“Xiao Liu, apapun yang terjadi… jangan jadi pendekar….”
“…. Terdengar suara Kakek An yang sangat lembut.
“HAH!” Liu membuka matanya, melihat sekelilingnya. Kenapa ia berada di ruang serba putih?
Harusnya ia ada di kamar bukan? Lantas mengapa tiba-tiba di sini?
“KEK?” Liu melihat sekelilingnya, namun tidak ada siapapun.
“Astaga.” Liu kecil mengucek matanya, sampai berkali-kali, namun tetap itu-itu saja yang dilihatnya.
Liu berusaha tenang, ia terus terngiang-ngiang ucapan kakeknya.
“AH BERISIK! AKU MAU JADI PE-“
“Pendekar?”
“WOH!” Liu kecil terperanjat, ada suara perempuan di belakangnya!
Suaranya lebih lembut dari Kakek! Bagaimana mungkin?
“SI-SIAPA?”
Liu menoleh perlahan dan benar saja, ada seorang perempuan bergaun putih yang memegang sehelai daun panjang.
Rasanya Liu pernah melihatnya di suatu tempat.
“Ah! Nona itu Dewi Kwan I-“
“Sayangnya bukan.” Perempuan bersinar cantik itu langsung menepis apa yang Liu katakan.
“Ah bukan.” Liu menaruh tangannya di dahi, seperti berpikir.
“Kenal Sun Go King?”
“Liu, sudah kubilang aku bukan Dewi itu.” Perempuan bergaun putih itu tersenyum lembut, hatinya sangat sabar menghadapi Liu yang penasaran.
“KENAPA BISA TAHU NAMAKU!?” Liu kaget, begitu natural karena ia sendiri belum pernah bertemu dengan perempuan cantik bercahaya seperti ini.
Perempuan itu menatap Liu dengan seksama, dari sorot matanya saja Liu sudah merasakan kehangatan.
Liu tidak melihat orang lain lagi, pasti nona bercahaya ini tahu sesuatu.
Perpindahannya tidak masuk akal, apakah ini mimpi? Liu mencubit keras pipinya. “Duh.” Dan terasa sakit.
Kalau bukan mimpi berarti apa dong?
Liu menelan ludahnya, mempersiapkan pertanyaan penting. “Nona… ini tempat apa?”
“Selamat datang di alam baka.” Perempuan itu tersenyum lagi.
“ALAM BAKA!?”
“Ahaha tidak usah kaget begitu.”
“Mana mungkin nggak kaget!” Liu masih memproses apa yang tadi di dengarnya.
“Aku Dewi Xinmu.” Perempuan bergaun putih bercahaya itu mengatakan identitasnya.
“Hmmm. Belum pernah dengar.” Liu mengatakan kebenaran.
“Aku tidak begitu terkenal di duniamu ya?” Dewi Xinmu tersenyum, sangat lembut dan tulus, dengan melihatnya saja terasa kedamaian di hati.
‘Jadi Dewa itu ada?’ batin Liu, ia pernah curi-curi waktu baca koleksi kitab kakek soal para dewa.
"Tentu saja ada.” Sang Dewi tersenyum.
“Wah! Padahal dalam hati lho!” Liu terkesan, baru kali ini isi hatinya diketahui dewa!
“Tapi di duniaku tidak banyak yang percaya dewa.”
“Benarkah?” Sang Dewi banyak mendapat info dari Xiao Liu.
“Soalnya kalian tidak muncul sih di dunia kami.”
Faktanya Liu tidak pernah melihat ibu-ibu cantik bercahaya di desa.
Dewi Xinmu terdiam, ia bisa melihat semangat membara dari Xiao Liu.
“Aku sudah mati ya.” Liu melihat telapak tangannya, tanda tengkorak jadi bercahaya merah sekarang, dan menurutnya tambah keren.
“Kakek An bilang tanda ini ada sejak aku lahir.” Liu tidak menunjukkan tanda ini pada siapapun kecuali kakek, tapi sekarang ia sudah mati, jadi untuk apa disembunyikan lagi?
“Ah.” Dewi Xinmu memegang tangan kanan Liu dan melihatnya seksama.
“Ummm….” Sang Dewi memerhatikan tangannya serius, Liu jadi malu.
“Dewi, ini bukan apa-apa. Kakek bilang tanda ini yang selalu membuatku sakit, tapi sekarang Kakek tidak perlu repot lagi mengurusku.”
Faktanya hanya Kakek An ‘lah keluarga yang ia punya. Kakek An selalu melarangnya jadi pendekar, namun Liu tetap tidak menurut dan malah mati setelah berlatih. Agak konyol, tapi itukah kekuatan perkataan orang tua?
Apakah ini hukuman untuk anak durhaka yang tidak menurut perintah orang tua?
“Liu tidak sepenuhnya salah kok.” Sang Dewi membuyarkan lamunan Liu.
Liu menatap heran mengapa Dewi tidak menyalahkannya juga karena abai perintah orang tua?
“Pendekar An sudah menasihatimu, tapi mau jadi pendekar atau tidak, Liu akan tetap mati.”
“….” Liu terdiam.
“Apa?”
Jadi ini bukan karena durhaka pada orang tua?
“Ini karena kutukan tengkorak yang ada padamu.”
“Kutukan?” Liu baru tahu.
“PADAHAL KAKEK BILANG TANDA INI ADALAH MAHAKARYA CORETANNYA WAKTU AKU LAHIR.”
“JADI KAKEK BOHONG!?” Liu belum bisa menerima kenyataan yang seperti ini.
Kakek An selalu bilang tanda yang ada padanya adalah tato atau coretan ekslusif yang menandakan ia adalah putranya, sampai sekarang ia percaya akan hal itu!
Tapi apa yang bisa lebih dipercaya Kakek An atau Sang Dewi!?
“Yah, itu dikatakannya agar kamu tidak khawatir.”
“Oh benar juga.”
Apa yang dikatakan Dewi benar, apa jadinya jika ia mendengar kenyataan ia mendapat kutukan? Mungkin ia akan depresi dan mati lebih awal.
Hidup lima tahun di dunia tidak buruk juga!
Setidaknya Liu bisa merasakan kasih sayang Kakek An, yang akan jadi kenangan selamanya di alam baka.
“Aku belum mengucapkan selamat perpisahan.” Liu tertunduk, rasanya ia punya banyak hal yang ingin diucapkan sebelum berpisah selamanya dengan Kakek An.
“Liu….”
Suara sang dewi terdengar berbeda, kini lebih lantang dan terdengar tegas.
“….” Liu melihat sorot mata serius sang Dewi.
“Berjanjilah padaku.”
“Berjanji?” Peralihan topik macam apa ini? Liu tidak mengerti sama sekali.
“Kamu akan jadi pendekar terkuat.”
“… ah… itu keinginanku Dewi tapi aku tidak mau jadi pendekar hantu yang bergentayangan.” Liu menyambut baik maksud dari dewi yang sudah mendukung mimpinya ini.
“Tidak, kamu tidak akan jadi hantu. Kamu akan hidup kembali.”
“….”
….
“Hah?” Liu heran mengapa sang dewi menatapnya serius begini?
Dia bercanda ‘kan?
Tunggu, memangnya dewi bisa bercanda?
Liu menutup matanya, ia bisa merasakan aura keseriusan, bahkan Kakek An saja tidak pernah seserius ini!
“Maaf dewi, mungkin karena sakit, telinga, mata dan pikiranku jadi berimajinasi begini.”
“Tidak mungkin aku ada di ruang putih kosong begini, entah aku mendapat kedamaian atau siksaan, hanya itu saja.”
Liu paham betul jika mati maka menurut kepercayaannya tempat seseorang adalah berada di kebahagiaan atau sengsara, tidak mungkin malah di ruang kosong putih, apalagi bertemu dewi!
“Lagipula Kakek An selalu berkata ‘hati-hati pada perempuan’.” Dan Liu bisa menerapkannya sekarang karena Dewi adalah perempuan.
Mungkin saja kalau ia bertemu dewa, ia bisa percaya akan hal ini.
“Jadi terima kasih atas imajinasi indahnya, sekarang biarkan aku pergi ke kedamaian atau kesedihan. Terima kasih atas perhatiannya.”
Liu menutup mata menenangkan pikirannya, mengangkat kedua tangannya ke atas, ia siap untuk kembali sadar.
PLAK.
Liu merasa pipinya digampar seseorang.
“Ah.” Liu membuka matanya, Sang Dewi menatapnya begitu serius yang bahkan terasa lebih menakutkan dibanding keseriusan kakeknya.
“Hiks.” Pipinya terasa panas bak digigit semut merah, ia tidak kunjung pergi ke tempat lain juga.
“HUAAAH!” Liu tidak kuat menahan sakitnya, alhasil emosinya meluap deras.
“Ah jangan mengis! Cup cup.” Dewi Xinmu mengelus-elus kepala anak itu dengan lembut.
‘Inikah rasanya digampar dewi?’ batin Liu, ia pikir yang ia lihat ini hanyalah halusinasi dari alam baka yang sebenarnya.
“Kamu tidak salah Liu, tempatmu memang tidak di sini.” Dewi Xinmu nampaknya hendak memperjelas situasi.
“Aku menemuimu di alam perbatasan bumi dan roh.”
“Alam perbatasan?”
Untuk ukuran alam perbatasan ternyata minimalis juga berbentuk ruangan putih seperti ini.
“Tapi kenapa?” Liu mulai bisa paham apa yang dimaksud sang dewi.
“Karena tekadmu, aku menemuimu.”
“….” Ekspresi Liu berubah lebih serius, ini bukan halusinasi dan kenyataan dewi menemuinya itu….
“Dalam buku kakek… para dewa-dewi tidak boleh….” Liu berusaha mengingat lanjutan kalimatnya.
“Ikut campur urusan manusia?”
“NAH!” Liu menunjuk semangat sang dewi yang melengkapi kalimatnya.
“Tidak apa, ini adalah keputusanku.”
Sang dewi yang mengabaikan peraturan alam dewa, bertemu dengan anak kecil yang ditakdirkan mati.
Liu masih punya banyak pertanyaan namun mulutnya berat berkata, yang ia pahami kini sang dewi hendak menghidupkannya kembali.
“Aku datang menjawab tekadmu.” Dewi Xinmu tersenyum lagi.
Tekad.
Liu mengangguk kecil. Selama ini ia hanya mengumandangkan tekadnya saja dan tidak pernah mendapat kesempatan sesungguhnya.
Sekarang sang dewi menjawab tekad terbesarnya!
Liu ingat dewi mengatakan ia tidak akan mati, dan setelah tahu ini bukan khayalan, ia bisa percaya.
Lagipula apa yang tidak bisa dilakukan sang dewi?
“Kakek An, bahkan di alam lain masih ada yang peduli.” Liu menutup matanya merenung, tidak diperhatikan dan diakui manusia bukanlah akhir segalanya.
Dewi Xinmu tersenyum tulus, sementara ia menaruh tangannya di kepala Liu.
“Liu, aku menganugerahimu Sistem Pendekar Terkuat.”
“Itu akan membantumu mencapai tujuanmu, berjalanlah di jalan kebenaran, hadapi tantangan dan jangan takut.”
‘Sistem? Apa itu?’ Liu bertanya dalam batinnya, ia ingin bicara namun suaranya tidak mau keluar.
“Langit dan Bumi akan mengakuinya, Xiao Liu, pandanglah cakrawala luas! Dalamnya lautan! Kelak kekuatanmu melebihi apa yang bisa dibayangkan!”
Sementara itu ruangan putih bergetar hebat, Xiao Liu terombang ambing, namun Dewi Xinmu memegangnya erat.
“Tempuhlah jalan pendekar sejati! Lampaui langit sebagai Pendekar Terkuat!”
SRING!
Seketika itu juga cahaya putih meyilaukan menyinari seluruh area ruangan, seolah menelan siapapun yang berada di sana.
Tak lama cahaya itu menghilang dengan hanya menyisakan Dewi Xinmu saja. Ia terdiam sejenak, sementara daun bersinar yang dipegangnya mengering.
“Xiao Liu, tantanganmu akan lebih besar, kamu tidak hanya akan menghadapi masalah di bumi.”
Dewi Xinmu sudah memantapkan keputusannya, paham dengan konsekuensi yang akan ia terima.
Dengan ikut campur dengan manusia… itu berarti satu hal…
Ia tidak akan diterima di alam para dewa, dan bukan tidak mungkin para dewa memburunya.
“Xiao Liu, ubahlah takdir terburukmu menjadi yang terbaik.”
***
[LOADING….]
[Intiation System Completed]
[Start… Ultimate Warrior System]
‘Apa-apaan tulisan dan suara ini?’
Liu heran setelah sinar benderang tadi kini ia berada di kegelapan dengan tulisan-tulisan bercahaya aneh dan juga suara pria yang lembut.
Mendengar suara pria lembut itu membuatnya teringat Kakek An.
Tapi Liu bisa merasakan perbedaannya.
‘Kemana sang dewi?’ Liu merasa ia sedang terbaring, padahal tadinya ia berdiri.
Duk…
DUK…
‘Hei, kenapa gelap dan sumpek di sini!?’ Tempat ini tidak lebih baik dari sebelumnya!
[Please don’t panic, I am with you now]
‘AKU TIDAK MENGERTI!’
Liu tidak nyaman dengan tulisan-tulisan aneh di depan matanya serta suara pria itu, apa maksudnya?
[Searching problem….]
[Detecting… Xiao Liu not understand]
[Change languange… problem solved]
“Astaga.”
Baru kali ini Liu melihat hal seaneh ini. Bukankah melihat tulisan di depan mata dan mendengar suara-suara itu tidak wajar?
[Pengaturan selesai, memulai ulang… Sistem Pendekar Terkuat]
“Nah baru mengerti.”
Liu ingat sang dewi mengatakan ‘sistem’, hal aneh apa itu?
Yang ia tahu ia akan hidup kembali, tapi kenapa ia berpindah dari terang ke dalam gelap? Apa ia tidak jadi bangkit dan malah dihukum dalam kegelapan abadi?
[Xiao Liu. Sistem Pendekar Terkuat akan menemani hidupmu sesuai dengan perintah Dewi Xinmu]
‘Bahasa baku macam apa itu? Apa sistem adalah sekumpulan tulisan dan suara membosankan?’ batin Liu.
Kalau soal bangkit kembali Liu mengerti, tapi kalau sistem? Ia ini masih kecil dan butuh penjelasan lebih.
Liu terdiam, yah tidak sepenuhnya buruk juga ada tulisan dan suara, daripada ia hanya melihat kegelapan pekat seperti ini.
‘Sistem… sistem….’
“Sistem,” ucap Liu dengan serius, entah mengapa ia tergoda mengucapkannya.
[Apa yang bisa kubantu Tuan Liu?]
“WAAAGH!”
'Dia menjawab!’
Liu tidak percaya, padahal ia hanya iseng saja lho.
‘Dikira apa!’
Liu pikir sistem itu adalah tulisan aneh acak serta suara yang muncul, namun ternyata tidak sebatas itu.
‘Berarti, sistem itu bukan hanya tulisan dan suara….’ Liu menggunakan otak cemerlangnya untuk berpikir.
“Kamu ini apa sistem?”
[Saya akan menemani perjalanan Tuan Liu, sesuai dengan perintah Dewi Xinmu]
“Ooh, oke.” Rasanya Liu sudah mendengarnya, jangan-jangan sistem itu robot!?
….
Sepertinya bukan, ada perbedaan kalimat yang dilihatnya.
“Jadi kamu ini ada di pikiranku?”
[Benar Tuan, saya akan menemani Tuan di per-]
“Stop, aku mengerti.”
‘Tidak usah diulang tiga kali juga ‘kan!?’ protes Liu dalam hatinya.
Liu mencoba menggerakkan badannya, tempat gelap ini sangat sempit, ia merasa ada semacam kayu yang ada di atas dan sampingnya.
‘Mungkin saja sistem tahu!’
Ide yang bagus! Liu tahu sistem ini bisa menjawab apa yang ia tanyakan!
“Sistem, kita sedang di mana?”
[Menganalisa… di kuburan]
“Kuburan!?”
Liu tahu ia sudah mati, tapi ia pikir akan bangun kembali di tempat tidur rumahnya!
Malah dikuburan!
[Lebih tepatnya dalam peti mati.]
“Sistem… su- sudah berapa lama aku mati?” Suara Liu bergetar. Ia menelan ludahnya.
[Dari kemarin]
‘Pantas saja!’
‘Bukannya di alam baka waktunya beda!?’ Liu tidak menyangka pembicaraan singkat dengan dewi sama dengan satu hari di bumi!
‘Aduh. Bagaimana ini?’
‘Kakek An pasti mengira aku mati….’
Ya memang sudah pasti begitu sih, tapi apa boleh buat, tidak mungkin Kakek An tidak menguburkannya.
‘Aku harus menemuinya lagi!’
‘Baiklah aku harus bangkit dari kubur!’
‘Tapi bagaimana caranya ya?’
Liu sadar diri, ia adalah seorang lemah yang bahkan tidak bisa mengumpulkan Qi, jadi apa yang harus ia lakukan?
Menghancurkan objek sekitar dengan tenaga dalam bisa dilakukan dengan mudah, tapi sayangnya ia tidak punya kekuatan itu.
[Tuan Liu anda tidak mau keluar dari sini?]
“KALAU TAHU CARANYA SUDAH DARI TADI AKU KELUAR.”
[Anda perlu bantuan?]
Ho, apakah sistem bisa membantunya? Liu skeptis tapi ia tidak punya pilihan lain.
“Tolong ya.”
BRAK!
HUSH!
“WAH APA ITU!?”
Dalam sekejap mata Liu sudah berpijak di tanah. Ia melihat sekitarnya, pepohonan rindang ada sejauh mata memandang.
[Keluar kubur… berhasil]
Liu memandang ke atas, terlihat rembulan bercahaya menerangi bumi, begitu terang dan memancarkan ketenangan.
“Sudah malam.” Liu bisa merasakan angin menerpa tubuhnya, namun sepertinya ada yang berbeda.
Setiap malam tiba biasanya ia merasa seperti di musim dingin, dan ketika musim dingin ia hanya mengurung diri di rumah saja.
Liu kecil sudah terbiasa dan tidak memedulikannya, namun sekarang memang berbeda.
Liu melihat tangannya dan ia terdiam sejenak.
“WOAH TIDAK KURUS!”
Tangan kecil berlapis tulang itu berubah menjadi normal!
Bahkan kaki dan keseluruhan tubuhnya!
“RAMBUT PANJANGKU JUGA?” Liu meraba-raba kepalanya, jelas-jelas rambut panjangnya sirna! Jadi rambut pendek sekarang.
“ADUH SUSAH SUSAH AKU PANJANGKAN.”
Liu terdengar kecewa, padahal ia ingin mengikuti gaya rambut Kakek An. Jadi sekarang ia harus memanjangkan ulang rambutnya.
Liu ternyata bertransformasi dalam satu malam!
Sring.
Liu melihat tangan kanannya bercahaya, dan tanda tengkorak merah itu berubah menjadi warna biru.
Kenapa bisa berubah warna begini?
“Sistem apa yang terjadi denganku?”
[Kekuatan Sistem sudah bangkit, tubuhmu tidak sama lagi seperti sebelumnya]
Jadi intinya ia tidak lagi lemah seperti dulu? Inikah kekuatan yang dimaksud dewi itu? Yakni untuk mewujudkan tekad?
Liu tahu selama ini tubuhnya tetap lemah meski sudah rajin meminum ramuan buatan kakek, dan ia selalu berharap bisa seperti anak lain.
Namun keberadaan kakeknya memberi kekuatan untuk tidak menjadi dirinya sendiri. Xiao Liu tidak lemah!
Ia tidak pernah merasa lebih sehat seperti ini. Kekuatan sistem memang hebat!
Karena sudah bugar, Liu segera berlari meninggalkan hutan untuk menemui Kakek An.
***
Butuh waktu agak lama sebelum Liu akhirnya sudah dekat di desa.
‘Kenapa kakek menguburku jauh sekali?’
‘PADAHAL DI DEKAT DESA ‘KAN BISA.’ Lagi-lagi Liu protes dalam batinnya, pastinya kakek punya alasan menguburnya di hutan terpencil bukan?
Tapi untunglah Liu tahu jalan ke desa, lagipula sebelumnya ia sering ke hutan berburu bersama kakek.
KKKRRKKK…
Suara kayu rapuh mengejutkannya, dan lagi bau asap merasuk ke hidungnya.
“A- Ada apa ini?” Liu mempercepat langkah kakinya dan terhenti di gerbang desa.
Seluruh bangunan rumah dilalap si jago merah, pantulan api membumbung tinggi terlihat jelas di mata Xiao Liu kecil.
“Kenapa bisa….” Liu terdiam, ia tidak mengerti kenapa desanya bisa terbakar seperti ini?
‘Kakek An!’ Tanpa berpikir panjang Liu segera melangkahkan kakinya lagi masuk ke desa dan melewati rumah-rumah yang sudah habis dilalap api.
Liu mengarahkan pandangan ke segala arah, namun tidak ada yang lain selain reruntuhan dan api besar, kakeknya tidak ada dimana pun!
“KAKEK!”
Liu sampai di halaman rumahnya, dan kondisinya tidak berbeda dari yang lain, bahkan sudah habis jadi abu, tidak menyisakan apapun.
Liu menutup matanya, alis mata menurun tajam.
[Mendeteksi… tidak ada kehidupan]
Sang sistem merespon keinginannya, Liu membuka matanya perlahan. Kakek An tidak ada di reruntuhan itu.
‘Siapa yang melakukan ini?’ Selama ia hidup, konflik desa terkadang terjadi, namun tidak sampai seperti ini….
Penghancuran satu desa… ini pasti ada sebabnya!
“Sistem, apa yang terjadi?”
[Desa Zhangkung dimusnahkan]
“Aku tahu.”
“Kenapa?”
[Menganalisa… sistem… terhalang…]
Liu terdiam, ia sadar ia tidak bisa terus mengandalkan sistem, ia harus mencari tahu sendiri!
Liu berkeliling sebentar lagi, namun tetap tidak ada petunjuk yang bisa menjelaskan hal ini. Ia akhirnya kembali ke gerbang desa.
‘Kakek An….’
Liu memandang ke atas, sementara asap tebal menutupi langit, tidak terlihat lagi cahaya indah yang menyinari.
“!” Liu merasakan aura kekuatan yang hebat, tepat dari dalam desa, Liu menoleh dan melihat seorang berpakaian hitam mendekat ke arahnya.
‘Pakaian itu.’ Liu langsung sadar, seorang pria itu bersetelan pendekar, namun bukan dari aliran kakeknya.
Yang Liu tahu ada dua aliran pendekar, Aliran Murni dan Aliran Sesat. Kakek An selalu memakai baju pendekar putih, sedang aliran sesat berlawanan.
Aneh sekali, padahal Liu pikir tidak ada siapa-siapa di desa.
“Tuan pelakunya ya!?”
Liu menatap tajam pada seorang pendekar berbaju hitam itu.
Dan setelah dilihat-lihat, ternyata bukan laki-laki!
‘Pendekar sesat ibu-ibu!?’
Perempuan bersetelan serba hitam itu menatap Liu tajam.
“!” Seketika itu juga Liu tahu, dia adalah pendekar sekte sesat! Dia pasti dalang dibalik semua ini!
[Sistem Pendekar Aktif… mengumpulkan Qi….]
“Eh, eh tulisannya jangan besar-besar begini!” Bagaimana mungkin Liu bisa melihat musuhnya kalau terhalang tulisan!?
[Mengecilkan tulisan… selesai]
“Nah!” Sekarang Liu bisa melihat lawannya dengan jelas, yang malah memiringkan kepalanya heran.
“Tuan ah, maksudku Nyonya! Perbuatan anda tidak terpuji!” Liu kecil geram, ia tidak tahu apapun yang terjadi di sini, namun jikalau berhubungan dengan sekte sesat, pasti mereka punya tujuan tersendiri.
‘Kakek pernah bilang dia lelah lari dari para pendekar sekte sesat…’
Liu ingat akan masa lalu, tepat di mana ketika kakeknya melindur saat tidur.
‘Kalau tidak salah kakek bilang soal Kitab Gerbang Dewa.’ Di saat seperti ini ingatannya bisa diandalkan, dan tentunya adalah hal yang bagus.
Entah apa itu Kitab Gerbang Dewa, Xiao Liu tidak pernah menanyakannya, namun yang pasti apapun yang dikatakan kakek ketika tidur, itu serius adanya.
‘APA JANGAN-JANGAN!?’
“Nyonya Pendekar mencari Kitab Gerbang Dewa?”
“!” Sang pendekar hitam itu terbelalak, dan seketika itu juga mendekati Liu. “Nak, aku benci mengatakannya, tapi kau harus mati.”
Suaranya begitu dalam dan mengintimidasi, seperti ibu yang marah pada anaknya!
Sorot mata merahnya berisinar, aura kekuatan terkumpul begitu cepat!
“MASA SIH BENAR!?”
Padahal Liu hanya asal menebaknya saja dan sekarang pendekar sekte sesat malah marah besar.
SRING!
Pendekar berbaju hitam itu mengeluarkan kedua belati kecil dari tempat senjatanya, berlari kencang sembari bergaya dengan hebat.
“!”
‘Aku belum bisa mengumpulkan energi dalam! Kenapa malah begini!?’
Liu tidak percaya, sementara itu dengan lincahnya sang ibu pendekar sesat bisa menebasnya kapanpun.
[Pengumpulan Qi selesai… transfer selesai]
Ssshshhh….
Sementara itu Liu merasa tubuhnya jadi hangat, ia bisa melihat gerakan lincah musuhnya jadi begitu lambat.
‘Kenapa ini?’
[Bertahan hiduplah Tuan, lakukan apa yang harus dilakukan]
‘Hah?’
Liu merasa tubuhnya jadi begitu kuat, rasanya ia bisa melakukan apapun. Tidak hanya itu, ketakutan dan kepanikannya sirna seketika itu juga.
‘Ini keren!’
Liu iseng memegang kedua belati yang hampir sampai di lehernya, dan di saat yang bersamaan memerasnya dengan kuat.
Adegan ini terlihat mengerikan karena seorang pendekar perempuan hendak menebas leher anak kecil. Sedang senyum kecil malah tergurat dari bocah ini.
KRAK!
Seketika itu juga belati itu hancur berkeping-keping, dan sang ibu pendekar hitam kaget dan langsung mundur kebelakang.
“Bagaimana mungkin!? Anak kecil itu!?” Sang pendekar hitam menatap heran Liu, dan seketika itu juga ia menghilang.
“HEEEI! JANGAN KABURR!” Liu berlari namun tidak dapat mengejar pendekar yang memakai teknik melarikan diri cepat.
Sret.
Ada sepucuk kertas kecil yang terjatuh di tanah. “Milik pendekar tadi ‘kah?”
Liu melihat kertas kecil itu dengan seksama.
“Ini!?”
Liu membacanya berulang untuk memastikan, dan ternyata benar adanya.
-Misi utama, cari Pendekar Tingkat Langit An, ambil Kitab Gerbang Dewa padanya, lenyapkan semua bukti-
“….”
“Ka… kek….”
“KAKEEEK!”
Liu tidak menyangka ia begitu terlambat sampai di desa, semuanya sudah tidak menyisakan apapun lagi.
Semuanya sudah dilenyapkan oleh Sekte Pendekar Sesat. Mereka mengambil semuanya… dan bahkan orang yang paling ia sayang.
“SIALAAAN! AWAS SAJA PENDEKAR SESAT! AKU AKAN MEN-“
Blugh.
Belum selesai Liu kecil bicara, ia terjatuh ke tanah, sementara warna kulit sekitar lengannya sebagian berubah jadi ungu.
‘Kenapa?’
Liu merasa tubuhnya lemas, bahkan kakinya tidak kuat menumpu tubuhnya. Ia bahkan tidak bisa menggerakkan ujung jarinya.
[Racun terlambat terdeteksi… kondisi darurat….]
‘Racun? Ah, belati itu….’
Liu menutup matanya, sementara ia sangat ingin mengejar pendekar sesat yang sudah mengambil semua darinya. Ada perasaan sesal karena ia malah keren-kerenan dengan menghancurkan senjata musuhnya.
'Ga.. wat....'
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 226 Episodes
Comments
Kang Comen
kenal wucing ???
2022-12-27
3
Raden Bentar
plot nya kaya d grup sebelah,tp gapapa lah aku suka ko. smoga kedepannya gk ngebosenin n gk kehabisan ide. semangat thor 💪
2022-11-30
1
Lanjar Utomo
mbacany jdi lier.binggung
2022-11-19
1