah menunjukkan pukul 19.30 saatnya aku memasuki kelasku. Syifa dan Maryam ternyata sekelas denganku dan juga wanita yang aku kira menatapku tidak suka. Bersyukurnya aku bisa sekelas dengan mereka.

"Ra, sini duduk sebelahku!" ajak Syifa padaku.

Lima menit kemudian ada seseorang yang masuk. Ia adalah Ustadzah Lulu.

"Humaira, silahkan perkenalkan diri kamu. Cukup berdiri disitu saja!" perintah ustadzah padaku.

"Perkenalkan nama saya Humaira Azzahra, kalian bisa panggil saya Ira. Saya berasal dari Bogor. Semoga kalian semua berkenan menjadi teman saya dan mau membimbing saya serta mau menasehati saya ketika saya salah."

"Terimakasih, Ira. Malam ini kita tidak akan membahas tentang tarikh dulu karena saya akan memilih di antara kalian untuk mewakilkan kelas kita mengikuti pensi pekan depan. Yang bersedia mengikuti pensi silahkan angkat tangan."

Ada empat orang yang mengangkat tangannya.

Tiba-tiba Syifa berbicara padaku. "Ra, itu ada apa di lengan bajumu." Otomatis aku langsung mengangkat kan tanganku.

"Oke, kita sudah mempunyai 5 kandidat disini, ada Syifa, Maryam, Hanun, Gia dan Ira."

Aku terkejut ketika namaku disebut. Sementara Syifa tersenyum senang ketika namaku disebut.

"Baiklah, kalian boleh memilih apa yang akan kalian pentaskan nanti."

"Hadroh Ustadzah, Maryam kan pintar memainkan kendang, terus Saya, Hanun dan Gia bisa memainkan Rebana, nanti Ira yang nyanyi, bagaimana ustadzah?" ucap Syifa memberikan usul.

"Coba Ira, kamu bernyanyi sedikit sholawat yang kamu tahu."

Abtahiyyah wabsalam

Ansyaru ahlal kalam zainuddin yahtiro

Amahabbah wabtisam

Ansyaru bainil anam hadahu deen assalam

"Bagus sekali suaramu, Ira. Dengan begitu pemilihan selesai. Kalian boleh memasuki kamar masing-masing. Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh."

"Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh," ucap semuanya.

Kami semua keluar dari kelas dan menuju kamar masing-masing. Merebahkan seluruh tubuh untuk menghilangkan kantuk yang dirasakan.

*****

Keesokan paginya, semua santri membersihkan pondok pesantren. Selama seminggu ke depan kami tidak ada pelajaran di kelas hanya ada latihan-latihan untuk mengisi pensi dan juga tugas menghapal surat-suratan.

Di ruang latihan, aku mulai menyelaraskan suaraku dengan alunan musik rebana dan kendang. Aku memilih menyanyikan sholawat Ya Nabi Salam 'Alaika.

Ya Nabi Salam 'Alaika

Ya Rasul Salam 'Alaika

Ya Habib Salam 'Alaika

Sholawatullah 'Alaika

Asyroqol Badru 'Alaina

Fakhtafat Minhul Buduruu

Mitsla Husnik Maa Ro'aina

Khottu Ya Wajha Sururii

Ketika bernyanyi, aku melihat dari jendela ruangan, ada santri putra yang tak sengaja bertemu denganku sedang mengobrol dengan kak Nisya. Entah apa yang mereka obrolkan aku pun tak tahu. Mereka terlihat begitu dekat. Astaghfirullahaladzim, apa yang aku pikiran. Aku segera menghapus pikiran aneh ku.

****

Kira-kira siapa wanita yang tadi menatap Ira dengan tidak suka?

Mengapa sampai saat ini Ira belum mengetahui nama lelaki itu?

Ada hubungan apa kak Nisya dengan lelaki itu?

Tunggu part selanjutnya ...

*****

Terpopuler

Comments

Sari Sari

Sari Sari

suara ira bagus ya

2022-12-12

2

Saripah Iva

Saripah Iva

Nisa n Azam saudaraan kali ya😁😁

2022-10-14

0

✍️⃞⃟𝑹𝑨🤎ᴹᴿˢ᭄мαмι.Ɱυɳιαɾ HIAT

✍️⃞⃟𝑹𝑨🤎ᴹᴿˢ᭄мαмι.Ɱυɳιαɾ HIAT

nisya baik ya sapa ya

2022-10-08

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Bab 1 - Teman Sekamar
3 Bab 2 - Mengisi Hadroh
4 Bab 3 - Perayaan
5 Bab 4 - Siapa laki-laki di balik dinding itu?
6 Bab 5 - Kebencian Helen
7 Bab 6 - Awal Mengaji Bersama
8 Bab 7 - Jilbab Putih
9 Bab 8 - Izam Namanya
10 Bab 9 - Menulis di Buku Harian
11 Bab 10 - Sebuah Surat
12 Bab 11 - Pertemuan
13 Bab 12 - Pengakuan
14 Bab 13 - Ghibah
15 Bab 14 - Maafkan Saya Ukhti
16 Bab 15 - Firasat
17 Bab 16 - Hadiah
18 Bab 17 - Biarkan Aku Menemanimu
19 Bab 18 - Suara ini?
20 Bab 19 - Mencurigakan
21 Bab 20 - Malam Terakhir
22 Bab 21 - Fitnah
23 Bab 22 - Jangan Mengedepankan Amarah
24 Bab 23 - Pencarian Bukti (1)
25 Bab 24 - Pencarian Bukti (2)
26 Bab 25 - Sidang (1)
27 Bab 26 - Sidang (2)
28 Bab 27 - Kepergian Helen
29 Bab 28 - Perpisahan
30 Bab 29 - Sepupu
31 Bab 30 - Tahun Keempat
32 Bab 31 - Mengikuti Perlombaan
33 Bab 32 - Latihan
34 Bab 33 - Pemenang Lomba
35 Bab 34 - Cinta dalam Diam
36 Bab 35 - Memaknai Kata Cinta
37 Bab 36 - Perpisahan
38 Bab 37 - Pulang ke rumah
39 Bab 38 - Bertemu Kembali
40 Bab 39 - Diterima Kerja
41 Bab 40 - Ajakan
42 Bab 41 - Mawar
43 Bab 42 - Tak Pernah Hilang
44 Bab 43 - Laki-laki di Balik Dinding
45 Bab 44 - Surat Balasan
46 Bab 45 - Jawaban
47 Bab 46 - Pengirim Mawar
48 Bab 47 - Bukan Halusinasi
49 Bab 48 - Cerita dengan Syifa
50 Bab 49 - Tentang Malaikat
51 Bab 50 - Yang Datang?
52 Bab 51 - Bukan Keduanya
53 Bab 52 - Maaf dan Terima Kasih
54 Bab 53 - Pernikahan
55 Bab 54 - Suamiku adalah ....
56 Bab 55 - Takdir Allah Itu Indah
57 Bab 56 - Malam Pertama Yang Tak Biasa
58 Bab 57 - Malam Pertama Yang Tak Biasa (2)
59 Bab 58 - Aku Mencintaimu
60 Bab 59 - Malam Pertama Sesungguhnya
61 Epilog
62 Pengumuman
63 Pemenang
64 Sentuhan Cinta Aura by Yoyota
65 Terjebak Cinta Jorell by Yoyota
66 Cinta Sang Aktor by Yoyota
67 Dibuang Setelah Melahirkan by Yoyota
Episodes

Updated 67 Episodes

1
Prolog
2
Bab 1 - Teman Sekamar
3
Bab 2 - Mengisi Hadroh
4
Bab 3 - Perayaan
5
Bab 4 - Siapa laki-laki di balik dinding itu?
6
Bab 5 - Kebencian Helen
7
Bab 6 - Awal Mengaji Bersama
8
Bab 7 - Jilbab Putih
9
Bab 8 - Izam Namanya
10
Bab 9 - Menulis di Buku Harian
11
Bab 10 - Sebuah Surat
12
Bab 11 - Pertemuan
13
Bab 12 - Pengakuan
14
Bab 13 - Ghibah
15
Bab 14 - Maafkan Saya Ukhti
16
Bab 15 - Firasat
17
Bab 16 - Hadiah
18
Bab 17 - Biarkan Aku Menemanimu
19
Bab 18 - Suara ini?
20
Bab 19 - Mencurigakan
21
Bab 20 - Malam Terakhir
22
Bab 21 - Fitnah
23
Bab 22 - Jangan Mengedepankan Amarah
24
Bab 23 - Pencarian Bukti (1)
25
Bab 24 - Pencarian Bukti (2)
26
Bab 25 - Sidang (1)
27
Bab 26 - Sidang (2)
28
Bab 27 - Kepergian Helen
29
Bab 28 - Perpisahan
30
Bab 29 - Sepupu
31
Bab 30 - Tahun Keempat
32
Bab 31 - Mengikuti Perlombaan
33
Bab 32 - Latihan
34
Bab 33 - Pemenang Lomba
35
Bab 34 - Cinta dalam Diam
36
Bab 35 - Memaknai Kata Cinta
37
Bab 36 - Perpisahan
38
Bab 37 - Pulang ke rumah
39
Bab 38 - Bertemu Kembali
40
Bab 39 - Diterima Kerja
41
Bab 40 - Ajakan
42
Bab 41 - Mawar
43
Bab 42 - Tak Pernah Hilang
44
Bab 43 - Laki-laki di Balik Dinding
45
Bab 44 - Surat Balasan
46
Bab 45 - Jawaban
47
Bab 46 - Pengirim Mawar
48
Bab 47 - Bukan Halusinasi
49
Bab 48 - Cerita dengan Syifa
50
Bab 49 - Tentang Malaikat
51
Bab 50 - Yang Datang?
52
Bab 51 - Bukan Keduanya
53
Bab 52 - Maaf dan Terima Kasih
54
Bab 53 - Pernikahan
55
Bab 54 - Suamiku adalah ....
56
Bab 55 - Takdir Allah Itu Indah
57
Bab 56 - Malam Pertama Yang Tak Biasa
58
Bab 57 - Malam Pertama Yang Tak Biasa (2)
59
Bab 58 - Aku Mencintaimu
60
Bab 59 - Malam Pertama Sesungguhnya
61
Epilog
62
Pengumuman
63
Pemenang
64
Sentuhan Cinta Aura by Yoyota
65
Terjebak Cinta Jorell by Yoyota
66
Cinta Sang Aktor by Yoyota
67
Dibuang Setelah Melahirkan by Yoyota

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!