Bagaimana pun caranya kau harus lenyap Arga, agar Aleta menjadi milikku." gumam Bian sambil kembali membaca satu persatu artikel yang ada di komputer nya.
kemudian Bian mengetik kata kunci "Apa kelemahan roh yang terjebak di bumi?"
kemudian muncul beberapa penjelasan termasuk jawaban di artikel tersebut.
"Roh yang terjebak di bumi mungkin memiliki kekuatan, salah satunya bisa memperlihatkan wujudnya pada manusia dan bahkan bisa berinteraksi seperti layaknya manusia pada umumnya. Tapi jika kekuatan itu terus di pakai maka perlahan kekuatan nya akan melemah dan mungkin tidak bisa di gunakan lagi, yang artinya si roh sudah tidak bisa lagi berkonsentrasi dengan manusia."
Bian semakin tersenyum lebar ketika membaca artikel tersebut, jadi dia hanya perlu membuat Arga terus memakai kekuatannya hingga perlahan dia akan melemah dan lenyap.
"Arga ketika kamu hidup aku yang selalu kalah dan kali ini biarkan aku yang mengalahkan mu." gumam Bian setelah itu menutup layar laptopnya.
"Aleta, akan aku pastikan kau akan tetap menjadi milikku dan kau Arga sebagai saudara yang baik aku akan membantumu pergi ke alam baka." sambung Bian sambil menenggak minumannya lagi.
disisi lain Aleta dan Bian sedang menghabiskan waktu berdua layaknya sepasang pengantin baru.
Aleta begitu bahagia sat menghabiskan malamnya bersama Arga bahkan malam ini dia melakukan tugasnya sebagai istri dengan suka rela, tanpa paksaan dan keterpaksaan seperti malam-malam sebelumnya.
"Mas," panggil Leta sambil memeluk tubuh Arga.
"Hem..."
"Jangan pergi dari sini." pinta Leta polos.
"Aku tidak bisa sayang, aku hanya bisa menemui mu jika sudah tengah malam dan pergi sebelum Pajar menyingsing."
Ada kesedihan dan kekecewaan dari wajah Aleta, andai Arga masih hidup Aleta mungkin jadi wanita paling bahagia di dunia ini, karena Arga mencintainya begitu tulus, Arga juga sangat tampan, yang paling membuat Aleta jatuh cinta adalah tatapan mata Arga yang begitu indah.
"Aleta, jika aku lenyap dari dunia ini apa kamu mau bersanding dengan Bian?"
"Pertanyaan apa itu mas?"
"Aku hanya bertanya."
"Tapi pertanyaan mu tidak masuk akal."
"Dia saudara ku, wajah kami pun sama dan dia juga mencintaimu sama seperti aku." tutur Bian setelah memikirkan perkataan Bian tempo lalu.
"Tapi dia bukan kamu!"
Arga tidak mengerti apa yang di maksud dengan jawaban Aleta hingga dia butuh waktu berpikir sejenak dan mulai paham.
"Aleta, jangan katakan jika kamu mulai_" ucapan Arga terpotong karena Aleta menutup mulutnya dengan telapak tangan.
"Ya, ya, ya. Aleta mulai sayang sama mas. Puas?"
"Katanya sayang tapi kenapa nada bicara mu seperti sedang marah?" Arga terkekeh geli, tapi waktu terus berlalu sudah waktunya untuk Arga pergi dari sana.
"Sampai jumpa lagi mas,"
"Sampai jumpa lagi besok Aleta."
Besok paginya Aleta bangun seperti biasa untuk bersiap dan berangkat ke kampus tapi pagi ini rumahnya sudah kedatangan tamu, siapa lagi kalo bukan Bian yang sekarang sedang duduk di ruang tamu sambil mengobrol dengan ayah dan ibu nya.
"Kamu sudah siap?" tanya Bian saat Aleta hendak pamit pada orangtuanya.
"Sudah, ada apa emang?" jawab Aleta ketus.
"Aku sengaja datang pagi-pagi untuk menjemput kamu."
"Tapi Aleta bisa pergi sendiri."
"Aleta. Jangan seperti itu nak, nak Bian sudah jauh-jauh datang ke sini jadi apa salahnya kamu menerima ajakannya."
"Tapi Aleta tidak mau." saut Aleta sambil berjalan keluar setelah mencium tangan ayah dan ibunya.
Melihat penolakan Aleta sang ayah langsung buru-buru mengejar putrinya.
"Aleta, ayah mohon terima ajakan tuan Bian." sang ayah memohon dengan wajah memelas.
"Ayah. Arga tidak suka jika Aleta dekat dengan Bian."
"Tapi Arga tidak ada di sini, jadi ayah mohon nak."
Flashback on.
Saat Aleta belum bangun Bian menyodorkan sebuah rekaman cctv yang menunjukkan detik-detik di mana kecelakaan itu terjadi dan wajah ayah Aleta terekam jelas di sana.
"Ada sudah berbohong pada saya, Anada bilang anda tidak tau tentang menghilangnya kakak saya. Tapi ternyata anda lah penyebab kakak saya meninggal." desak Bian yang membuat ayah Aleta langsung ketakutan.
"Itu kecelakaan taun, sungguh saya tidak berniat menghilangkan nyawa seseorang." elak ayah Aleta.
"Saya bisa saja melaporkan anda pada posisi dengan tuduhan pembunuhan berencana, apa lagi anda sengaja menyembunyikan mayat kakak saya dan anda pasti tau apa hukumannya bukan?" ancam Bian.
"Hukuman mati." sambung Bian membuat wajah ayah dan ibu Aleta menjadi pucat Pasih karena ketakutan.
"Saya mohon tuan maafkan saya,"
"Apa dengan maaf kakak ku bisa kembali?" sarkas Bian.
"Saya mohon jangan laporkan saya, saya akan melakukan apapun untuk menebus kesalahan
saya."
"Kalian yakin, mau melakukan apa pun?" tanya Bian memastikan jika mereka tidak bohong.
"Saya berjanji. Saya akan melakukan apa pun asal jangan laporkan saya pada polisi."
"Aku ingin Aleta." saut Bian tanpa ragu.
"Tapi tuan_"
"Pilihan kalian hanya dua, menyerahkan Aleta tau kalian mati di penjara."
Ayah dan ibu Aleta hanya bisa diam dan saling melihat satu sama lain.
"Bu?" tanya sang ayah menunggu keputusan istrinya.
"Ibu tidak tau."
"Waktu kalian tidak banyak." desak Bian.
"Tapi Aleta sudah menikah dengan Arga." saut ibu Aleta.
"Kapan mereka menikah? Karena aku tidak menemukan bukti bahwa mereka benar-benar sudah menikah."
"Aleta di nikahi Arga ketiak dia sudah mati dan menjadi roh gentayangan." ucap ayah Aleta.
"Jadi Arga menikahi Aleta saat dia sudah mati?"
"Iya tuan. Tuan Arga meminta Aleta menjadi Istrinya sebagai ganti atas nyawanya yang menghilang karena saya.
Mendengar penjelasan ayah Aleta amarah Bian memuncak, bisa-bisanya Arga melakukan hal picik seperti itu untuk mendapatkan Aleta.
"Arga. Kau merengsek!" maki Bian.
"Sekarang aku bertanya sekali lagi apa kalian mau menyerahkan Aleta untuk ku?"
"Kami mau, tapi bagaimana dengan Aleta dan juga Arga?"
"Biarkan Aleta dan Arga jadi urusan ku, sekarang apa kalian bisa menunjukkan di mana kalian menggugurkan jasad Arga?
"Kami menguburkannya di_"
Baru saja ayah Aleta ingin memberitahu Bain tapi tiba-tiba Aleta sudah keluar dari dalam kamar untuk pergi kuliah.
Flashback off.
"Ayah mohon nak tolong sekali ini saja terima tawaran tuan Bian." desak sang ayah, membuat Aleta tidak bisa menolaknya.
"Iya Aleta mau. Tapi hari ini saja,"
"Iya ank. Terimakasih."
"Bian, jika mau mengantarkan Aleta kuliah apa bisa lebih cepat sedikit?" panggil Aleta sambil melihat jam tangannya.
"Baiklah tuan putri, aku akan segera datang."
Sesampainya di depan mobil Bian, Bian langsung membukakan pintu penumpang untuk Aleta dan memasangkan sabuk pengaman nya juga. Setelah itu Bian masuk.
"Pulang kuliah aku jemput ya?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
Tatang Saleh
bikin tek nya salh wae neng 🤭🤭🤭... lanjut ah
2022-11-01
0
Neng Alfiani
Bian gak bisa lihat Basudara nya bahagia
2022-10-15
0
Siti Mariatun
haduh jangan sampai bian tau kuburan Arga kasian
pertama akuh
2022-10-15
0