Bab 9 - Menulis di Buku Harian

Hati ini terasa mengganjal, setelah kepergian Kak Izam dari perpustakaan. Aku selalu bertanya-tanya ada hubungan apa di antara Kak Nisya dan Kak Izam. Tapi aku tak cukup berani untuk menanyakan hal itu pada Kak Nisya.

"Ra, kok kamu ngelamun? Kenapa?" Kak Nisya mencoba menyadarkan ku dari alam bawah sadar ku.

"Nggak papa Kak, hehe." Aku menjawab dengan cengiran agar Kak Nisya tidak bertanya lebih.

"Ayo ke asrama! Ini bukunya udah di data semua, Ra," ajak kak Nisya.

Kami meninggalkan perpustakaan dan menuju ke asrama. Aku berjalan di samping Kak Nisya. Begitu banyak santri yang melihatku dengan tatapan aneh, iri, dan ada pula yang tersenyum. Mungkin karena waktu itu aku pernah di hukum di halaman.

"Kak aku duluan ya, aku takut, tatapan mereka semua seperti membenciku." Aku meminta untuk berjalan terlebih dahulu.

"Udah nggak usah dipikirkan. Toh mereka semua tidak mengenal kamu dekat. Setiap orang berhak suka ataupun tidak suka dengan orang. Yang harus kita lakukan adalah tetap berbuat baik kepada orang yang tidak suka sama kita. Udah kamu tenang aja mereka nggak bakalan makan kamu kok." Kak Nisya menasehati ku sambil terkekeh.

"Baiklah Kak." Aku menuruti nasehat Kak Nisya.

Beberapa menit kemudian, aku telah sampai di kamar ku. Ada Syifa di dalam kamar, namun tidak ada Maryam. Syifa mengajakku pergi ke masjid bersama. "Ra, ayo ke masjid!" Aku langsung bersiap-siap dan pergi ke masjid bersama dengan Syifa.

Ketika sampai di masjid, adzan berkumandang. Suara ini? Aku mengenal suara ini. Ini adalah suara Kak Izam. Suara orang yang mampu menggetarkan hatiku.

Iqamah kemudian terdengar. Kami semua melaksanakan sholat magrib. Karena sekarang adalah hari Jumat, maka semua santri di wajibkan untuk membaca surat al- Kahfi. Hari Jumat ini merupakan hari yang mulia, terdapat dalam sebuah hadist.

"Sebaik-baik hari di mana matahari terbit di saat itu adalah hari Jumat. Pada hari ini Adam diciptakan, hari ketika ia dimasukkan ke dalam surga dan hari ketika ia dikeluarkan dari surga. Dan hari kiamat tidak akan terjadi kecuali pada hari Jumat.”

Itulah keutamaan hari Jumat, untuk itu Abah selalu menyuruh semua santri untuk memuliakan hari Jumat dengan membaca surat Al Kahfi bersama-sama setelah solat magrib. Selesai membaca surat Al Kahfi, kami semua sholat isya berjamaah.

Setelah sholat aku bergegas keluar dari masjid bersama dengan Kak Nisya dan Syifa. Satu sama lain tak ada yang membuka suara. Hingga akhirnya Syifa menanyakan keutamaan membaca surat Al Kahfi.

"Kak Nisya, aku mau tanya boleh?" ucap Syifa sedikit takut-takut.

"Boleh dong, nggak usah sungkan gitu kalau mau tanya. Mau tanya apa Syif?" Kak Nisya mengerti apa dirasakan Syifa.

"Kenapa di setiap hari Jumat kita di wajibkan membaca surat Al Kahfi? Aku masih belum mengerti itu kak," ucap Syifa penasaran.

"Kenapa kita di wajibkan membaca surat Al Kahfi setiap hari Jumat? Karena surat Al Kahfi itu memiliki banyak keutamaan ketika kita membacanya. Mau tau apa aja keutamaannya?" Aku dan Syifa mengangguk.

"Jadi, keutamaan membaca surat Al Kahfi itu dapat melindungi kita dari Dajjal dan segala fitnahnya, terus kita juga akan mendapatkan cahaya penerang dari Allah dan juga kita bisa mendapatkan ampunan dari Allah SWT. Surat Al Kahfi juga bisa di baca di hari yang lainnya." Penjelasan dari Kak Nisya membuat aku ingin mendapatkan semua keutamaan itu.

"Makasih ya kak, aku paham sekarang, makanya di hari Jumat kita selalu membaca surat Al-Kahfi," ucap Syifa mengerti penjelasan dari Kak Nisya.

"Udah paham kan sekarang? Kalau masih ada yang ingin ditanyakan lagi, tanya aja ke kakak ya, kakak dengan senang hati akan menjawabnya sesuai pengetahuan kakak." Kak Nisya menambahkan.

"Tidak Kak, lain kali saja," ucapku pada Kak Nisya.

Tanpa sadar, kami sudah berada di depan pintu kamar masing-masing.

"Kakak masuk dulu yah, selamat beristirahat." Kak Nisya masuk ke kamarnya.

Kemudian aku dan Syifa pun masuk ke kamar. Terlihat Maryam sudah bersiap untuk istirahat. Dia merebahkan tubuhnya di atas kasur. Aku yang awalnya ingin menyapa Maryam tidak jadi karena takut mengganggu waktu istirahat Maryam.

"Syif, kamu mau langsung tidur?" tanyaku ke Syifa.

"Iya nih, Ra. Kayanya tadi siang aku terlalu bersemangat jadinya lelah seperti ini." Syifa merebahkan tubuhnya di atas kasur. Memejamkan matanya dan kemudian tertidur.

Lain dengan aku, aku tidak bisa tidur sama sekali. Karena ku tidak biasa tidur di pukul delapan.

Suara-suara jangkrik terdengar dari luar asrama. Hening yang sekarang aku rasa. Aku ingat, tadi sore aku meminjam sebuah novel, dan aku baru membaca beberapa bagian saja. Aku melanjutkan membaca novel tersebut. Ya, meskipun aku sudah tau bagaimana akhirnya, akan tetapi aku ingin tahu detail-detail peristiwa yang ada di dalam setiap bab nya.

Tak terasa waktu sudah larut malam, aku masih asik dengan novel ini. Begitu banyak pesan yang disampaikan di novel ini. Aku sangat suka. Aku menutup novel ini.

Aku mencari buku harian ku, disini lah aku mencurahkan semua isi hatiku selama ini. Aku mulai menulis cerita di hari ini.

...Hari ini adalah hari yang sangat indah, aku bisa melihat senyumnya meski tidak secara langsung di hadapanku. Tapi, aku juga sedih karena ia terlihat begitu dekat dengan Kak Nisya. Apakah mereka memiliki hubungan? Itu saja yang ada dalam pikiranku. Aku hanya bisa berdoa dan berharap jika dia memang jodohku maka dekatkanlah kami dengan cara indah mu, jika bukan, hilangkan lah perasaan ini untuknya agar aku bisa memulai membuka hati untuk calon jodohku kelak. Dan aku juga bisa fokus menimba ilmu tanpa harus merasakan jatuh cinta....

...Tolong jaga rahasia ini buku harian ku....

..._Humaira Azzahra_...

****

Aku menutup buku harian ku. Aku ke kamar mandi untuk berwudhu. Karena dengan berwudhu pikiran dan hatiku terasa lebih tenang.

Ketika aku hendak merebahkan tubuh ku. Aku mendengar suara lantunan ayat suci lagi. Ternyata laki-laki di balik dinding itu yang membacanya. Aku kira dia tidak akan membaca. Karena ini sudah larut malam.

"Ukhti, apakah kau sudah tidur?" tanya dia padaku.

"Belum akhi," jawabku.

"Baiklah, apa kamu sudah siap membaca Al Quran bersamaku." tanya dia lagi.

"Iya akhi," jawabku lagi seraya memakai jilbab dan menggelar sajadah di lantai.

Kami berdua membaca Al Quran dengan tartil. Tartil adalah bentuk aturan dalam pembacaan Al Quran yang berarti membaca Al Quran secara perlahan dengan tajwid dan makhraj yang jelas dan benar.

Selesai membaca, aku merebahkan tubuhku di atas kasur. Semoga esok hari akan terasa lebih indah dan lebih baik dari hari ini. Aku bergumam dalam hati. Kemudian membaca doa dan tertidur.

*****

Terpopuler

Comments

Tari Gan

Tari Gan

Masya Allah jadi ingat pas mondok dulu up nya lg othorrr

2022-10-09

1

Nur Aeni

Nur Aeni

apakah sih izam ya yg selalu mengajak mengaji ira..aku dukung mereka berjodoh😍
lanjut thor tetap semangat 💪😍

2022-10-09

1

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Bab 1 - Teman Sekamar
3 Bab 2 - Mengisi Hadroh
4 Bab 3 - Perayaan
5 Bab 4 - Siapa laki-laki di balik dinding itu?
6 Bab 5 - Kebencian Helen
7 Bab 6 - Awal Mengaji Bersama
8 Bab 7 - Jilbab Putih
9 Bab 8 - Izam Namanya
10 Bab 9 - Menulis di Buku Harian
11 Bab 10 - Sebuah Surat
12 Bab 11 - Pertemuan
13 Bab 12 - Pengakuan
14 Bab 13 - Ghibah
15 Bab 14 - Maafkan Saya Ukhti
16 Bab 15 - Firasat
17 Bab 16 - Hadiah
18 Bab 17 - Biarkan Aku Menemanimu
19 Bab 18 - Suara ini?
20 Bab 19 - Mencurigakan
21 Bab 20 - Malam Terakhir
22 Bab 21 - Fitnah
23 Bab 22 - Jangan Mengedepankan Amarah
24 Bab 23 - Pencarian Bukti (1)
25 Bab 24 - Pencarian Bukti (2)
26 Bab 25 - Sidang (1)
27 Bab 26 - Sidang (2)
28 Bab 27 - Kepergian Helen
29 Bab 28 - Perpisahan
30 Bab 29 - Sepupu
31 Bab 30 - Tahun Keempat
32 Bab 31 - Mengikuti Perlombaan
33 Bab 32 - Latihan
34 Bab 33 - Pemenang Lomba
35 Bab 34 - Cinta dalam Diam
36 Bab 35 - Memaknai Kata Cinta
37 Bab 36 - Perpisahan
38 Bab 37 - Pulang ke rumah
39 Bab 38 - Bertemu Kembali
40 Bab 39 - Diterima Kerja
41 Bab 40 - Ajakan
42 Bab 41 - Mawar
43 Bab 42 - Tak Pernah Hilang
44 Bab 43 - Laki-laki di Balik Dinding
45 Bab 44 - Surat Balasan
46 Bab 45 - Jawaban
47 Bab 46 - Pengirim Mawar
48 Bab 47 - Bukan Halusinasi
49 Bab 48 - Cerita dengan Syifa
50 Bab 49 - Tentang Malaikat
51 Bab 50 - Yang Datang?
52 Bab 51 - Bukan Keduanya
53 Bab 52 - Maaf dan Terima Kasih
54 Bab 53 - Pernikahan
55 Bab 54 - Suamiku adalah ....
56 Bab 55 - Takdir Allah Itu Indah
57 Bab 56 - Malam Pertama Yang Tak Biasa
58 Bab 57 - Malam Pertama Yang Tak Biasa (2)
59 Bab 58 - Aku Mencintaimu
60 Bab 59 - Malam Pertama Sesungguhnya
61 Epilog
62 Pengumuman
63 Pemenang
64 Sentuhan Cinta Aura by Yoyota
65 Terjebak Cinta Jorell by Yoyota
66 Cinta Sang Aktor by Yoyota
67 Dibuang Setelah Melahirkan by Yoyota
Episodes

Updated 67 Episodes

1
Prolog
2
Bab 1 - Teman Sekamar
3
Bab 2 - Mengisi Hadroh
4
Bab 3 - Perayaan
5
Bab 4 - Siapa laki-laki di balik dinding itu?
6
Bab 5 - Kebencian Helen
7
Bab 6 - Awal Mengaji Bersama
8
Bab 7 - Jilbab Putih
9
Bab 8 - Izam Namanya
10
Bab 9 - Menulis di Buku Harian
11
Bab 10 - Sebuah Surat
12
Bab 11 - Pertemuan
13
Bab 12 - Pengakuan
14
Bab 13 - Ghibah
15
Bab 14 - Maafkan Saya Ukhti
16
Bab 15 - Firasat
17
Bab 16 - Hadiah
18
Bab 17 - Biarkan Aku Menemanimu
19
Bab 18 - Suara ini?
20
Bab 19 - Mencurigakan
21
Bab 20 - Malam Terakhir
22
Bab 21 - Fitnah
23
Bab 22 - Jangan Mengedepankan Amarah
24
Bab 23 - Pencarian Bukti (1)
25
Bab 24 - Pencarian Bukti (2)
26
Bab 25 - Sidang (1)
27
Bab 26 - Sidang (2)
28
Bab 27 - Kepergian Helen
29
Bab 28 - Perpisahan
30
Bab 29 - Sepupu
31
Bab 30 - Tahun Keempat
32
Bab 31 - Mengikuti Perlombaan
33
Bab 32 - Latihan
34
Bab 33 - Pemenang Lomba
35
Bab 34 - Cinta dalam Diam
36
Bab 35 - Memaknai Kata Cinta
37
Bab 36 - Perpisahan
38
Bab 37 - Pulang ke rumah
39
Bab 38 - Bertemu Kembali
40
Bab 39 - Diterima Kerja
41
Bab 40 - Ajakan
42
Bab 41 - Mawar
43
Bab 42 - Tak Pernah Hilang
44
Bab 43 - Laki-laki di Balik Dinding
45
Bab 44 - Surat Balasan
46
Bab 45 - Jawaban
47
Bab 46 - Pengirim Mawar
48
Bab 47 - Bukan Halusinasi
49
Bab 48 - Cerita dengan Syifa
50
Bab 49 - Tentang Malaikat
51
Bab 50 - Yang Datang?
52
Bab 51 - Bukan Keduanya
53
Bab 52 - Maaf dan Terima Kasih
54
Bab 53 - Pernikahan
55
Bab 54 - Suamiku adalah ....
56
Bab 55 - Takdir Allah Itu Indah
57
Bab 56 - Malam Pertama Yang Tak Biasa
58
Bab 57 - Malam Pertama Yang Tak Biasa (2)
59
Bab 58 - Aku Mencintaimu
60
Bab 59 - Malam Pertama Sesungguhnya
61
Epilog
62
Pengumuman
63
Pemenang
64
Sentuhan Cinta Aura by Yoyota
65
Terjebak Cinta Jorell by Yoyota
66
Cinta Sang Aktor by Yoyota
67
Dibuang Setelah Melahirkan by Yoyota

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!