Siapa dia?

"Maafkan aku sayang," ucap Arga sambil mengecup kening Aleta yang masih tidak sadarkan diri.

kemudian Arga kembali menghampiri Bian yang masih duduk karena masih lemas setelah tadi dia cekik.

"Bian ayo pulang, sebelum aku pergi untuk selamanya aku ingin melihat rumah."

"Tapi jasad mu?" Bian menoleh ke arah tanah yang sebagian sudah tergali.

"Biarkan itu, dia akan menghilang dengan sendirinya,"

Dan benar saja dalam satu hentakan kaki, kerangka Arga menghilang, lalu keadaan kamar itu kembali seperti semula.

Sebelum mereka benar-benar pergi, Arga menyuruh Bian untuk memindahkan Aleta ke atas tempat tidurnya dan mengantikan pakaian Aleta dengan piyama.

"Arga, apa kau gila?" tanya Bian yang sudah duduk di sisi ranjang.

Arga hanya tertawa sambil bersandar di pintu dengan kedua tangan yang ia silangkan di dana.

"kenapa? apa kau takut?" tanya Arga meledek saat melihat wajah Bian yang panik.

"dia istrimu dan kau menyuruhku mengganti pakaiannya, apa itu tidak gila?" protes Bian.

"ayolah Bian, ini bukan kali pertama kau berbuat seperti ini pada kekasih ku bukan?"

"tapi dia istrimu bodoh!"

"Mantan." saut Arga pelan, ada kesedihan yang terdengar dari jawaban yang Arga lontarkan, bagaimana pun dia pasti merasa sedih harus berpisah dengan Aleta.

"Arga, apa ada cara lain agar kamu tetap ada di dunia ini?"

Arga pun menggeleng pelan.

"Arga_"

"ayolah Bian waktu kita tidak banyak."

Dengan berat hati dan tangan bergetar, Bian pun akhirnya berhasil mengganti pakaian yang Aleta kenakan.

"Bian, setelah ini dia tidak akan lagi mengingat ku."

Bian langsung menoleh melihat kearah Arga berdiri, karena tidak mengerti apa yang saudara maksud.

"ya, dia tidak akan mengingat ku lagi, aku akan menghilangkan semua ingatan nya tentang ku."

"Tapi _"

"itu yang terbaik Bian."

Bian mencoba protes, tapi selalu terpotong oleh Arga.

"Bian. Aleta gadis ceria, dia juga ramah. Jadi kamu tidak akan sulit untuk mendekatinya.

"Aku tau," saut Bian lalu turun dari atas kasur.

Keduanya masih berdiri di depan Aleta, menatap lekat wajah gadis yang masih tertidur pulas itu.

"Arga, kau yakin ingin melepaskan nya?" tanya Bian memastikan.

"jika aku masih manusia tentu saja aku tidak akan rela, tapi aku sudah mati. jadi percuma, aku hanya mengikatnya dan tidak bisa menjaganya seperti apa yang kau katakan."

"Bahas terus... kemarin aku mengatakan hal itu karena aku sedang marah." sesal Bian.

Arga hanya tersenyum, setelah sekian lama dia baru merasakan kedekatan seperti ini lagi, walaupun ini untuk terakhir kalinya.

"Bian, mau memelukku?"

"Tentu saja," Kemudian kedua saudara itu melebur dalam pelukan sebelum salah satunya menghilang.

"Arga!"

"Arga!"

Bian terus memanggil nama saudara itu sebelum akhirnya dia terbangun.

"Arga,"

Bian bangun sudah berada di dalam kamarnya, dia tau ini semua pasti ulah Arga.

Bian begitu sedih setelah ingat jika Arga sudah tidak ada di dunia ini. Saudara sekaligus teman satu-satunya yang ia punya kini sudah mati dan yang paling membuat hatinya sakit, dia bahkan tidak bisa menguburkan jasad Arga dengan layak.

Di tempat lain Aleta juga baru saja bangun, dia begitu merasa kosong seperti kehilangan sesuatu tapi dia tidak tau apa itu, yang jelas hatinya begitu sakit.

"pagi sayang,"

"pagi Bu." saut Aleta.

"kamu habis menangis?" tanya sang ibu ketika melihat mata Aleta yang semabab.

"Aleta tidak tau Bu, saat bangun mata Leta sudah seperti ini, mungkin semalam Leta bermimpi. Tapi Leta tidak ingat mimpi apa?"

"ya sudah jangan di pikiran, sekarang kamu sarapan dulu." ucap sang ibu sambil menaruh satu lembar roti tawar di piring Aleta lalu kembali ke dapur untuk menyesuaikan pekerjaan nya.

Sepanjang sarapan Aleta beberapa kali termenung, dia terus memikirkan apa yang membuatnya begitu sakit hati dan jika dia mimpi buruk, mimpi apa yang begitu membuat hatinya sakit bahkan menangis sampai matanya sembab seperti itu.

Setelah selesai sarapan, seperti biasa dia akan berangkat ke kampus dengan naik kendaraan umum, tapi kali ini ada yang berbeda karena ada satu pasang mata yang terus mengawasinya dari jauh, siapa lagi kalau bukan Bian.

pada awalnya dia begitu menggebu ingin mendapatkan Aleta saat Arga masih ada tapi setelah kepergian Arga rasanya dia tidak tega untuk mendekati Aleta apa lagi memacari nya, Bian merasa dia seperti saudara yang buruk karena terus merebut apa yang saudaranya punya.

"Aleta, apa aku harus melepaskan mu?" gumam Bian dari dalam mobilnya sambil terus mengikuti angkot yang Aleta tumpangi.

Setelah sampai kampus Aleta duduk di taman dan lagi-lagi dadanya begitu sesak, hatinya sakit seperti baru saja patah hati.

"aku kenapa? kenapa hatiku begitu sakit?" gumam Aleta sebelum di kaget kan dengan kedatangan sahabatnya, siapa lagi kalo bukan Levi yang langsung memeluknya dari belakang.

"hayo...! kamu kenapa?" tanya Levi tiba-tiba.

"Levi!" teriak Aleta kesal, jika Aleta punya penyakit jantung mungkin dia sudah lama mati karena terus di ganggu sahabat nya itu.

"ya habis, kamu pagi-pagi sudah melamun, melamun kan apa coba?"

"Aku gak lagi melamun." sangkal Aleta.

"ih bohong banget kamu."

"Serius. Aku cuma lagi mikir kenapa tadi pagi aku bangun dengan mata yang sembab dan dada ku sakit seperti habis putus cinta." ucap Aleta.

"Jangan bilang ini gara-gara cowok yang di parkiran itu?" celetuk Levi yang melihat waktu itu Aleta menampar Bian karena menciumnya. sedangkan Aleta sama sekali tidak mengingat Bian sedikit pun apa lagi kejadian di parkiran seperti apa yang baru Levi katakan.

"Cowok yang mana?"

" Dih... pura-pura gak ingat!"

"Lev aku benar-benar gak ingat loh."

"Jangan pura-pura Aleta!"

"Aku serius Lev," Aleta benar-benar tidak ingat laki-laki mana yang Levi maksud.

"Cowok yang waktu itu, yang cium kamu terus kamu tampar."

"Tampar?" tanya Leta semakin bingung.

"Iya, aku kira dia pacar kamu."

"Tapi aku gak lagi dekat dengan siapapun Lev."

"Terus dia siapa? kalo bukan siapa-siapa dan kamu gak kenal dia gak mungkin kamu ke kampus di antar dia, dan dia berani cium kamu."

Mendengar cerita Levi Aleta semakin di buat pusing, bagaimana dia sama sekali tidak mengingat itu, apa lagi jika mendengar cerita dari Levi yang dia sampai menampar seseorang.

"Lev, kamu yakin tidak salah lihat?"

"ya Tuhan Aleta! kamu pikir aku sudah rabun apa? jelas-jelas itu kamu!"

" Tapi aku benar-benar gak ingat Levi."

" udah pikun kali." ledek Levi.

Aleta kembali berpikir dengan keras tapi tetap saja dia tidak ingat siapa laki-laki itu.

Sedangkan dari kejauhan Bian masih berdiri bersandar di depan mobilnya, menghisap rokok sambil terus melihat Aleta.

Terpopuler

Comments

Harsam

Harsam

kembalikan arga

2022-11-07

0

Siti Mariatun

Siti Mariatun

kasian arga

2022-10-19

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!