Pria itu adalah sahabat Michael yang bernama Jim.
Jim pun membuka box motor dan mengeluarkan helm, lalu melemparkannya pada Michael.
“Arghh. Sial. Dasar gila!”
Helm yang dilempar Jim tak sengaja mengenai tangan Michael yang terluka.
“Naiklah! Aku akan mengantarmu.”
Michael pun memakai helm yang diberi Jim dan duduk di jok belakang motor.
“Astaga. Apa kau terluka lagi?”
“Ssst. Cepat antar aku!”
Jim membawa motornya dengan kencang. Jim menyalip seluruh mobil yang berada di jalan saat itu.
Mereka berdua menaiki motor dan menikmati indahnya malam hari di kota Texas.
Mereka melewati jembatan yang sangat terang dengan lampu kerlap kerlip yang menghiasi jembatan itu.
“Terimakasih!” Michael berteriak dari belakang.
Tanpa menghiraukan Michael, Jim tetap fokus dan mengebut menyetir motornya.
*DUK DUK DUK!!!
*GREK GREK!!!
“Ayolah, jangan. Jangan seperti ini. Tidak boleh. Ayolah, kau kemarin baru kubelikan oli baru. Ayolah. Kumohon. Sial!!!”
“Ada apa?” Michael bertanya.
“Astaga. Ayolah. Jangan begini.”
Motor Jim mogok dan tepat berhenti di pinggir jalan.
“Ayo. Sial!! Jangan mati. Ayolah…”
Jim yang terus mencoba memutar gas motornya, tapi tetap tak berhasil.
Michael pun menghela nafas, karena tahu motor Jim yang mogok.
Akhirnya, mereka berdua pun mendorong motor itu bersama.
Jim merasa sangat bersalah karena telah menyusahkan Michael, sahabatnya sendiri.
Jim berniat menolong Michael, tapi malah menyusahkannya dengan itu.
Jim mendorong motor bagian depan, sedangkan Michael mendorong bagian belakang motor.
“Michael!!!”
“Aku benar-benar tidak apa-apa. Kakakmu, Marco telah menunggu di rumah. Kau pergi saja naik taksi. Ini bukan berarti kau meninggalkanku! Aku sangat memahamimu.”
“Ini soal persahabatan dan kesetiaan!”
Jim terus menggerutu, karena tak mau menyusahkan Michael.
“Berisik sekali kau bodoh. Terus dorong saja motornya!”
Tanpa mengeluh, Michael terus membantu Jim membantu mendorong motor Jim.
“Baiklah, Michael. Maafkan aku.”
Mereka berdua terus mendorong motor Jim yang mogok di pinggir jalan raya, hingga akhirnya sampai di desa tempat mereka tinggal.
Disana, Michael menceritakan kejadian yang dialaminya hari itu pada Jim.
“Astaga. Dasar wanita sinting! Wanita itu menulis buku dongeng anak? Aneh sekali.”
Jim sangat heran dengan kelakuan Ella, saat mendengar cerita dari Michael.
“Dia tidak sinting. Dia hanya terlahir seperti itu.”
“Pengalaman selama sepuluh tahun menjadi perawat, apakah sudah bisa membuatmu menilai hanya dari tatapan saja?”
“Jangan berlebihan.” Michael menyangkal dan tersenyum.
“Aku harap kau yang bersikap berlebihan.”
“Gara-gara mereka, kau terluka dan dipecat. Kau akan diam saja?”
“Jika begitu, mungkin akan terasa lega, tapi aku tak dapat pesangon sama sekali.”
“Hahaha. Bagus sekali hidupmu, Michael. Kakakmu dikeluarkan dari pekerjaan khususnya, sedangkan kau baru saja dipecat dari tempat kerjamu.”
“Astaga. Kalian sungguh membuatku sedih.”
Jim ikut prihatin dengan nasib yang dialami Michael dan kakaknya.
Michael menghentikan langkahnya dan,
“Lagi pula, sudah saat aku berhenti disana. Pada saat ini, ketika udara malam jadi hangat, dan kupu-kupu akan bermunculan.”
Jim ikut berhenti dari langkahnya dan berkata,
“Benar juga. Namun, apakah belum ada tanda dari kakakmu?”
“Belum.”
Michael kembali meneruskan langkahnya.
“Sepertinya, kita harus pergi meninggalkan negara ini. Haruskah kita pergi ke Arab?”
“Memangnya kau mempunyai visa dan paspor?”
“Kita bisa ajari Marco berbahasa Arab.”
“HAHAHAHAHA.”
“HAHAHAHAHA.”
Mereka berdua pun tertawa bersama karena bualan Jim.
“Jim. Jangan beritahu Marco soal ini!”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments