Pagi hari, Kota Liuzhou. Sebuah kota besar yang tentunya lebih ramai dan lebih banyak bangunan tinggi.
Lebih banyak orang? Jangan ditanya lagi, tentu saja begitu. Kota besar sangat identik dengan keramaian, dan pagi-pagi benar sudah banyak orang yang pergi ke pasar.
Perbedaan luas wilayah dengan kota Yanzin hampir empat kali lipat. Tentunya dengan begitu orang-orang leluasa berjalan-jalan, bekerja, atau melakukan apapun juga.
Banyak hewan seperti burung yang berkeliaran di sekitaran kota. Mulai dari burung merpati dan burung kecil lainnya, menambah suasana menyenangkan kota ini.
Terlihat seorang pedagang memakai pakaian serba putih menggelar lapaknya. Dia memakai masker, sepertinya tidak mau menghabiskan banyak oksigen, mengingat populasi orang kota sudah banyak.
Dia berdagang di tempat biasa sama dengan pedagang yang lain. Dagangannya dijajakan di depannya.
Mulai dari beragam kitab, aksesoris, bahkan beragam senjata dijualnya. Kualitas barangnya? Sekali lagi, jangan ditanya lagi, dia sudah berpengalaman jualan selama belasan tahun.
Pedagang bermasker itu mengorek sesuatu dari tas besarnya, seketika itu juga sorot matanya berubah jadi lebih serius.
Ia tampak hendak mengeluarkan sesuatu, namun ia terpaku begitu saja beberapa saat.
Slush!
Sementara tiba-tiba saja ada selebaran yang diberikan salah seorang berseragam, yang tak lain tak bukan adalah pihak prajurit kota yang mengumumkan sesuatu.
Pedagang itu melihat selebaran yang diberikan. ‘Siapapun yang punya belati merah, akan diberi imbalan besar!’
Seketika itu juga ia mengeluarkan belati yang juga berwarna merah, kemudian di pajang bersamaan dengan barang-barang lain.
“Aku bisa kaya instan,” gumam pedagang barang itu.
Drap! Drap!
Liu akhirnya sampai di kota besar ini. Setelah memberi pertolongan pertama pada kedua prajurit tadi tentunya.
Sesampainya di sini Liu jadi ingat pesan yang ia terima dari orang misterius. Ia harus membawa belati merah agar Fang Yin selamat.
Tapi pertanyaannya, bagaimana?
Mungkin saja belati itu masih ada di kota Yanzin? Mengingat ia tidak menemukannya di tempat penyerangan dua prajurit itu.
Benda sepenting itu sudah jelas-jelas tidak akan dibiarkan begitu saja. Liu tidak punya petunjuk lain soal keberadaan belati merah.
Kalau saja benar tetap saja mana mungkin kembali lagi ke sana. Jelas-jelas ia sudah jadi buronan sekarang.
Orang kota Yanzin pasti tahu perkara kaburnya ini. Bukan tidak mungkin mereka mencarinya ke mana pun atau sampai bekerja sama dengan kota lain.
‘Ah bodo amat.’ Liu tidak peduli soal penyamaran. Kalau punya uang untuk beli kostum baru ia peduli.
Berharap dewi keberuntungan berpihak padanya. Ia hanya perlu berbaur dan tidak bertingkah aneh saja kok.
Setidaknya dengan begitu harapan hidupnya jadi meningkat.
‘Yin-jie, dimanakah engkau?’ Liu melihat-lihat sekitarnya dari atas kuda. Ia tidak punya barang yang diminta pengancam, tapi yah bodo amat.
Kebetulan Liu boleh berkuda bebas di kota ini, tentu saja memudahkannya bergerak cepat.
‘Aku harus kemana anjir?’
Ia sekarang bingung, ia perlu beradaptasi melihat keramaian orang-orang dan bangunan megah dan tinggi. Dirinya merasa agak pusing.
Liu terus berkuda pelan, terkadang instingnya bisa diandalkan di situasi begini. Ia hanya perlu tenang, jawaban bisa saja ada di dekatnya. Tidak perlu overthinking.
‘Hm?’ Liu melihat ada satu pedagang berbaju putih yang berjualan di pinggir jalan, berada di antara penjual lainnya.
Entah kenapa Liu merasa ada yang berbeda dari penjual itu, teruatama sorot matanya yang sipit misterius. Sontak ia turun dari kudanya, mendekati pedagang kaki lima itu dan melihat-lihat apa yang ditawarkannya.
“Wah.” Banyak barang menarik kecuali harganya. Kalau saja punya uang tentu ia bakal belanja banyak!
[Mendeteksi….]
“!” Seketika itu juga pandangan Liu terarah pada belati merah yang dijajakan paling ujung, seolah dianak-tirikan dari barang lain.
Tanpa sadar tangan Liu bergerak sendiri ingin meraba sendiri barang yang menarik itu.
Grep.
“Tidak bayar, tidak pegang.” Tangan sang pedagang dengan sigap menghentikan Liu.
“….” Liu terdiam kejadian ini sudah biasa terjadi, setidaknya ketika kecil ia juga tidak boleh main mainan yang belum dibeli.
Liu menatap dengan seksama pedagang berbaju putih itu. “Berapa harganya tuan?”
Liu tidak merasakan kekuatan apapun dari belati merah yang ia lihat. Mungkin terlalu banyak benda tiruan di dunia ini hingga akhirnya sulit membedakan mana yang asli dan palsu.
“Seratus koin emas.”
“… APA?” Liu bengong mendengar nominal yang begitu besar itu. Bagaimana bisa harga benda ini semahal itu?
Jika murah mungkin Liu bisa nguli dulu biar dapat uang. Tapi kalau harganya segitu lain ceritanya.
‘Apa pedagang jaman sekarang selalu mematok harga tinggi?’ Liu tidak tahu filosofi apa yang dianut pria serba putih ini. Tapi sepertinya dia punya standar kemewahan yang tinggi.
Entah mengapa belati merah yang dijajakan itu begitu terlihat mirip. Bahkan Liu salah sangka di pandangan pertama. Ia pikir itu belati milik Fang Yin, saking miripnya.
Satu-satunya yang membedakannya hanyalah pancaran kekuatan. Di mana belati Fang Yin lebih memancarkan energi yang kuat, sedangkan yang dijual ini tidak.
Pancaran kekuatan dari senjata bukanlah hal baru. Menurut buku yang dibacanya, beberapa jenis senjata tertentu memang memancarkan kekuatan, semakin kuat semakin bagus.
Itu yang tercatat di buku. Liu sendiri tidak banyak menemukan senjata yang memancarkan tenaga selain milik Fang Yin dan belati pedagang ini.
Apa mungkin senjata berenergi begitu sesuatu yang langka di dunia ini? Kalau begitu pantas saja harganya begitu mahal.
Jika harga senjata berenergi kecil dipatok segitu, apalagi belati merah milik gadis itu? Mungkin tiada hari tanpa nguli untuk mendapatkannya.
“Aku beli. Tapi ngutang ya?” Liu tersenyum ramah. Ia optimis bisa dapat senjata KW super itu!
Tidak masalah bukan senjata asli, yang terpenting adalah membawanya saja, demi Fang Yin!
Untuk urusan energi apalah bisa diakali nanti. Ini adalah satu-satunya kesempatannya!
Dimana lagi ia bisa menemukan senjata yang amat mirip di waktu yang mepet?
“Boleh saja. Bayar DP dulu.”
“….” Liu memeriksa kantongnya, tak ada sedikitpun di situ. Astaga.
Dia tidak mendapat imbalan apapun di misi pertamanya, ya mau bagaimana lagi?
Kalau begini ia harus mengambil misi lagi. Misi apa yang kira-kira bisa menghasilkan uang dalam waktu singkat?
Liu tidak mau terkecoh lagi, jangan mengambil sembarangan ambil misi. Ia hanyalah seorang pemula.
Mana mungkin pemula bisa menghasilkan uang dengan cepat? Tidak ada misi pemula dengan imbalan besar, menyedihkan tapi begitulah kenyataannya.
‘Ambil misi pemula saja ya?’ Liu mempertimbangkannya. Ia tahu imbalan yang diterima pasti kecil, tapi itu lebih baik daripada tidak bergerak sama sekali.
‘Ah kelamaan….’ Dan ia sendiri tahu sudah pasti seorang dari sekte sesat tidak akan sabar menunggunya mencari uang.
“Hmmm….” Liu masih berpikir. Kepintaran otaknya sedang di uji, ia harus menemukan cara terbaik!
[Tuan curi saja]
‘Ahaha, ide bagus….’
“SIALAAAN!” Liu berdiri murka menatap langit, ia tidak terima saran menggoda dari sistemnya sendiri!
[Coba pikirkan Tuan, kapan lagi bisa dapat benda itu?]
‘UKH.’ Liu merasakan godaan yang amat besar, seolah ini adalah jawaban terbaik namun disaat bersamaan terlarang juga. Apa itu pilihan terbaik saat ini!?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 226 Episodes
Comments
Zackly
oh.....my god
2023-02-23
0