Rupa yang sama.

"Arga, apa itu kau?" Bian buru-buru bangun lalu meraih handuknya dan melihat sekitar berharap jika itu benar-benar Arga.

"Arga, jika itu kau tolong berikan tanda." Bian seperti orang gila yang terus bicara sendiri, dia benar-benar berharap jika Arga belum pergi. tapi sepertinya itu hanya harapannya karena setelah menunggu cukup lama belum ada tanda-tanda kehadiran Arga dan untuk kesekian kalinya dia merasa sedih kembali.

Setelah selesai mandi Bian langsung merebahkan dirinya di atas kasur, melepaskan rasa lelah dan penatnya.

sambil menatap langit-langit kamarnya Bian mengingat bagaimana masa kecilnya bersama Arga dan juga bagaimana mereka bersaing untuk menjatuhkan satu sama lain sewaktu dewasa.

"Maaf," ucap Bian sebelum memejamkan mata.

"Aku yang harusnya meminta maaf," saut Arga sambil mengelus rambut saudaranya yang sudah tertidur lelap. setelah itu Arga kembali menghilang.

Jika Bian sudah tidur pulas, beda halnya dengan Aleta yang masih mencoba memejamkan matanya. pikirnya terus melayang memikirkan siapa laki-laki yang di ceritakan Levi ceritakan. saat Aleta masih bergumul dengan pikirannya tiba-tiba terasa hembusan angin yang begitu menyejukkan hingga perlahan mata Aleta terpejam.

" Tidur sayang, ini sudah malam." gumam Arga sambil mengecup singkat kening Aleta.

Arga pikir dia akan lekas kembali ke alam nya tapi, Arga salah. dia masih belum bisa beranjak dari bumi karena belum melihat saudara dan istrinya bersatu. intinya urusan Arga di dunia ini masih belum selesai dan itu yang membuatnya tertahan sampai sekarang.

Keesokan paginya Aleta kembali bangun dengan mata yang semabab dan rasa kosong di hatinya semakin membuat hatinya sakit, dia benar-benar merasakan kehilangan meskipun sampai sekarang dia tidak tau apa yang hilang darinya.

"Aleta," panggil sang ibu ketika Aleta sibuk mengaduk-aduk makannya di piring. Aleta seperti tidak bernafsu untuk makan padahal dari kemarin sore dia belum makan apa-apa.

"Aleta." panggil ibunya lagi dan kali ini Aleta menoleh.

"Ada apa?" sambung sang ibu ketika melihat anaknya begitu terlihat murung beberapa hari ini.

"Aleta tidak tau Bu, hati Leta sakit seperti ada yang hilang dari hidup Leta. tapi Leta tidak tau itu apa." saut Aleta sambil berlinang air mata.

Melihat putrinya yang tiba-tiba menangis sang ibu langsung memeluknya.

" ibu, ada apa ini? kenapa Leta bersedih?" suara Aleta lirih.

"ya sudah mungkin kamu hanya kelelahan."

"Bu apa boleh hari ini Leta tidak pergi ke kampus?"

Sang ibu pun mengangguk.

Di lain tempat Bian duduk setia di dalam mobilnya menunggu Aleta keluar dari gang rumah untuk pergi ke kampus. tapi setelah menunggu sekian lama Leta tidak kunjung keluar. Bian berkali-kali melihat jam tangannya dan ini sudah satu jam dia menunggu tapi Leta belum juga kelihatan. Bian menjadi khawatir takut jika Aleta sakit.

"kamu kemana sayang, apa kamu baik-baik saja?" tanya Bian.

"Apa aku harus ke sana? tapi bagaimana jika dia bertanya dari mana aku tau alamat rumah nya. apa yang akan aku katakan?" Bian terus bicara sendiri memikirkan apakah dia datang ke rumah Aleta atau dia pergi ke kantor saja.

"Aku tidak bisa seperti ini, aku harus melihat Aleta." kemudian Bian melepaskan sabuk pengamannya dan turun dari dalam mobil dan berjalan menuju rumah Aleta. Bian sudah berdiri di depan halaman rumah kakak iparnya itu. tapi dia tidak punya keberanian untuk bertamu dia hanya berharap bisa melihat Aleta dari kejauhan dan memastikan jika dia baik-baik saja.

"ibu," suara Aleta terdengar dari dalam dan sedikit membuat Bian tenang tapi tidak lama terdengar suara Aleta yang menjerit ketakutan.

Tampa pikir panjang Bian langsung masuk kedalam rumah Aleta dan mencari di mana Aleta berada.

"ah... tolong aku!" akhirnya Bian melihat Aleta yang sedang berdiri berputar-putar sambil terus mengibaskan bajunya.

"ada apa?" tanya Bian panik dan langsung mendekati Aleta.

"ini, ada cicak dan bajuku. aku takut." Aleta sudah hampir menangis karena cicak itu masuk kedalam bajunya dan terselip di tali bra nya hingga tidak bisa bergerak ke mana-mana.

"Di mana cicak nya?" tanya Bian masih panik.

"di dalam bajuku! tolong keluar kan itu." Aleta sudah menangis, wajahnya berkeringat dan sudah pucat karena takut.

"bagaimana caranya aku mengeluarkan itu?"

maka secepat kilat Aleta melepaskan bajunya di depan Bian.

"ambil! cepat ambil itu!" perintah Aleta sedikit memaksa dan dengan tangan yang bergelar Bian mengambil cicak yang menempel di punggung Aleta.

"maaf, maafkan aku Aleta aku tidak bermaksud_"

"jangan banyak bicara! ambil saja cicaknya!" bentak Leta karena Bian malah diam bukan menyingkirkan hewan menjijikan itu.

mendengar suara keributan dari kamar Aleta sang ibu yang baru pulang dari warung langsung masuk kedalam kamar sang putri, dia hampir saja jatuh pingsan setelah melihat jika putrinya sudah bertelanjang dada dan ada laki-laki di dalam kamarnya.

"Aleta!" teriak sang ibu yang membuat Aleta dan Bian terperanjat. Aleta bahkan hampir jatuh jika Bian tidak memeluk nya.

"ibu_"

"ibu_ini tidak seperti apa yang ibu lihat. Aku_" Aleta dan Bian mencoba untuk me jelaskan tapi sang ibu langsung menginterupsi nya agar diam.

Sadar Aleta tidak pakai baju. Bian langsung melepaskan jaketnya dan memakaikannya pada Aleta, "Pakai ini, biar aku yang menjelaskan semuanya pada ibumu." ucap Bian sambil memalingkan wajahnya agar tidak melihat tubuh Aleta.

"Bu, apa kita bisa bicara sebentar?" tanya Bian sopan.

ibu Aleta masih terlihat kaget atas apa yang baru saja ia lihat tadi, harinya ingin berpikir positif tapi keadaan Aleta dan posisi mereka saat dia datang sungguh tidak mendukung.

"mau bicara apa kamu, dan siapa kamu yang berani masuk kedalam rumah saya?" tanya ibu Aleta dengan wajah ketus.

"sebelumnya saya ingin meminta maaf karena sudah lancang masuk kedalam rumah ibu tanpa permisi dan saya Bian, teman Aleta." Bian melirik kearah Leta memberinya isyarat.

"Benar itu Leta?" tanya sang ibu sedikit membentak.

Aleta mengangguk sambil.

"Saya tadinya ingin menjemput Aleta untuk mengantarkan nya kuliah, tapi saat saya sampai di depan rumah ini, tiba-tiba saya mendengar Aleta berteriak minta tolong, jadi tanpa pikir panjang saya masuk karena takut terjadi sesuatu pada Aleta dan setelah saya masuk dia bilang ada cicak di dalam bajunya. jadi saya membantu menyingkirkan cicak itu dari sana. itu saja." sambung Bian. mendengar penjelasan Bian cukup masuk akal karena Aleta memang takut pada cicak, dia pernah jatuh pingsan saking ketakutannya.

"benar itu Aleta?" tanya ibunya, untuk memastikan.

"Bian benar buk," saut Aleta pelan.

ibu Aleta hanya bisa menghela nafas, untung saja dia yang memergoki Aleta, jika saja orang lain mungkin Aleta sudah di arak keliling kampung.

Terpopuler

Comments

Dian Tri Utami

Dian Tri Utami

untung aja ga sama warga 🤣

2022-11-06

0

Siti Mariatun

Siti Mariatun

ahahahhab..

2022-10-19

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!