Sementara itu pedagang berbaju putih mengedus ada yang tidak beres. Di hadapannya ada pemuda yang dari tadi melamun saja, dan tiba-tiba meluapkan emosinya. Tentu saja itu mengkhawatirkan.
Kenapa dia melamun saja? Apa dia ada masalah di rumah? Karena krisis masa muda ‘kah? Beragam spekulasi muncul pada benak pedagang barang ini.
Meski banyak orang yang lewat, ia masih belum melihat ada orang lain yang tertarik dengan barang dagangannya, terutama belati merah itu.
Sulit untuk melihat ekspresi seorang yang memakai masker, tapi sudah jelas-jelas Liu membuat pedagang ini risih.
“Kalau tidak punya uang, bisa lihat koleksiku yang lain, harganya lebih murah.” Sang pedagang menawarkan barang-barang lain.
“….” Liu tidak merespon, tidak dapat dipungkiri benda-benda lain cukup menarik untuk dilirik, tapi itu bukan alasan Liu datang ke mari.
“Terima kasih Tuan, mungkin lain kali.” Liu mengangkat tangan memberi salam, bangkit dan pergi berjalan sembari memegang Speedy.
[Tuan tidak mencurinya?]
“Kakek An tidak pernah mengajariku mencuri.” Liu menutup matanya sembari tersenyum, ia mengorbankan keinginannya demi hal yang ia percaya.
Tidak apa tidak mengambil misi dan tidak mengambil belati merah. Pasti ada cara lain yang lebih baik.
Sementara itu pedagang berbaju putih itu terdiam, matanya seolah tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.
“Pemuda itu … punya tanda tengkorak?” Tak sengaja pedagang baju putih itu melihat tangan kanan pemuda itu.
“!” Seketika itu juga mata sang pedagang itu makin melotot melihat pemuda tadi berhadapan dengan seorang serba hitam di tengah kota.
‘Nah ‘kan’ Liu menatap santai seorang pria berbaju serba hitam. Orang yang sama dengan yang ia temui di kota Yanzin.
“Yo.” Liu menyapa sang pria serba hitam itu.
Sang pria hitam itu terdiam, sementara ia mengulurkan tangannya ke depan meminta sesuatu.
Liu tersenyum kecil dan menggeleng pelan. Entah kenapa ia begitu percaya diri meski nyawa rekannya sendiri sedang dipertaruhkan.
“Fang Yin mana?” Tanpa panjang lebar Liu langsung ke intinya.
Pertanyaan yang bodoh. Liu sadar akan hal ini, mana mungkin pria sekte sesat itu menjawab pertanyaannya.
“Ada, kau bisa menemui kepalanya nanti.”
‘!' Pertanyaannya di jawab! Dan lebih mengerikan dari yang ia duga!
“Ehem, Tuan ini bukan bulan april, tolong jangan bercanda.” Liu memastikan lagi apa yang dikatakan pria sekte itu.
“Kau pikir aku di sini santai? Kami harus kejar target mencari belati yang hilang. Tidak peduli jika Nona Yin mati.”
“Nona?” Liu curiga instan seketika itu juga.
“Ah, maksudnya Fang Yin.” Ada penekanan nada dari pria itu.
Liu menatap seksama pria berbaju hitam itu. ia mendeteksi kejanggalan yang cukup berarti.
Kenapa pria itu memanggil Fang Yin ‘nona’? Liu tahu itu sebutan kehormatan yang tidak mungkin dipakai musuh. Tapi kenapa?
“Sayang sekali kau tidak dapat bantuanku.” Pria sekte itu membuyarkan lamunan Liu.
“Bantuan?” Sejak kapan ada musuh yang menawarkan bantuan?
“Sangkamu Fang Yin ada padaku?” Pria serba hitam menatapnya tajam.
Liu terdiam. “Dia tidak bersamamu Tuan?” Pada akhirnya ia menanyakannya.
“Tuanlah yang menyerang kereta barang itu!” Liu menunjuk dengan tegas, sementara orang lain memperhatikannya sebentar.
Itu adalah fakta yang tidak terbantahkan. Kenapa dia malah mengelak tak bersama Fang Yin?
“Aku bosan mendengar ocehan dua prajurit itu, jadi kuserang saja dan kugantikan tugas mereka,” ujar sang pria serba hitam.
“….” Liu tidak tahu ia harus percaya atau tidak. Ini di luar nalar! Mana mungkin alasan sebodoh itu keluar dari anggota sekte pendekar sesat terkuat!?
Liu memegang kepalanya. Entah kenapa kadang-kadang menemui hal aneh begini membuatnya agak pusing.
‘TENANG LIU! DIA MUSUH BAHAYA, JANGAN TERBUAI UCAPANNYA!’ Liu berpikir jernih di sini. Ia tidak mungkin tertipu alasan sedangkal itu. Ia lebih percaya dia sedang memanipulasinya.
[Dia jujur Tuan]
‘….’
“MANA MUNGGKIIINNN!” Liu mengarahkan pandangannya ke langit dan berteriak keras sekali, sampai burung-burung di tanah kabur ke udara.
‘Hah… haah….” Ini tidak sesuai perkiraannya, tapi jika sistem sudah berkata begitu ya mau bagaimana lagi. Ia terpaksa percaya akan hal ini.
“Fang Yin sedang berada di penjara utama Kota Liuzhou. Jaraknya cukup jauh dari sini, jika kau memberikanku belati, aku senang hati membantumu, bahkan menyelamatkan no- dia.”
“….” Liu terdiam, apakah ini semacam tawaran suap saling menguntungkan? Dirinya memberi barang dan musuhnya menawarkan jasa?
Xiao Liu termenung. Ini tidak seperti yang ia pikirkan.
Ia pikir pendekar sesat menyandera Fang Yin dan meminta tebusan dengan belati merah sekarang juga.
Lah dia malah membantu pihak kota. Aneh bin ajaib.
Bukankah sekte mereka saja sudah cukup menangani ini? Kenapa malah masih berhubungan dengan kota?
Tak bisa dipungkiri kelompok sekte aliran sesat memang diakui dan bahkan dibiarkan beroperasi selama tidak mengganggu negara. Hal seperti ini biasa terjadi.
Apa mungkin mereka malas mengurus masalah ini sendiri dan membiarkan pihak kota mengurusnya? Liu tidak terpikir alasan yang lebih baik dari ini.
Namun diurus oleh sekte sesat atau pihak kota pun tidak ada yang menguntungkannya juga. Keduanya sama-sama merugikan.
Satu hal yang pasti, Fang Yin tetap berada dalam bahaya karena tuduhan palsu itu.
‘Kenapa orang ini mau membantuku?' Liu curiga, akan masuk akal jika dia tidak akan membantu apapun bahkan setelah menerima barang yang dimintanya.
Begitulah sikap orang jahat bukan? Mereka hanya mementingkan kepentingan diri sendiri dan tidak peduli yang lain ‘kan?
Jika yang dikatakannya tadi jujur, apa tawarannya juga benar-benar bisa dipercaya?
“Bawakan belati itu padaku, atau nikmati waktu terakhirmu bersama gadis itu.” Pria baju hitam itu meninggalkannya begitu saja, hilang dibalik kerumunan orang yang mulai berjalan-jalan di sekitaran kota.
Sang pria sekte sesat itu tidak berulah, ia hanya mengajaknya ngobrol sekaligus memperingatkannya.
Yah, Liu yakin dia tidak mau mengganggu ketertiban kota. Anggota sekte sesat pandai sekali berbaur dan menyembunyikan niat jahatnya.
Liu tertunduk, Fang Yin ternyata tetap dihukum sepertinya, hanya berbeda tempat saja.
‘Aku harus cepat!’ Liu akhirnya menentukan tujuannya, ia berbalik kembali ke pedagang baju putih tadi.
“Tuan, belati merah ini akan kubeli, tolong jangan biarkan orang lain membelinya ya.” Liu menatap sang pedagang dengan serius. Ia tidak pernah terlihat seserius ini sebelumnya.
“Ah tentu.” Pedagang itu langsung mengambil belati merah itu dan memasukkannya ke tas sebagai tanda barang itu sudah dipesan.
“Terima kasih Tuan, tolong bersabar sampai saya datang lagi.” Liu tersenyum kecil dan meninggakan area itu bersama Speedy.
Sementara pedagang baju putih itu terdiam, tadi ada beberapa prajurit kota dan bahkan seorang dari sekte sesat datang, namun tidak satupun diantara mereka yang sadar soal belati ini.
“Pemuda itu… apa dia….?” Sorot mata pedagang itu terlihat penasaran dan juga menduga-duga.
Hanya pemuda itu yang tertarik dan nampaknya tahu sesuatu tentang benda ini, tidak peduli sudah ia samarkan sekalipun.
Dan ia baru pertama kali melihat pemuda itu di kota, namun tanda tengkorak yang ada pada telapak tangan pemuda itu mengatakan sesuatu. Mata sipit tajamnya tidak mungkin membohonginya!
Sepanjang hidupnya ia tidak pernah menemui seorang pun dengan tanda kutukan langit, kecuali seorang anak yang berasal dari desanya.
“Xiao Liu….?” Suara sang pedagang terdengar gemetar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 226 Episodes
Comments