Jane pun masuk dan duduk di sofa apartemen Ella, sedangkan Ella bergegas menuju kamarnya untuk mengganti baju.
Beberapa saat setelah Jane menunggu Ella mengenakan pakaian, Ella keluar dari kamarnya, lalu merebahkan dirinya di sofa depan Jane dengan posisi tengkurap, dengan tersenyum kearah Jane.
Jane hanya diam saja melihat tingkah laku yang aneh dari Ella.
“Kau telah banyak berubah, Jane. Aku nyaris tidak mengenalmu, karena kau telah melepas kenorakanmu.”
Jane hanya membalas ucapan Ella dengan senyuman tipis.
“Sudah 20 tahun kita tak bertemu, bukan? Sejak saat kita telah lulus dari SMP itu.”
“Ya.”
Jane tersenyum kembali dan menganggukkan kepalanya, lalu mengeluarkan stopmap dari tasnya dan mengeluarkan surat untuk Ella.
“Kau hanya perlu tanda tangan disini. Kau pasti sudah mendengar penjelasannya saat aku menelpon Pak Tom. Seharusnya kau datang dan…..”
“Hanya untuk sebuah tanda tangan di dokumen ini, kau menempuh jarak yang sangat jauh dari tempat kerjamu.”
“Kau membutuhkan waktu sekitar 3 jam untuk kemari. Itu rasa tanggung jawab, atau sikap berlebihan?”
Ella memotong perkataan Jane dan malah menyudutkan balik.
“Karena rumah sakit kami hanya menangani para orang tua yang mengalami gangguan mental, semua operasi bedah harus dilakukan di rumah sakit rujukan. Ini semua demi ayahmu…”
“Dia sudah kuanggap mati. Hahaha. Aku anak yatim piatu. Kau mengetahui itu, bukan?”
Ella kembali memotong ucapan Jane yang berniat baik untuk memberikan penjelasan.
“Tapi, ada kemungkinan ibumu masih….”
“Sudah lama ku daftarkan dia dengan status meninggal.”
Jane sangat kaget dan hanya bisa diam saat mendengar ucapan Ella yang sangat sadis itu.
“Mau kuceritakan kisah lucu?
Ella tersenyum pada Jane, lalu mengubah posisinya untuk duduk dan mengambil berkas yang dibawa Jane.
“Jiwa ayahku telah tiada, tapi raganya masih hidup seperti zombie. Sementara ibuku, raganya telah tiada sejak lama, tapi, jiwanya masih hidup sampai saat ini.”
Ella menatap tajam ke arah Jane beberapa detik, kemudian tersenyum.
Jane merasa sedikit takut saat Ella menatap tajam ke arahnya, hingga Jane menundukkan pandangannya.
“Jadi, diantara keduanya, siapa yang sudah meninggal? Siapa yang benar-benar meninggal menurutmu, Jane?”
“Ayahmu…..”
Jane masih terbata-bata karena mendengar ucapan Ella.
“Pak Roy. Dia akan mengalami kondisi kritis jika tak secepatnya dioperasi. Kemampuan kognitifnya akan…..”
“Orang lain akan mengira kau adalah anaknya, Jane.”
Lagi-lagi Ella memotong ucapan Jane, saat Jane menyebut nama ayah Ella.
“Ah. Benar, begitu saja. Kau jadi anak Roy, lalu aku jadi anak ibumu? Aku akan tanda tangan jika kau setuju. Bagaimana?”
Jane terlihat lebih panik dan bingung saat Ella mengatakan itu. Jane hanya mengangguk, karena kasihan pada Roy, dan agar Ella cepat menandatangani berkas itu.
“Hahahah. Aku hanya bercanda, Jane.”
Ella pun mengambil berkas itu, lalu menandatanganinya.
“Masakan ibumu sangat enak, Jane. haruskah aku mengunjunginya, dan makan bersama seperti dulu, saat kita masih SMP?”
Jane hanya diam tak menggerakkan sedikitpun bagian tubuhnya.
Ella tersenyum dan melihat ke arah Jane.
“Hahaha. Ternyata selera humor kita masih saja berbeda. Hmmm. Sangat tidak menyenangkan.”
Ella telah selesai menandatangani berkas itu.
Jane segera kembali memasukkan kembali berkas itu ke dalam stopmap, kemudian berpamitan pada Ella.
“Baiklah. Terimakasih atas semuanya. Aku akan kembali pulang.”
“Kenapa terburu-buru, Jane? Kau tidak mau menginap disini dahulu? Ini sudah sangat malam.”
“Tidak. Ibuku sendirian. Aku harus bergegas pulang, agar tak membuatnya khawatir.”
“Baiklah, kalau begitu.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments