Malam harinya, Jane mendatangi tempat tinggal Michael.
Terlihat pula Michael yang baru pulang dari bar tempat biasa ia menenangkan diri sendirian.
Saat Michael telah sampai di dekat tempat tinggalnya, ia melihat Jane yang telah menunggunya di depan pintu rumah.
Jane pun tersenyum ketika melihat Michael yang baru pulang, begitupun dengan Michael yang membalas senyumannya.
“Masuklah ke dalam. Aku akan membuatkan minuman untukmu.”
Michael membuka pintu rumah dengan pelan-pelan, karena tak mau membangunkan Marco yang sudah tertidur pulas.
Setelah selesai membuat minuman untuk Jane, Michael duduk bersama dengan Jane di satu sofa.
“Tanganmu kenapa?”
Jane bertanya saat melihat tangan Michael yang masih terbalut dengan perban.
“Tak apa. Aku hanya terluka saat sedang bekerja. Minumlah.”
Michael menuangkan minuman yang ia buat itu pada Jane.
Jane mulai menggeser tempat duduknya dan mendekati Michael, alih-alih membenarkan posisi duduknya.
Michael pun juga ikut menggeser posisi duduknya menjauhi Jane.
“Aku sedang berkeringat, Jane. Kau bisa bau nanti.”
Jane hanya menganggukkan kepalanya dan terlihat kecewa.
Sebenarnya, Jane sudah menyimpan perasaan pada Michael saat mereka masih kecil.
Akan tetapi, Jane tak mau mengungkapkannya secara langsung, karena takut akan menimbulkan perpecahan.
“Jim memberitahuku, bahwa kau tinggal disini.”
“Hmmmm. Begitu rupanya.”
“Kudengar kau akan pindah lagi?” Melihatmu tanpa ragu bisa pindah kemanapun, aku merasa iri padamu.”
Michael hanya tersenyum saat mendengar ucapan Jane.
“Apa kau sudah menemukan tempat kerja yang baru?”
“Aku yakin pasti ada suatu tempat untukku. Entah baik atau tidak, rumah sakit jiwa selalu bertambah.”
“Tempatku bekerja sedang mencari perawat berpengalaman. Di rumah sakit panti jompo OLDER, namanya.”
Jane manawari Michael untuk bekerja bersamanya di rumah sakit panti jompo tempat Jane bekerja.
“Disana ada tiga sif. Hari liburnya sepuluh hari per bulan. Jadi, jika kau mau, hari libur bisa digunakan untuk kerja paruh waktu. Kau perawat bersertifikat, pasti akan dibayar lebih.”
“Dimana rumah sakit panti jompo itu? OLDER namanya?”
“Kota Las Vegas. Di kampung halaman kita. Kudengar, kau pernah tinggal disana saat masih kecil. Karena banyaknya pembangunan, di sana tak seperti terasa di desa lagi.”
Michael kembali mengingat masa lalunya, saat Jane menyebut kota itu.
Saat Michael masih kecil, ibunya dibunuh oleh seorang psikopat yang berada di kota itu.
Ibu Michael dibunuh tepat di depan mata Marco, yang membuat Marco bertingkah aneh seperti saat ini.
Saat mengingat peristiwa itu, Michael tak mau lagi untuk membayangkannya apalagi berniat untuk kembali ke kampung halamannya.
“Michael. Dirumahku ada kamar kosong. Maksudku…”
“Kamar itu tak terpakai. Aku dan ibuku tinggal di lantai satu. Jika kau berencana pindah ke Las Vegas bersama kakakmu, kau tidak perlu mencari rumah lagi. Kau bisa menempatinya kalau mau.”
“Terimakasih sudah memikirkanku, Jane. Aku mungkin tak akan kembali kesana.”
“Kenapa? Karena lokasinya pedalaman?”
“Ya. Mungkin itulah salah satu alasan nya, dan ada alasan lain yang tak bisa kuceritakan padamu.”
Jane menganggukkan kepalanya, walau terlihat sedikit kecewa dengan jawaban Michael.
“Baiklah. Kalau begitu, aku pamit dulu.”
“Mari. Aku akan mengantarmu ke halte.”
“Kau tidak perlu mengantarku, Michael. Kau pasti lelah.”
“Tak apa. Aku akan mengantarmu ke halte agar kau dapat bus dengan cepat. Sepertinya kau akan pulang esok hari jika tak kuantar.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments