Sistem Pendekar Terkuat

Sistem Pendekar Terkuat

Mimpi Yang Mustahil

“Ahaha bodoh! Dia mau jadi pendekar terkuat?!”

“Lihat, tubuhnya kurus kering begitu mau jadi pendekar? Haha!”

Malam hari di antara pepohonan rindang, terlihat kerumunan anak-anak sedang merundung seorang anak kecil yang duduk di tanah, tanpa tenaga, bajunya compang-camping, tidak sedikit bagian tubuhnya memar.

“Menangislah panggil orang tuamu!” Salah seorang anak lelaki yang paling besar menjenggut rambut panjang anak lemah ini.

“Ups, kau tidak punya siapa-siapa ya. Heh."

”HAHAHA!”

Rambut anak kecil lemah itu ditarik begitu keras seolah dipaksa menunjukkan wajahnya. Ia tetap tertunduk, anak-anak lain mengira dia menangis.

“Sialan.” Suara lemah nan penuh tekad keluar dari anak kecil itu.

“Aku… masih punya… KAKEK AN!” Anak kecil itu mengangkat wajahnya, dengan sorot mata tajam, ia menutup matanya dan mengarahkan wajahnya ke depan.

“HM!?”

DUAGH!

“INGAT ITU!” Anak kecil itu menabrakkan kepalanya dengan anak lelaki yang lebih besar itu.

“Ugh….” Alhasil anak paling besar itu jatuh ke belakang, bersamaan dengan itu darah mengucur dari dahi anak kecil ini.

“HAH! SIAPA LAGI!? MAJU SINI!” Anak kecil itu mengepalkan tangannya ke depan, sedang anak kecil yang lain bergetar pelan dengan tatapan tidak percaya.

“Ah! Ibu! Xiao Liu berulah lagi!” Seketika itu juga anak-anak kecil itu membubarkan diri, meninggalkan teman besar mereka yang tergeletak di tanah.

“KALIAN YANG MULAI DULUAN!” Raut wajah anak kecil itu memerah, mengumpat sembari menghentakkan kakinya ke tanah. Sementara anak-anak kecil lain berlari ke arah desa, tidak sedikit di antara mereka yang ketakutan dan menangis.

“AKU AKAN JADI PENDEKAR TERKUAT! INGAT ITU!”

“Cih.” Anak kecil itu terdiam sejenak, sementara luka di dahinya mengucur pelan.

“Liu.” Suara pria lembut terdengar di antara pepohonan rindang yang seharusnya sudah tidak ada siapapun.

“Hah!” Mata Xiao Liu terbuka lebar. "Kakek An!?" lanjutnya. Darimana orang tua ini datang?

“Mau menolongku kek? Tapi sudah telat!” Xiao Liu menatap seorang pria tua dengan rambut putih panjang.

Seorang bernama Kakek An itu memakai baju putih panjang, rambut putihnya tanda umurnya, namun tidak banyak keriput ada padanya. Suaranya lembut tidak peduli sudah disebut kakek sekalipun, suaranya bak aliran air yang menenangkan.

Kakek An menaruh tangannya di belakang, menatap Liu dengan seksama.

“Eh?” Entah mengapa Liu malah merasa ada yang tidak beres.

“Sudah malam dan kamu berkelahi di hutan? Anak lima tahun harus ada di ranjang tidur sekarang.”

Suara lembut Kakek An terdengar. Meski begitu Xiao Liu tahu kakeknya itu sedang menceramahinya sekarang.

“Heh dia tumbang kek! Kakek tidak usah menjemput, Liu bisa pulang sendiri!” Xiao Liu tersenyum lebar, sementara darah yang mengucur di dahinya masuk ke mulutnya.

“UARGH! AH! Aku menelan darah! Bisa-bisa aku jadi iblis! CUH!”

Anak kecil itu malah panik dan mengelap mulutnya segera.

“….” Kakek An menyentuh dahinya sendiri, tipikal orang pusing, dan mengarahkan pandangannya ke anak lelaki besar yang tergeletak di tanah kemudian mendekatinya dan menyentuh dahinya, dan seketika itu juga cahaya hijau bersinar terang.

“Woah keren!” Xiao Liu terkesima melihat kakeknya menggunakan suatu ilmu.

“… Tunggu… Kek! Kenapa bukan aku yang disembuhkan!?” Liu mengubah ekspresinya dalam sekejap.

Benar saja, luka di dahi anak lelaki yang terbaring itu lenyap.

Kakek An berdiri pelan. “Liu sudah berapa kali kakek katakan?”

“….” Liu terdiam, ekpresinya tidak terlihat baik-baik saja. Ia pikir kakeknya akan menolongnya.

“Apa kamu mengatakan hal aneh?” Sorot mata Kakek An begitu tajam seolah memaksa anak kecil ini mengatakan yang sebenarnya.

“Ah….” Liu tidak berani menatap lama-lama dan menatap tanah saja. Sementara itu ia tidak mengatakan apapun lagi.

“Katakan sesuatu Liu, atau kakek tidak bisa menolongmu.”

“Anak-anak lain pasti mengadukan ini ke orang tuanya, kamu bisa di usir dari desa.”

Liu kecil tidak mengatakan apapun juga, sementara itu ia memegang dadanya perlahan.

“AH KAKEK BODOH! NGGAK NGERTI! SUDAHLAH!”

Seketika itu juga Liu berbalik dan lari kencang, bukannya ke desa malah masuk ke hutan lebih dalam lagi. ‘Kakek bodoh! Berapa kali lagi aku menjelaskannya?! Padahal kakek tahu! Kenapa bertanya lagi!?’ batin anak itu menjerit keras.

Sementara itu di sisi lain, Kakek An terdiam melihat Liu. Ia tidak mengejarnya dan malah menggendong anak yang lebih besar ke desa, dan langsung pulang ke rumahnya.

Malam pun berlalu, dan paginya seperti biasa, Kakek An melihat ke kamar Liu, namun tidak ada siapapun di sana.

“Belum pulang ya, mungkin betah di hutan.” Kakek An segera pergi ke dapur dan mengolah dedaunan segar, ditumbuk, direbus, dijadikan minuman yang pas untuk mengawali hari.

Kebetulan pagi ini terasa dingin, Kakek An menselonjorkan kakinya dekat perapian sederhana. Terlihat menikmati kehidupan seperti yang sudah seharusnya.

“Ah~” Tidak ada yang mengalahkan teh hangat di pagi hari, Kakek An mengambil buku tebal dan mulai membaca.

BRAK!

“?” Kakek An mendengar suara pintu terbuka keras, mungkinkah ada laporan warga di pagi hari? Mengingat dia sendiri adalah pemimpin desa.

Terdengar suara langkah kaki kecil. Kakek An tidak beranjak dari tempatnya dan lanjut menyeruput tehnya.

“KAKEK!” Terdengar suara Liu dari kejauhan.

“Ah! Liu! Kemari, nikmati teh hangat.” Kebetulan Kakek An membuat dua cangkir teh, untuk jaga-jaga.

Liu kecil dengan rambut panjang acak-acakan dan juga luka di dahinya terdiam melihat orang tuanya santai seperti ini. “KAKEK TIDAK PEDULI AKU MATI DI HUTAN?” Bukan nada yang keras, namun sebuah penekanan kalimat yang berarti. Liu menatap kosong orang tuanya sendiri.

“Ka- kalau ada binatang buas… siluman atau apapun… kakek tidak pe-peduli….?” Mulut anak kecil itu bergetar pelan.

Kakek An beranjak dari tempatnya, mengambil perban dari kotak kesehatan, membersihkan luka di dahi Liu dan memperbaninya.

“Padahal tinggal pakai ilmu dalam saja….” Liu terdengar lemas.

Kakek An menepuk pundak anaknya. “Liu….”

Liu melihat kakeknya dengan serius, sepertinya memang ada hal yang perlu dibicarakan. Apakah ini masalah kemarin? Mungkin Kakek An masih marah padanya? Apa ia akan mendengar wejangan membosankan dari orang tua pada anaknya?

BRAK! BRAK!

“BUKA PINTU! TETUA DESA KAMI MAU BICARA!”

“Kek, ada yang mengetok di depan.” Liu segera bergegas membuka pintu. "Itu mendobrak namanya," timpal Kakek An.

“Stop.” Kakek An beranjak dari tempatnya, mengarahkan tangannya menghentikan Liu.

“Kek aku sudah berhenti, tidak perlu menghalangi.” Liu risih dengan tangan sang kakek yang dekat sekali dengan wajahnya.

Kakek An menatap Liu dengan seksama. "Inilah akibatnya Liu."

"Akibat jadi tetua desa?" Liu penasaran.

"MEREKA BUKAN MENCARIKU!" Bahkan Kakek An bisa meninggikan nadanya juga. Ia berjalan ke pintu masuk rumah.

“Maaf Tuan, jangan menggedor keras, pintu kayu ini lapuk, bisa-bisa roboh,” ujar Kakek An dengan ramah membuka setengah pintu.

“TUAN-TUAN!?”

Yang datang ternyata barisan ibu-ibu yang memegang memegang obor dengan ekspesi muram, garang.

“Ah, maaf, ibu. Ada keperluan apa? Mengapa bawa obor segala? Malam masih lama bu.” Kakek An mengorek telinganya. Maklum saja ia sudah berusia 85 tahun, wajar saja kalau salah dengar.

“ANAK ANGKATMU ITU BUAT MASALAH LAGI!' Ibu-ibu itu mengangkat obornya bersamaan.

Kakek An terdiam sejenak, sementara Liu mendekat dari belakang.

“AH! ITU DIA TANGKAP!”

Ibu-ibu makin ricuh melihat Liu, mereka memaksa masuk dan Kakek An tidak bisa menahannya lagi.

“Eh?” Liu terdiam, sepertinya dugaannya salah.

BRAK!

Orang tua itu menggebrakkan pintu keras sekali, lebih keras dari Liu dan kerumunan ibu-ibu tadi.

“Liu….” Kakek An terdengar serius.

“Ya kek? Apa?” Liu tidak sabar orang tuanya itu selalu memberi jeda sebelum bicara.

“Kamu datang terlalu cepat, mereka mencarimu.” Kakek An menatap anaknya dengan tatapan panik.

“Hah? Kakek mengusirku?!”

Xiao Liu tidak percaya, bahkan kakeknya sendiri tidak mengharapkan kehadirannya?

“Bukan begitu, kakek sudah menjelaskan semuanya kemarin malam, namun warga desa tidak percaya.”

“Oh!” Liu jadi mengerti, ternyata ini demi kebaikannya ya?

Tapi ia tidak mungkin terus tinggal di hutan, bisa-bisa tidak bisa pulang selamanya.

‘Jadi ini yang dimaksud kakek,’ batin Xiao Liu, ia teringat omongan kakeknya kemarin malam. Setiap kali ia berulah, pasti warga desa marah.

"Kalau begitu pakai ilmu pamungkas.” Liu terdengar serius, ia menatap kakeknya dengan sorot mata tajam.

“Hm.” Kakek An tersenyum kecil setuju, dari tubuhnya muncul asap yang banyak seolah tubuhnya mau terbakar.

“INI DIA!” Liu membuka matanya lebar, tidak sabar melihat ilmu hebat orang tuanya!

“BUKA TETUA AN! ATAU KAMI BAKAR RUMAHMU!” Ibu-ibu makin menggila di luar, namun Kakek An dengan tenang membuka pintu rumah lagi.

“Bian Lian,” ucap Kakek An, suaranya lebih lembut dari aliran air, kini terdengar seperti belaian lembut udara sejuk.

“Kyaaa!” Ibu-ibu histeris seketika itu juga, melihat orang tua berambut putih jadi sesosok pria tampan yang tersenyum lembut.

“Kagumilah! Tatap sepuasnya! Lalu pulang ke rumah dengan bahagia! Haha!” Kakek An mengangkat kedua tangannya ke atas dengan bangga, dan tidak lama barisan ibu-ibu itu membubarkan diri dengan tertib.

“Hah, untung mereka cepat pergi.” Kakek An kembali ke wujud asalnya, yang adalah rambut putih panjang dan sedikit keriput.

“Hm, sebenarnya penampilan Kakek tidak jauh beda dari yang tadi.” Liu mengatakan pendapatnya.

“Benarkah? Terima kasih nak, hari-hari sebagai pendekar tidak sia-sia.”

Liu mengangguk, ia tahu Kakek An adalah seorang pendekar serba bisa yang mengurusnya sejak kecil. Orang sering mengatakan ‘Di mana orang tuamu?’ namun Liu bangga menjawabnya dengan jawaban yang sama berulang kali. Tidak tahu asal usul orang tuanya tidak membuat Xiao Liu patah semangat, melainkan ia sangat tertarik dengan dunia pendekar dan ingin tahu lebih banyak.

Kakek An adalah orang tua bau tanah berumur 85 tahun, namun penampilannya tidak setua yang dipikirkan. Itu adalah hasil latihannya sebagai pendekar yang meremajakan penampilannya juga.

“KEK! AKU JUGA INGIN JADI PENDEKAR!” seru Liu dengan mata berbinar.

Kakek An terdiam, ekspresinya tidak sejalan dengan yang diharapkan Liu. “Liu, sudah berapa kali kita bicarakan ini?”

“Aku sudah besar kek! Aku bisa jadi pendekar hebat!” Liu kecil menunjuk dirinya dengan bangga.

Kakek An terdiam, Di usia Liu sekarang wajar jika sudah berlatih tenaga dalam atau Qi.

“Teman-temanku yang kabur itu, mereka sudah mulai latihan kek!”

“Kamu punya teman?”

“Ah... maksudnya anak-anak lain itu lho kek!” Jika saja yang seumuran dengannya sudah berlatih, lantas menunggu apa lagi?

Kakek An tidak menepis fakta anak-anak lain memang sudah menyibukkan diri mengolah tenaga dalam sepanjang hari. Dan terkadang mereka mencuri waktu malam untuk bermain. Di desa Zhangkung ini tidak hanya Kakek An yang adalah mantan pendekar, melainkan ada juga pendekar lain yang membimbing anak desa.

“Tapi kakek sudah pensiun.” Kakek An tiba-tiba memasang raut wajah lelah, padahal biasanya dia terlihat segar.

“BOHONG. Hmph.” Liu menggembungkan pipinya sembari melipat tangan.

Liu tahu betul kehebatan Kakek An, sudah tua sih, tapi tidak perlu pelit ilmu juga 'kan?

“Aku berbakat ‘kan kek?” Liu menunjuk perban putih di dahinya, itu adalah bukti kekuatan yang ia keluarkan.

Liu berhasil menumbangkan anak yang lebih tua hanya dengan kekuatan dahinya saja. Kakek An sadar akan itu.

Setelah orang lain meragukannya, kenapa orang yang paling dekat dengannya juga sama saja?

Kakek An terdiam, mimik wajahnya kembali segar, Liu ternyata tidak mudah dibohongi.

“Jangan bangga karena gegabah.” Kakek An tidak membenarkan tindakan Liu menghajar anak lain.

Kakek An tahu kondisi tubuh Liu yang kurus dan lemah. Bisa saja tindakannya itu berbahaya juga bagi diri sendiri.

“Ah Kakek sama saja!”

BRAK!

Liu pergi ke luar dan berlari sekencang yang ia bisa.

“Liu….” Kakek An menatap penuh arti anaknya yang makin menjauh.

Bagaimana rasanya ketika tidak mendapat sesuatu yang diinginkan?

Bukan tanpa alasan Kakek An melarang keras Xiao Liu, itu karena dia punya tubuh lemah dan tidak mungkin jadi pendekar.

Bahkan sejak kecilnya sudah sakit-sakitan, dan sekarang pun masih sama. Kakek An selalu rajin mengambil tanaman obat dan merawatnya agar Liu bisa terus sehat.

Sakit tidak membuat Xiao Liu terbaring saja di kasur, malahan sebaliknya ia tetap semangat seolah tak ada apapun yang terjadi. Liu sudah jauh lebih dewasa di masa kanak-kanaknya, dia bisa memutuskan sesuatu dengan bebas, karena itulah Kakek An membiarkannya liar satu malam. Namun jika soal mimpinya, itu lain cerita.

Kakek An menunggu saat yang tepat untuk mengatakannya, tapi sepertinya tidak ada waktu yang tepat. “Kakek tidak bisa membiarkan mimpimu Liu. Kakek tidak mau kehilanganmu….” Kakek An mengusap wajahnya, sementara teh hangat yang ia siapkan sama sekali tidak diminum Liu.

Di titik itulah Xiao Liu tahu, ia tidak pernah bisa jadi seorang pendekar.

Terpopuler

Comments

53N74_53P1

53N74_53P1

di bab ini saja aku mulai kecewa sama ceritanya

2023-04-05

1

Kang Comen

Kang Comen

aku comen

2022-12-27

2

Heavenly Demon

Heavenly Demon

Semangat updatenya thorrr.....

2022-11-17

3

lihat semua
Episodes
1 Mimpi Yang Mustahil
2 Takdir Menjemput
3 Bangkitnya Sistem
4 Fang Yin
5 Kucing
6 Ketemu Lagi
7 Tolong Dong
8 Berusaha saja lah
9 Benda Itu!
10 DPO
11 Belajar Dong
12 Debut
13 Misi Sukses?
14 Kamu Kemana?
15 Maintenance
16 Kasus!
17 Batin!
18 Mirip!
19 Tawaran Menarik!
20 Inilah Kekuatan!
21 Keberuntungan 100%
22 Xiao Ying
23 Fans?
24 Mana Pacarmu?
25 Mau Hidup Enak?
26 Kamu Cantik dan Aku Ganteng
27 Situasi Panas!
28 Nurut Dong!
29 Bernafas? Naik Level Yeah!
30 Ini Gayaku Mana Gayamu?
31 Ah Jadi Malu
32 Cacing
33 Xiao Ice
34 Seram
35 Jus
36 Kupu-kupu malam
37 Nyari
38 Deklarasi
39 Api
40 Shuwan
41 Lamaran hehe
42 Oke Serius
43 Oke Pergi
44 Jalan
45 Kelinci
46 PD
47 Ular
48 Eh Ular?
49 Bonus
50 Goyang
51 Tengkorak
52 Aku ngerti kok
53 Keabadian
54 Kelinci lagi haduh
55 Monster Kelinci
56 Wortel Abadi
57 Nyari Lagi
58 Burung
59 Dendam
60 Stt Rahasia
61 Kocheng
62 Meong
63 Meoong
64 Eh Cantik
65 Desa
66 Terima Kasih
67 Turu
68 Om Jangan Om
69 Lepasin
70 Kamu Berguna
71 Panas
72 Apa lagi ya?
73 Tidak Kenal Lelah
74 Melamar
75 Hidup Bersama
76 Tanya jawab
77 Terbongkar
78 Eh kok bisa nyala!?
79 Gadis Merah
80 Yang Yuhuan
81 Orang Sibuk
82 Salah Lawan
83 Ada yang baru
84 Penguasa Alam Monster
85 Prank
86 Tiga Besar
87 Dicariin
88 Reuni
89 Anjing
90 Sebuah Kebenaran
91 Xiuying
92 Calonnya Banyak
93 Repot
94 Putri Es
95 Kalah
96 Babak Akhir?
97 Kejar-kejaran
98 Baiklah
99 Curiga
100 Kenyataan
101 Hukuman
102 Warning
103 Marathon
104 Mencoba Mengerti
105 Menuju Alam Pertengahan
106 Pemburuan
107 Misi Penting
108 Terdesak
109 Beraksi
110 Sun
111 Malu
112 Speedrun Alam Dewa?
113 Persiapan
114 Lama
115 Semangat Dong!
116 Masuk
117 Pemanasan
118 Nonton
119 Dewa Penjaga Gladiator Alam Dewa Awal
120 Chat
121 Emosi Nih
122 Percaya
123 Berangkat!
124 Apaan Tuh?
125 Makhluk
126 Lengkap
127 Ada Udang
128 Bertemu
129 Konfrontasi
130 Pemanasan
131 Robek
132 Tekad
133 Kemunculan The Big Three
134 Pisah
135 Belum Selesai
136 Alam Dewa Tingkat Menengah Awal
137 Rantai
138 Demi Tujuan
139 Beruntung
140 Mengakui
141 Terdampar
142 Bantuan
143 Dewa Laut
144 Adu Senjata
145 Dewa Long
146 Sebuah Akhir
147 Tapi Boong
148 Dewi Bing
149 Dewi Es
150 Eh Ada Tamu
151 Dewa Zao
152 Ngilang Sebentar
153 Dewa Api
154 Heran Deh
155 Siapa Yang Terkuat?
156 Masih Berjalan
157 Dewi Cinta
158 Dewi Yinying
159 Melawan Bayangan
160 Keluar Karakter
161 Ruang Merah
162 Aku Ingin Mencicipinya
163 Kunci
164 Masukin
165 Alam Dewa Menengah Tingkat Akhir
166 Sambutan Hangat
167 Bunga
168 Terdesak
169 Sudah Cukup
170 Dewi Hua
171 Beruang
172 Cincin
173 Harta Karun
174 Gelang
175 Meteor
176 Gelang
177 Dewa Xing Yu
178 Batu
179 Dewi Xihe
180 Memanas
181 Momentum
182 Kekuatan Yang Sebenarnya
183 Dewi Chang'e
184 Padang Rumput
185 Dewi Rambut Hijau
186 Dewa Jue
187 Realita
188 Kenikmatan
189 Jujur
190 Kacamata
191 Dewi Xian
192 Golem
193 Alam Dewa Tingkat Atas Awal
194 Serigala Putih
195 Pengecut?
196 Comeback
197 Jam Tangan
198 Jubah Merah
199 Dewi Shijian
200 Main-main
201 Aslinya
202 Dewa Pantai
203 Dewi Feng
204 Surprise
205 Terpojok
206 Terhibur
207 Dewa Jiankang
208 Kebugaran
209 Akibatnya
210 Pria Pirang
211 Bertahan
212 Alam Dewa Akhir Tingkat Menengah
213 Tengkorak?
214 Mengakui
215 Dewi Lava
216 Kejutan
217 Mengira
218 Aneh
219 Ruangan Putih
220 Kedatangan
221 Inilah Kenyataan
222 Khawatir
223 Mengesankan
224 Mengejutkan
225 Tamatlah
226 Terima Kasih Untuk Semuanya
Episodes

Updated 226 Episodes

1
Mimpi Yang Mustahil
2
Takdir Menjemput
3
Bangkitnya Sistem
4
Fang Yin
5
Kucing
6
Ketemu Lagi
7
Tolong Dong
8
Berusaha saja lah
9
Benda Itu!
10
DPO
11
Belajar Dong
12
Debut
13
Misi Sukses?
14
Kamu Kemana?
15
Maintenance
16
Kasus!
17
Batin!
18
Mirip!
19
Tawaran Menarik!
20
Inilah Kekuatan!
21
Keberuntungan 100%
22
Xiao Ying
23
Fans?
24
Mana Pacarmu?
25
Mau Hidup Enak?
26
Kamu Cantik dan Aku Ganteng
27
Situasi Panas!
28
Nurut Dong!
29
Bernafas? Naik Level Yeah!
30
Ini Gayaku Mana Gayamu?
31
Ah Jadi Malu
32
Cacing
33
Xiao Ice
34
Seram
35
Jus
36
Kupu-kupu malam
37
Nyari
38
Deklarasi
39
Api
40
Shuwan
41
Lamaran hehe
42
Oke Serius
43
Oke Pergi
44
Jalan
45
Kelinci
46
PD
47
Ular
48
Eh Ular?
49
Bonus
50
Goyang
51
Tengkorak
52
Aku ngerti kok
53
Keabadian
54
Kelinci lagi haduh
55
Monster Kelinci
56
Wortel Abadi
57
Nyari Lagi
58
Burung
59
Dendam
60
Stt Rahasia
61
Kocheng
62
Meong
63
Meoong
64
Eh Cantik
65
Desa
66
Terima Kasih
67
Turu
68
Om Jangan Om
69
Lepasin
70
Kamu Berguna
71
Panas
72
Apa lagi ya?
73
Tidak Kenal Lelah
74
Melamar
75
Hidup Bersama
76
Tanya jawab
77
Terbongkar
78
Eh kok bisa nyala!?
79
Gadis Merah
80
Yang Yuhuan
81
Orang Sibuk
82
Salah Lawan
83
Ada yang baru
84
Penguasa Alam Monster
85
Prank
86
Tiga Besar
87
Dicariin
88
Reuni
89
Anjing
90
Sebuah Kebenaran
91
Xiuying
92
Calonnya Banyak
93
Repot
94
Putri Es
95
Kalah
96
Babak Akhir?
97
Kejar-kejaran
98
Baiklah
99
Curiga
100
Kenyataan
101
Hukuman
102
Warning
103
Marathon
104
Mencoba Mengerti
105
Menuju Alam Pertengahan
106
Pemburuan
107
Misi Penting
108
Terdesak
109
Beraksi
110
Sun
111
Malu
112
Speedrun Alam Dewa?
113
Persiapan
114
Lama
115
Semangat Dong!
116
Masuk
117
Pemanasan
118
Nonton
119
Dewa Penjaga Gladiator Alam Dewa Awal
120
Chat
121
Emosi Nih
122
Percaya
123
Berangkat!
124
Apaan Tuh?
125
Makhluk
126
Lengkap
127
Ada Udang
128
Bertemu
129
Konfrontasi
130
Pemanasan
131
Robek
132
Tekad
133
Kemunculan The Big Three
134
Pisah
135
Belum Selesai
136
Alam Dewa Tingkat Menengah Awal
137
Rantai
138
Demi Tujuan
139
Beruntung
140
Mengakui
141
Terdampar
142
Bantuan
143
Dewa Laut
144
Adu Senjata
145
Dewa Long
146
Sebuah Akhir
147
Tapi Boong
148
Dewi Bing
149
Dewi Es
150
Eh Ada Tamu
151
Dewa Zao
152
Ngilang Sebentar
153
Dewa Api
154
Heran Deh
155
Siapa Yang Terkuat?
156
Masih Berjalan
157
Dewi Cinta
158
Dewi Yinying
159
Melawan Bayangan
160
Keluar Karakter
161
Ruang Merah
162
Aku Ingin Mencicipinya
163
Kunci
164
Masukin
165
Alam Dewa Menengah Tingkat Akhir
166
Sambutan Hangat
167
Bunga
168
Terdesak
169
Sudah Cukup
170
Dewi Hua
171
Beruang
172
Cincin
173
Harta Karun
174
Gelang
175
Meteor
176
Gelang
177
Dewa Xing Yu
178
Batu
179
Dewi Xihe
180
Memanas
181
Momentum
182
Kekuatan Yang Sebenarnya
183
Dewi Chang'e
184
Padang Rumput
185
Dewi Rambut Hijau
186
Dewa Jue
187
Realita
188
Kenikmatan
189
Jujur
190
Kacamata
191
Dewi Xian
192
Golem
193
Alam Dewa Tingkat Atas Awal
194
Serigala Putih
195
Pengecut?
196
Comeback
197
Jam Tangan
198
Jubah Merah
199
Dewi Shijian
200
Main-main
201
Aslinya
202
Dewa Pantai
203
Dewi Feng
204
Surprise
205
Terpojok
206
Terhibur
207
Dewa Jiankang
208
Kebugaran
209
Akibatnya
210
Pria Pirang
211
Bertahan
212
Alam Dewa Akhir Tingkat Menengah
213
Tengkorak?
214
Mengakui
215
Dewi Lava
216
Kejutan
217
Mengira
218
Aneh
219
Ruangan Putih
220
Kedatangan
221
Inilah Kenyataan
222
Khawatir
223
Mengesankan
224
Mengejutkan
225
Tamatlah
226
Terima Kasih Untuk Semuanya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!